ROBERT Horman di kantornya, Wisma PD, tampak biasa-biasa saja.
Ia masuk dan pulang kantor pada waktunya. Sebagai seorang
konsultan teknik pada Perumnas yang bergerak di bidang real
eslate, kerjanya berpindah-pindah. Minggu ini mungkin di Ujung
Pandang, minggu depan di Semarang. Lalu untuk kembali berkantor
di Wisma PD lagi. Kegiatan ini menurut kontrak antara Horman,
warganegara Australia dan Perumnas akan berakhir pada bulan Juni
tahun depan.
Yang luar biasa dari Horman barangkali adalah pertanyaan
bagaimana Horman melatih diri untuk memenangkan lomba lari
"Thamrin-Sudirman" 11 Juni yang lalu? (lihat: Pokok & Tokoh).
Dalam kategori usia "40 tahun ke atas", Horman dengan langkah
ringan dan mantap berhasil mencapai finis meninggalkan
lawan-lawannya. Ia mencatat waktu 10 km dalam 28 menit 28,5
detik.
Ini berarti Horman memecahkan rekor Nasional (trek) 30:47,2 atas
nama Gurnam Singh yang dibuatnya pada tahun 1962. Juga rekor
Asian Games (trek) 29:5,6 atas nama SLB Rosa dari Sri Lanka
pada tahun 1970. Rekor dunia mencatat 27:30,8 detik atas nama
David Bedford dari Inggeris. Benarkah sehebat itu? Mungkin
panitia perlombaan (PASI Jaya) keliru dalam menentukan jarak.
Mungkin juga dalam mencatat waktu.
Vegetarian
Tapi lepas dari itu, Horman memang luar biasa. 26 Pebruari yang
lalu ia baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-60. "Genaplah
saya berolahraga lari selama 46 tahun," katanya seraya tertawa
memperlihatkan sederetan gigi palsu. Ia berasal dari daerah
Victoria, Australia. Pada tahun 1952 dan 1960 pernah menjadi
Walikota (mayor) Ringwood.
Memasuki usia ke-61 tampaknya Horman belum merasa perlu untuk
merubah pola kebiasaannya. Satu minggu total berlari 120 mil
atau 192 km. Frekwensinya tergantung pada keadaan. Ada kalanya
pukul rata setiap hari 27 km, ada kalanya pula dalam satu hari
dia berlatih 3 kali.
Tingkat kecepatannya tinggi: 1 mil (1,6 km) dalam 6 menit. Pagi,
siang atau malam tidak menjadi soal. Pokoknya dosis lari itu
harus dipenuhi. Ia berpedoman bahwa "berlatih tanpa beban yang
berat tak akan memberi manfaat". Itulah sebabnya ia menyiksa
dirinya dengan berlari dalam tempo cepat campur lambat naik
bukit dan senam. "Lari itu mempertahankan anda awet muda,"
katanya. "Lari juga memberi semangat bersaing dan menyalurkan
dorongan ego kita."
Tinggi badan Horman 1,68 meter dan berat 59 kg. Denyut nadi
waktu istirahat 48 kali dalam satu menit waktu latihan dapat
mencapai 170 kali. Hobi berlari ini tercatat dengan teratur dan
terperinci dalam buku hariannya. "Dari catatan ini anda dapat
lihat sendiri bahwa saya tidak pernah absen karena sakit,"
katanya bangga.
Horman berbicara lembut. Menulis dengan tangan kiri. Tekanan
darahnya 128/85. Di samping lari ia gemar berenang dan dansa.
Hasil dari latihan lari yang begitu lama dia simpulkan dalam
sebuah kalimat sederhana: anda bekerja lebih cerdas daripada
lebih keras (you work smarter than harder).
Horman seorang vegetarian. Ia tidak merokok dan minum minuman
keras. Juga menghindarkan gula dan garam berlebihan. Sebagai
ganti protein ia makan telur, susu dan kacang-kacangan. Tapi ada
satu hal yang menjadi kesukaannya: minum air kelapa muda. "Air
kelapa mengandung banyak mineral, terutama kalium dan natrium
yang sangat dibutuhkan otak dan otot. Ia juga mengurangi rasa
haus kita." Ia juga menelan vitamin B kompleks dan vitamin E.
Robert Horman yang mempunyai 3 orang anak laki-laki, tercatat
dalam daftar jago-jago dunia di atas 40 tahun (world masters
after 40). Sewaktu dia tinggal di Toronto, 1975 serangkaian
kompetisi lari di sana menempatkan Horman sebagai juara 10.000
meter lintas alam, juara II 10.000 meter (trek) juara II 5.000
meter (trek), juara II 3.000 meter (trek) dan juara III 1.500
meter (trek).
Teori GAS
"Kerja saya sebagai konsultan teknik berpindah-pindah, tapi saya
selalu mengatur waktu untuk latihan lari. Waktu itu bagi saya
bukan uang, tapi hidup," katanya. Horman cukup tidur 5 jam
sehari. "Saya kira 1/3 dari hidup manusia dibuang untuk tidur
tidak efektif, " tambahnya. Soal tidur itu adalah soal adaptasi.
Ia kemukakan teori GAS (general adaptation syndrome) yang
dikemukakan Dr. Hans Selye, tentang kemampuan tubuh manusia
menyesuaikan diri dengan stress.
Tentang kematian seorang peserta lomba lari yang baru lalu
(lihat Kesehatan) Horman cuma mengatakan bahwa kematian mendadak
bisa saja terjadi sewaktu permainan tenis atau olahraga apa
saja. Tak usah diramaikan. Nasihatnya: latihlah diri dengan
jarak yang lebih panjang dan biasakan diri pada segala keadaan,
baik di waktu terik matahari maupun di buaian angin malam. GAS
itu harus dikembangkan dengan penambahan beban latihan.
Lomba semacam "Thamrin-Sudirman" menurut Horman sebaiknya
ditingkatkan frekwensinya. Tak usah bersifat kejuaraan, tapi
cukup dengan semangat kompetitif. Sebulan sekali misalnya
penggemar olahraga lagi berkumpul dan lari bersama akan
menyenangkan sekali. Dan Horman yang bertekad lari terus sampai
tua, berjanji akan muncul dalam setiap pertemuan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini