Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sarengat tampil kembali

Pemegang rekor lari 100 meter asian games iv, mohamad sarengat, muncul kembali di lintasan atletik senayan, setelah sekian lama menghilang. kini, ia mempersiapkan diri sebagai pembawa obor pon ix, 1977.

16 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK mudah orang mengenali Mohamad Sarengat yang tiba-tiba muncul di Stadion Utama Senayan pada suatu pagi. Tak tampak lagi itu otot atletis yang pernah menegakkan rekor 100 meter dalam 10,4 detik. Tubuh bekas bintang Asian Games IV ini kini terbungkus oleh lemak. Loncat-loncatnya berat. Langkah larinya lamban. Tapi sekali-kali tampak juga bekas-bekas gaya seorang juara, kalau toh ia memaksakan tubuhnya melakukan gerakan seorang sprinter. Maka ketika pemegang rekor Asia dan nasional ini mulai berlatih jongging bersama kedua puterinya, fikir orang, tentu "ada apa-apanya" dengan Sarengat. Sarengat memang sudah lama tidak aktif berlatih atletik. Hobinya sejak ia memangku jabatan dokter pribadi Wakil Presiden 3 tahun ini, tidak lebih dari main golf dan tenis. Pada tahun 1962 ketika ia membuat rekor 100 meter gawang dalam 14,3 detik, berat badannya 72 kg. Kini 92 kg. Untung bagi dokter muda ini tinggi tubuhnya yang 1,83 meter, tidak membuatnya terlihat seperti seorang cukong. Anak kelahiran Banyumas itu, 37 tahun, menikah pada Juli 1968 dengan Nani Supratmani Titi Utari, Sarjana Hukum - puteri dari Abdurachman Setjowibowo, bekas Ketua Umum PSSI dan sekarang Dirjen Agraria. Kini mereka mempunyai dua orang puteri: Medi 7 tahun dan Sari 4 tahun. Bertempat tinggal di Jalan Yudo, Senayan. "Atas belas kasihan KONI dan Gelora Senayan", kata Sarengat yang mendapat pemondokan cuma-cuma di sana, "kami hanya membayar rekening air dan ledeng". Ia buka praktek sore hari di Cililitan 27 A. Kembalinya Sarengat ke lintasan atletik di Senayan, bukan tanpa tujuan. Di samping ia harus menyusutkan berat badan, ia pun harus paling tidak memulihkan sisa-sisa gaya seorang sprinter. Maklum ia harus mendahului beslit resmi dari PB PON IX yang menunjuknya bersama Nyonya Minarni Sudaryanto, sebagai pembawa obor PON (Juli 1977) secara berganda -- meniru-niru sepasang pembawa obor di Olimpiade Montreal 1976. Karena nampaknya Sarengat merasa was-was, jangan-jangan ia akan menjadi obyek ejekan massa penonton, seandainya ia tidak dapat memperlihatkan gaya seorang pelari yang sampai sekarang masih mengantongi rekor nasional dan Asia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus