Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kenapa Tim Saudi Begitu Unggul ?

Kesebelasan PSSI utama berhasil dikalahkan oleh Arab Saudi dengan angka 8-0. Kesebelasan Arab Saudi mengalami kemajuan karena didukung dana dan pelatih asing.

27 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PETRODOLLAR ternyata ikut mengubah wajah sepakbola Timur Tengah. Dalam perebutan Piala Dunia 1978 di Argentina, Iran tampil di deretan 16 finalis. Irak dan Kuwait tampil mengesankan dalam kejuaraan tingkat junior di Asia. Cuma Arab Saudi yang tak banyak terdengar. Tapi pirsawan televisi di Indonesia kaget pekan lalu sewaktu melihat kesebelasan Saudi mempecundangi tim PSSI Utama dengan 8-0. "Kita harus akui, lawan setingkat lebih tinggi dari kita," komentar kolomnis sepakbola Kadir Yusuf dalam Kompas. Kaliber beberapa pemain Saudi seperti penyerang tengah Majid Abdullah, tambahnya, sudah tingkat internasional. Menurut Hassan Syafei, staf Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta, kemajuan sepakbola di sana dimungkinkan oleh perhatian yang besar dari pemerintah. "Raja sangat mendukung pengembangm sepakbola," katanya. Antara lain diadakannya perebutan Piala Raja. Sekarang piala ini dipegang oleh klub Al Hilal dari Riyadh. Roberto Rivelino Perhatian pemerintah Saudi terbukti juga dalam anggaran. Tahun 1977, misalnya, anggaran kesejahteraan pemuda --termasuk untuk pembinaan sepakbola -- 1,6 milyar rial atau sekitar Rp 320 milyar. Tak jelas perinciannya khusus untuk sepakbola. Tapi wartawan TVRI Sambas, dalam laporan dari Riyadh menyebutnya sekitar Rp 176 milyar per bulan. Angka yang dilaporkan TVRI, menurut Syafei, baru untuk pembinaan klub yang diakui resmi. Di Saudi sekarang tcrdapat 10 klub divisi utama, 12 klub divisi 1, dan puluhan klub divisi II yang tersebar pangkalannya. Total sekitar 100 klub. Kalau itu dibagi rata, setiap klub kebagian Rp 16 juta. Di Indonesia kecuali klub Galatama -- anggaran klub umumnya cuma puluhan ribu rupiah. Untuk pembinaan tim nasional di Saudi, mata anggarannya tersendiri. Angkanya cukup besar buat mengontrak pelatih dari Brazil, Minelli. Pelatih kaliber Minelli bernilai paling sedikit US$10.000 atau Rp 6 juta per bulan. Saudi mungkin membayarnya lebih dari itu. Untuk PSSI Binatama yang pernah berlatih di Brazil selama lima bulan hanya disediakan anggaran sekitar Rp 200juta--termasuk ongkos perjalanan pulang pergi Indonesia-Brazil, perjalanan try-out selama di sana, dan biaya penginapan, makan, honorarium pelatih, serta uang saku pemain. Di Saudi saat ini, menurut Ketua Presidium PSSI Soeparjo Pontjowinoto yang ikut bersama PSSI Utama ke sana, ada sedikitnya 16 pelatih asing yang menangani tim nasional mereka --termasuk tim di bawah 19 tahun. "Bayangkan, satu tim dipegang sampai tujuh pelatih," kata Soeparjo "Tiap pelatih mempunyai spesialisasl masing-masing. Ada yang hanya memberikan latihan khusus kiper, ada yang cuma melatih pemain tengah, dan ada untuk pemain depan saja." PSSI Utama hanya dilatih oleh Harry Tjong dan Hendarto. Sepakbola di Saudi sudah lama populer. Tahun 1930, berdiri di sana klub Al Tehad. Dulu mereka bermain di lapangan pasir. Sekarang di atas karpet -pengganti lapangan rumput. Walau klub sepakbola sudah berdiri di Saudi setengah abad lalu, sistem kompetisi dan pembagian divisi baru diperkenalkan oleh pelatih dari Inggris, Jimmy Hill yang dikontrak tahun 1976. Sekarang hampir semua klub punya pelatih asing. Klub Al Hilal, pemegang Piala Raja, dilatih oleh Carlos Alberto dari Brazil. Tak heran jika gaya permainan Saudi dekat ke Brazil -- memberi peluang bagi permainan individu berkembang. Selain pelatih asing yang dikontrak klub, juga pemain asing. Bintang Piala Dunia Brazil, Roberto Rivelino, termasuk pemain yang menikmati petrodollar. Setiap perkumpulan boleh mengontrak tiga pemain luar negeri. Tapi hanya dua pemain asing diperkenankan turun dari tiap klub dalam kompetisi. Sekalipun tim nasional Saudi membabat PSSI Utama dengan 8-0, menurut Syafei, "belum semua pemain utama Saudi yang diturunkan " malam itu . Untuk memperebutkan tiket Piala Dunia 1982 di Spanyol, tim Saudi berada dalam Grup 11 zone Asia dan Oceania. Di kelompok ini berkumpul Irak, Suriah, Qatar, dan Bahrain. Pertandingan bersifat come and away--sekali bertanding di kandang sendiri dan sekali di tempat lawan. Dan karena ingin membiasakan diri bermain di lapangan rumput, tim nasional Saudi akan berlatih di Indonesia selama satu bulan. Mereka akan datang Februari 1981. Indonesia dalam penyisihan Piala Dunia 1982 berada di Grup I zone Asia dan Oceania bersama Australia, Fiji, Taiwan dan Selandia Baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus