Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Lifter Eko Yuli Irawan sejak pertengahan tahun lalu meninggalkan pemusatan latihan nasional di Wisma Kwini, Jakarta dan melakukan latihan mandiri karena berseteru dengan Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia.
Pangkal konflik Eko-PABSI adalah ditolaknya permintaan Eko agar PABSI memasukkan pelatih Lukman sebagai pendampingnya ke Olimpiade Tokyo.
Komite Olimpiade Indonesia atau National Olympic Committee menengahi polemik Eko-PABSI dengan mengakomodako dilatih Lukman. Sejak awal bulan ini, Eko berlatih di bawah asuhan Lukman dengan pembiayaan dari sponsor agar Eko fokus menyiapkan diri agar bisa m
HUJAN deras membatalkan latihan Eko Yuli Irawan. Sejak awal bulan ini, lifter yang telah memastikan tampil di Olimpiade 2021 di Tokyo itu berlatih angkatan clean and jerk dan snatch secara mandiri di Empire Fit Club, Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Eko meninggalkan pemusatan latihan nasional pada 15 Januari lalu karena Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) tak memenuhi permintaannya menambah pelatih. “Seminggu berlatih di sana dikasih jawaban ditolak. Padahal sudah komitmen,” ujar Eko di Hotel Century Park, Jakarta, Rabu, 14 April lalu.
Polemik antara Eko dan PB PABSI itu sudah berlangsung sejak pertengahan tahun lalu ketika dia memutuskan meninggalkan pelatnas dan berlatih mandiri di rumahnya di Bekasi, Jawa Barat. Menurut Eko, dia ingin memasukkan Lukman sebagai pelatih tambahan karena merasa cocok dengan program yang diberikan. Dalam Olimpiade 2008 di Beijing dan Olimpiade 2012 di London, Lukman melatih Eko yang berhasil meraih medali perunggu. Adapun dalam Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, dia dilatih Dirdja Wihardja dan menyumbangkan medali perak.
Eko mengaku telah mengkomunikasikan keinginannya dilatih Lukman kepada Wakil Ketua Umum PB PABSI Djoko Pramono, pelatih Dirja Wihardja dan Erwin Abdullah, serta Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PABSI Hadi Wihardja. “Setelah itu disampaikan ke ketua umum, dengan komitmen masuk ke mes pada 11 Januari,” ujar atlet berusia 31 tahun ini. Djoko, menurut Eko, menolak permintaannya karena khawatir akan merusak harmoni tim yang telah terbentuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Eko, permintaannya itu tidak otomatis menggantikan Erwin Abdullah yang selama ini mendampinginya dan memberikan program latihan. “Tak ada masalah, Pak Erwin terbuka kok. Kita bisa berkolaborasi bareng,” ucapnya. Namun keputusan PB PABSI telah bulat, Eko diberi pilihan bergabung atau mundur dari pelatnas. “Latihan di sini silakan, mau di luar silakan, tapi tidak bisa pakai uang APBN (Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara) karena ada aturan yang dibuat pemerintah,” tutur Djoko di Wisma Kwini, tempat latihan lifter pelatnas, Senin, 12 April lalu.
Djoko menjelaskan, permintaan Eko tidak dikabulkan agar tak ada anak emas di pelatnas. Dalam perekrutan pelatih, menurut Djoko, terdapat beberapa kriteria, di antaranya rekam jejak dan sertifikasi. Meski Lukman bersertifikat internasional, Djoko menyebutkan itu bukan jaminan dia bakal mampu bekerja sama dengan jajaran pelatih lain. “Pelatih kita belum punya sertifikat menghasilkan macam-macam prestasi. Ada yang bersertifikat internasional, dipakai negara lain, ternyata bikin onar,” ujarnya.
Lukman yang langganan melatih tim nasional angkat besi Indonesia mulai tersingkir setelah Olimpiade 2012 di London. Saat itu, dia tengah mempersiapkan lifter untuk Asian Games XVII di Incheon, Korea Selatan, 2014. Kesalahan Lukman adalah mengizinkan lifter Malaysia ikut berlatih bersama timnas tanpa restu Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI). “Saya akui kesalahan. Saat itu, saya pikir itu biasa karena lifter Malaysia sering berlatih dengan lifter daerah Bekasi,” kata Lukman dari Bangkok, Thailand, Rabu, 14 April lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pria kelahiran Lampung, 7 Juli 1966, yang sejak 2018 menjadi pelatih kepala timnas angkat besi Thailand itu mengatakan dirinya tidak diberi kesempatan untuk mengklarifikasi masalahnya. Dia, kata Lukman, langsung diberi sanksi tegas tidak boleh lagi menangani tim nasional ataupun daerah. “Ada yang menjelek-jelekkan saya dengan tujuan ingin menggantikan posisi saya,” ucap pelatih yang menulis surat pengunduran diri dari pelatnas pada 28 Mei 2014 itu. Dia lalu menjadi pelatih kepala timnas angkat besi Malaysia pada 2014-2016.
Eko Yuli berlatih di Empire Gym GBK, Jakarta, 6 April 2021. Dok. Pribadi
Kini, Lukman menjadi pangkal konflik Eko-PABSI. Komite Olimpiade Indonesia atau National Olympic Committee (NOC) Indonesia pun turun tangan mencari jalan tengah bagi kedua pihak demi menjaga prestasi Merah Putih dalam Olimpiade. “Kita harus mencari solusi. Apalagi, berdasarkan koordinasi NOC Indonesia, PABSI, dan Eko, disimpulkan tak ada yang dikeluarkan dari pelatnas. Eko juga sudah sepakat berlatih kembali,” ujar Sekretaris Jenderal NOC Indonesia Ferry Kono melalui e-mail, Kamis, 8 April lalu.
Ferry mengatakan NOC Indonesia memutuskan memanggil Lukman, pelatih yang diinginkan Eko untuk melatih dirinya. “Dalam minggu ini, kami akan mengirim surat undangan kepada coach Lukman untuk membantu melatih Eko. Jika kemudian Eko menjalani latihan terpisah, itu adalah masalah teknis,” ujar Ferry. Terkait dengan pembiayaan, Ferry mengatakan NOC Indonesia bakal mencari sponsor. “Sebab, Eko harus segera berfokus berlatih, mengingat dia sudah dalam posisi aman untuk turun di kelas 61 kilogram putra.”
Dilansir dari situs Federasi Angkat Besi Internasional (IWF) per 15 April lalu, Eko menempati ranking kedua klasemen Tokyo Qualification dengan 4.162,7503 poin dan total angkatan terbaik 317 kilogram. Selain Eko, atlet putri Windy Cantika Aisah berpeluang besar mengamankan tiket Olimpiade Tokyo. Saat ini, Windy berada di ranking ke-7 kelas 49 kilogram dengan poin 3,171.1605 dan total angkatan 190 kilogram. Hanya delapan lifter terbaik di tiap kelas yang tampil di Negeri Sakura.
Menurut Djoko, jika Eko memutuskan mundur dari pelatnas, memorandum of understanding (MOU) PABSI dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga perlu direvisi. Dalam MOU anggaran bantuan pelatnas 2021 yang ditandatangani pada 6 April lalu, Eko masuk sebagai penerima fasilitas pelatnas. Menurut Djoko, PB PABSI tak mau ambil risiko karena jika melanggar bisa menjadi temuan dan bermasalah bagi federasi dan Kemenpora.
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S. Dewa Broto mengatakan kebijakan PABSI sudah tepat tidak membiayai latihan mandiri Eko. Gatot mengaku mendapat laporan dari NOC Indonesia bahwa sudah ada sponsor yang siap menalangi biaya latihan Eko dengan pelatih Lukman. “Saya juga sampaikan kepada Eko, ‘tolong Mas Eko jaga hubungan baik dengan PABSI, karena Anda berangkat ke sana (Olimpiade) tetap di bawah bendera PABSI’,” ucap Gatot, Kamis, 15 April lalu.
Djoko menambahkan, pihaknya tidak akan menghalangi Eko ke Olimpiade Tokyo. Jika pemerintah dan NOC Indonesia tetap ingin Eko berangkat ke Olimpiade, dia menegaskan PABSI akan memberikan surat rekomendasi sebagai syarat tampil dalam perhelatan olahraga terbesar di dunia itu. “Tapi harus dilihat aman-enggak dopingnya. Kalau dia di dalam (pelatnas) kami periksa terus. Kalau dia di luar, saya serahkan ke pemerintah. Kalau pemerintah setuju, doping tanggung loh ya,” ujarnya.
Sekretaris Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) Firtian Judiswandarta mengatakan pihaknya telah melakukan tes doping terhadap 120 atlet Indonesia yang direkomendasikan oleh Badan Antidoping Dunia. Tes dilakukan pada Januari-Maret 2021. Hasilnya akan tercantum di laman The Anti-Doping Administration & Management System. “Jika ada hasil yang mencurigakan, akan ada surat ke LADI dan NOC Indonesia untuk investigasi,” ucap Firtian, Jumat, 16 April lalu.
Soal melatih Eko, Lukman mengaku sudah meminta izin Federasi Angkat Besi Thailand. “Nanti awal Mei saya sudah di Jakarta. Saya yakin Eko bisa mempersembahkan prestasi terbaik,” tutur Lukman. Menurut dia, asupan nutrisi Eko harus betul-betul terjaga. Ke depannya, kata dia, suplemen khusus perlu diberikan sebagai pendamping multivitamin yang rutin dikonsumsi. “Itu tidak masuk dalam zat-zat yang dilarang IWF,” ucapnya. “Setiap hari dites doping pun tidak masalah, karena kami tidak konsumsi (obat) seperti itu,” ujarnya.
IRSYAN HASYIM
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo