BUKIT Menoreh di Yogyakarta, dikenal lewat cerita Api Di
Bukit Menoreh karangan S.H. Mintardja, sebagian besar
penduduknya beragama Katolik. Meliputi dua kecamatan --Samigaluh
dan Naanggulan- Menoreh memiliki beberapa paroki di Boro,
Nanggulan, Samigaluh dan Promasan.
Kehidupan beragama nampak melalui kebiasaan sehari-hari.
Kebiasaan orang Jawa seperti menghadapi kelahiran,
perkawinan dan selamatan lain masih dipertahankan--tapi diisi
dcngan doa-doa secara Katolik. Bahkan, ucapan salam antara
mereka pun menjadi Berkat Dalem, semoga Tuhan memberkati anda.
Boro adalah paroki terbesar. Di sana ada rumah sakit,
beberapa sekolah (SD sampai SLTA), bruderan dan susteran. Di
Promasan, sekitar 19 km dari Muntilan ada tempat ziarah,
Sendangsollo. Setiap Mei dan Oktober, disebutBulan Bunda
Maria", banyak orang Katolik berziarah ke sana. Di situ, 76
tahun lalu, tepatnya 14 Desember, Pastur van Lith membaptis 169
orang Jawa pertama pemeluk Katolik.
Sendangsono hanya bisa dicapai dengan jalan kaki sekitar 10
km dari Promasan. Di sini ada sendang atau danau kecil dan dua
pokok pohon sono.
Agama Kota
Di antara dua pohon itu dibangun sebuah altar. Di
sebelahnya ada gua buatan tempat patung Bunda Maria. Perbukitan
sekitarnya ditutup lantai dan tangga dari beton dengan
arsitektur khas gereja Katolik. Selebihnya pepohonan yang
merimbun. Tempat itu sedang dibangun untuk dijadikan tempat
ziarah semacam di Lourdes (Prancis Selatan). Pembangunan proyek
tersebut dipimpin oleh Pastur Ir. J.B. Mangunwidjaja.
"Desa Katolik" lain adalah Woloan sekitar Gunung Lokon, 7
km sebelah barat Kecamatan Tomohon (Sul-Ut). Berpenduduk 6.000
jiwa, sekitar 2.600 jiwa beragama Katolik, nilah desa Katolik di
tengah masyarakat Protestan Minahasa. Pada mulanya, tahun 1887
Willem Moningka Ratak dari Desa Rurukan, sebelah timur Tomohon,
hanya membaptis 10 orang.
Orang Woloan dikenal sebagai ahli pembangun rumah. Kalau
anda ingin punya rumah, pesan saja. Dalam waktu tiga hari,
sekitar 30 orang Woloan, yang sebelumnya sudah menyiapkan
kerangka bangunan. akan mcngangkut kerangka rurnah baru itu ke
tempat anda. Harganya Rp 2 juta ke atas. Menurut Hendrik Makal,
Hukum Tua Woloan, dalam setengah tahun ini tercatat 98 kerangka
rumah bikinan Woloan terjual.
Ketaatan mereka kepada gereja tak menghalangi tetap
berlangsungnya kepercayaan terhadap roh nenek-moyang. Di depan
gereja masih dipelihara dengan rapi sebuah warung, makam tua,
yang konon kubur pendiri Desa Woloan Ada saja orang-orang datang
membawa persembahan ke situ.
Suasana keagamaan yang amat serasi dengan kehidupan adat
setempat juga terdapat di Banjar Tulca di Kabupaten Badung
(Bali). Tuka, yang dihuni 5000 Jiwa lebih, adalah satu dari 16
banjar di Desa Dalung yang sebagian penduduknya memeluk
Katolik.Di banjar ini ada 2.000 jiwa orang Katolik. Pada hari
Natal, mereka membuat bogan, Yaitu susunan berbagai macam
makanan kecil, dihias dengan janur berukir, yang lazim dibuat
umat Hindu Bali pada Hari Raya Galungan.
Masih di Bali, ada banjar lain yang mayoritas penduduknya
beragama Katolik. Yaitu Banjar Palasari di Desa Ekasari
kabupaten Jembrana. Palasari merupakan satu dari lima banjar di
desa tersebut. Gereja di Palasari bahkan mrrupakan yang terbesar
di Bali. Tinggi bangunannya 35 meter, scperti halnya gereja di
Banjar Tuka, juga berarsitektur Bali ada dua candi hentar di
pintu gerbangnya, juga ada meru. Pasturnya yang asal Id ores,
Jan Djawa SVD memulai, kerukunan beragama di Desa Ekasari cukup
baik.
Agama yang selama ini dikenal sebagai "agama kota"
nampaknya mulai menyusup ke pedalaman, melalui penyantunankaum
fakir-miskin. Misalnya terlihat pada usaha pemukiman di Desa
Kalimas di Kabupaten Pontianak (Kalimantan Barat).
Di sana bermukim 270 kk terdiri dari berbagai suku. Ada
Jawa, Madura, Bali, Melayu, Batak, Bugis dan juga Cina.
Pemukiman ini diusahakan oleh Yayasan Pcrhimpunan Pelayanan
Kristen (YPPK) "Dewan Gereja Sedunia membamu lebih dari US$500
ribu," kata M.G Mihing, Ketua YPPK, orang Dayak, pensiunan
pegawai negeri.
Pemukiman itu dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari beberapa rumah. Penempatan setiap keluarga
diatur berselang-seling antara suku dengan suku lain, maksudnya
membaurkan mereka. Pemukiman yang disebut "kasih" di Kalimas itu
kini setiap hari mampu mengirim 6 ton sayurmayur ke pasar-pasar
Pontianak.
Adalah Nona Ripka, 22 tahun, yang menjadi penginjil di
Kalimas. Pekabaran injil, selain dalam bahasa Indonesia juga
dilakukannya dalam bahasa Tionghoa. sebab warga Cina di sana
banyak yang totok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini