PETRODOLLAR ternyata ikut mengubah wajah sepakbola Timur
Tengah. Dalam perebutan Piala Dunia 1978 di Argentina, Iran
tampil di deretan 16 finalis. Irak dan Kuwait tampil mengesankan
dalam kejuaraan tingkat junior di Asia. Cuma Arab Saudi yang tak
banyak terdengar.
Tapi pirsawan televisi di Indonesia kaget pekan lalu
sewaktu melihat kesebelasan Saudi mempecundangi tim PSSI Utama
dengan 8-0. "Kita harus akui, lawan setingkat lebih tinggi dari
kita," komentar kolomnis sepakbola Kadir Yusuf dalam Kompas.
Kaliber beberapa pemain Saudi seperti penyerang tengah Majid
Abdullah, tambahnya, sudah tingkat internasional.
Menurut Hassan Syafei, staf Kedutaan Besar Arab Saudi di
Jakarta, kemajuan sepakbola di sana dimungkinkan oleh perhatian
yang besar dari pemerintah. "Raja sangat mendukung pengembangm
sepakbola," katanya. Antara lain diadakannya perebutan Piala
Raja. Sekarang piala ini dipegang oleh klub Al Hilal dari
Riyadh.
Roberto Rivelino
Perhatian pemerintah Saudi terbukti juga dalam anggaran.
Tahun 1977, misalnya, anggaran kesejahteraan pemuda --termasuk
untuk pembinaan sepakbola -- 1,6 milyar rial atau sekitar Rp 320
milyar. Tak jelas perinciannya khusus untuk sepakbola. Tapi
wartawan TVRI Sambas, dalam laporan dari Riyadh menyebutnya
sekitar Rp 176 milyar per bulan.
Angka yang dilaporkan TVRI, menurut Syafei, baru untuk
pembinaan klub yang diakui resmi. Di Saudi sekarang tcrdapat 10
klub divisi utama, 12 klub divisi 1, dan puluhan klub divisi II
yang tersebar pangkalannya. Total sekitar 100 klub. Kalau itu
dibagi rata, setiap klub kebagian Rp 16 juta. Di Indonesia
kecuali klub Galatama -- anggaran klub umumnya cuma puluhan ribu
rupiah.
Untuk pembinaan tim nasional di Saudi, mata anggarannya
tersendiri. Angkanya cukup besar buat mengontrak pelatih dari
Brazil, Minelli. Pelatih kaliber Minelli bernilai paling sedikit
US$10.000 atau Rp 6 juta per bulan. Saudi mungkin membayarnya
lebih dari itu. Untuk PSSI Binatama yang pernah berlatih di
Brazil selama lima bulan hanya disediakan anggaran sekitar Rp
200juta--termasuk ongkos perjalanan pulang pergi
Indonesia-Brazil, perjalanan try-out selama di sana, dan biaya
penginapan, makan, honorarium pelatih, serta uang saku pemain.
Di Saudi saat ini, menurut Ketua Presidium PSSI Soeparjo
Pontjowinoto yang ikut bersama PSSI Utama ke sana, ada
sedikitnya 16 pelatih asing yang menangani tim nasional mereka
--termasuk tim di bawah 19 tahun. "Bayangkan, satu tim dipegang
sampai tujuh pelatih," kata Soeparjo "Tiap pelatih mempunyai
spesialisasl masing-masing. Ada yang hanya memberikan latihan
khusus kiper, ada yang cuma melatih pemain tengah, dan ada untuk
pemain depan saja." PSSI Utama hanya dilatih oleh Harry Tjong
dan Hendarto.
Sepakbola di Saudi sudah lama populer. Tahun 1930, berdiri
di sana klub Al Tehad. Dulu mereka bermain di lapangan pasir.
Sekarang di atas karpet -pengganti lapangan rumput.
Walau klub sepakbola sudah berdiri di Saudi setengah abad
lalu, sistem kompetisi dan pembagian divisi baru diperkenalkan
oleh pelatih dari Inggris, Jimmy Hill yang dikontrak tahun 1976.
Sekarang hampir semua klub punya pelatih asing. Klub Al Hilal,
pemegang Piala Raja, dilatih oleh Carlos Alberto dari Brazil.
Tak heran jika gaya permainan Saudi dekat ke Brazil -- memberi
peluang bagi permainan individu berkembang.
Selain pelatih asing yang dikontrak klub, juga pemain
asing. Bintang Piala Dunia Brazil, Roberto Rivelino, termasuk
pemain yang menikmati petrodollar. Setiap perkumpulan boleh
mengontrak tiga pemain luar negeri. Tapi hanya dua pemain asing
diperkenankan turun dari tiap klub dalam kompetisi.
Sekalipun tim nasional Saudi membabat PSSI Utama dengan
8-0, menurut Syafei, "belum semua pemain utama Saudi yang
diturunkan " malam itu .
Untuk memperebutkan tiket Piala Dunia 1982 di Spanyol, tim
Saudi berada dalam Grup 11 zone Asia dan Oceania. Di kelompok
ini berkumpul Irak, Suriah, Qatar, dan Bahrain. Pertandingan
bersifat come and away--sekali bertanding di kandang sendiri dan
sekali di tempat lawan. Dan karena ingin membiasakan diri
bermain di lapangan rumput, tim nasional Saudi akan berlatih di
Indonesia selama satu bulan. Mereka akan datang Februari 1981.
Indonesia dalam penyisihan Piala Dunia 1982 berada di Grup
I zone Asia dan Oceania bersama Australia, Fiji, Taiwan dan
Selandia Baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini