"KALAU ada yang mau menggantikan saya, silakan," kata Bob Hasan
di saat akhir masa jabatannya sebagai Ketua Umum PASI (Persatuan
Atletik Seluruh Indonesia). Jabatan yang ditawarkan pengusaha
terkenal itu ternyata belum menjadi rebutan. Dan Kongres PASI
31 Agustus 1982, tetap memilih Bob Hasan sebagai ketua umum.
Pria bertubuh tegap dengan rambut mulai beruban itu memang
dikenal punya dedikasi besar di cabang atletik dan wartawan
olahraga (Siwo/PWI) memilihnya sebagai Pembina Terbaik Olahraga
1980. Pengusaha kelahiran Palembang ini, juga dikenal sebagai
anak angkat (alm.) Jenderal Gatot Subroto.
Gaya kepemimpinan Bob Hasan sebagai pengusaha agaknya terbawa
juga di atletik. "Pak Bob pakai sistem pendekatan pribadi. Ia
bicara dengan atlet, wartawan, pelatih, orang tua atlet, baru
mengambil keputusan," kata Steve Thenu, seorang coach atletik
nasional.
Program utama Bob Hasan dalam masa kepengurusannya yang lalu
dititikkan pada pemassalan atletik. Ia juga mengirim atlet-atlet
dalam jumlah besar ke turnamen-turnamen di luar negeri. Misalnya
marathon Hangten (Bangkok), Hongkong dan Manila, kejuaraan
terbuka di Bangkok, Kualalumpur, Australia, Seoul, kejuaraan SEA
Games dan nanti juga Asian Games, kejuaraan Atletik Asia di
Tokyo. Ia juga mengirim atlet-atlet berlatih ke Jerman Barat.
"Pulang dari luar negeri, mereka pasti menceritakan
pengalamannya kepada teman-temannya sehingga tertarik ke
atletik," tutur Bob Hasan. Misalnya Frans Mahuse (18 tahun),
atlet lempar yang pernah dikirim ke Jer-Bar tahun lalu, kini
melatih belasan anak remaja di Merauke.
Prestasi atlet-atlet itu juga terlihat. Di pesta olahraga SEA
Games memang baru 3 medali emas yang bisa direbut, tapi dalam
beberapa turnamen, atlet PASI telah menangkat nama Indonesia.
Ali Sofyan Siregar, Gatot Sudarsono menjuarai marathon Hangten.
Di Kejuaraan terbuka Bangkok 1981 yang diikuti atlet-atlet Cina,
Korea dan Jepang, Indonesia mampu merebut tiga medali emas.
Hanya di kejuaraan di Seoul bulan lalu yang diikuti juga
atlet-atlet Amerika dan Eropa, Indonesia memang belum mendapat
emas, kecuali dua medali perak dan empat perunggu.
Pemecahan-pemecahan rekor nasional juga terjadi. Dalam periode
1978-82, 23 rekor baru (12 putri) yang dipatokkan -- 10
diantaranya merontokkan rekor yang belasan tahun tak pernah
terpecahkan.
Tapi Ketua Umum PASI yang terkenal murah hati terhadap para
atlet itu, merasa lebih senang menangani atlet-atlet dari
keluarga miskin. "Orang tua mereka biasanya malah menawarkan
kepada saya, mau diapakan, terserah. Orang tua yang tergolong
berada, malah suka melarang anaknya olahraga hanya karena takut
mengganggu sekolah," tutur Bob Hasan. Tak sedikit pula atlet
yang karena prestasinya, mendapat beasiswa Supersemar atau
dipekerjakan di suatu perusahaan.
Tahun 1981 tercatat 1.700 pelatih atletik di seluruh Indonesia.
Mereka dibina pelatih-pelatih dari luar negeri.
Bob Hasan agaknya punya harapan tertentu dalam kedudukannya
sebagai Ketua Umum PASI. "Saya harapkan 4-10 tahun mendatang
atletik makin digemari. Dengan begitu cabang-cabang olahraga
lain akan punya pemain yang menguasai atletik. Misalnya, pemain
boia atau bulutangkis bisa lari, lempar dan lompat dengan baik,"
kata Bob Hasan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini