Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Latihan Sebelum Ke Malta

Tim catur Indonesia masuk pelatnas, mempersiapkan diri ke olympiade Malta. mereka juga menempuh latihan fisik. termasuk latihan sarapan ala barat.

15 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK akan gentar lagi maju ke Olympiade Catur. Percasi (Persatuan Catur Seluruh Indonesia) sudah melatih timnya. Walaupun tidak seperti GABSI yang mempersiapkan tim bridgenya selama 2 tahun untuk masuk 8 besar Olympiade di negeri Belanda bulan lalu, Percasi sudah menerapkan sistem pelatnas (pemusatan latihan nasional) yang belum pernah ada dalam sejarahnya. Menyusul seleknas (seleksi nasional) di Sukokulon, Juli lalu, 6 pecatur memasuki pelatnas itu di Bogor selama dua pekan sejak 1 November Semula direncanakan pelatnas berlangsung di Puncak, dengan cuacanya yang diperkirakan mirip Pulau Malta, tempat berlangsungnya Olympiade ( 19 November - 5 Desember). Tapi keuangan Percasi agak sulit. BNI 46, salah satu sponsor yang menutup biaya Rp 10 juta ke Malta, kebetulan menyumbangkan suatu wismanya di Bogor, tak jauh dari Kebun Raya, yang ideal untuk tempat latihan fisik. Tak Mungkin Tim Indonesia akan membawa GM I lerman Suradiredja, MI Ardiansyah, MN Ronny Gunawan, MN Eddy Handoko, MN Iskandar Arief dan MN Herman Kusnadi. Mereka di pelatnas melakukan latihan fisik setiap pagi. Setelah sarapan ala Barat, mereka mengadakan diskusi catur. Ada pengarahan oleh Ketua Percasi, Djokomoelyo SH (bidang mental), Djamil Djamal, H. Moh. Hasan dan Dr. Max Arie Wotulo (tentang teknik dan strategi) sampai tengah hari. Selesai makan siang dengan menu 4 sehat 5 sempurna -- termasuk sayur asem dan lalap -- mereka langsung mengadakan pertandingan sesama mereka saja yang berakhir paling lambat pukul 10 malam. Selanjutnya mereka diharuskan segera tidur dan dilarang keras untuk bergadang. Pimpinan Percasi merasakan kesulitan mengumpul "pemain yang sudah jadi" itu ke pelatnas. Mereka ingin meniru pelatnas gaya GABSI, tapi itu tak mungkin, karena, misalnya, Ronny kuliah, Suradiredja bekerja di kantor DKI Eddy bekerja di Batik Keris, Ardiansyah jadi pengusaha angkutan di Surabaya. Peningkatan rating pemain adalah suatu target Percasi ke Malta. Manajer tim Wotulo, mengatakan, "sejauh ini, dengan memiliki 1 GM, 3 MI, Indonesia baru memiliki rating rata-rata 2305, nomor 5 dalam zone Asia-Australia." Selain peningkatan rating, "target Percasi hendak memperbaiki posisi saja. Indonesia baru bisa berbicara di dunia catur 8 atau 10 tahun mendatang," demikian Djokomoelyo. Dalam Olympiade Catur 1978 di Argentina, Indonesia haru menduduki tempat ke-25 bersama Selandia Baru dan Brazil dari antara 108 anggota EIDE (Federasi Catur Internasional). Di Malta, Percasi juga hendak mengorbitkan Djamil Djannal sebagai wasit catur internasional, melengkapi 2 yang sudah ada, Legawa dan Wotulo. Dari tim ini dua pemain sudah berpengalaman Olympiade, yaitu TIM Herman Suradiredja (3 x) dan Ardiansyah (4 x). Empat lainnya muka baru, terutama Herman Kusnadi yang baru merebut gelar MN-nya di Kejurnas awal tahun ini. Tapi Sekjen Percasi, Simanungkalit, menganggap mereka itu "materi terbaik vang kita miliki sekarang." Lewat pelatnas ini mereka ditempa dalam kekompakan, terutama mental, untuk berjuang memhawa panji Indonesia. Daya tempur mereka sudah baik. Ardiansyah, misalnya, merupakan pemain terbaik, rajirl mengikuti pengarahan yang diberikan. Namun Ardiansyah tidak akan dipasang terus-menerus, hingga letih sekali, mengingat pengalaman di Buenos Aires 1978. Berdasarkan data seleknas Sukokulon dan kompetisi pelatnas Bogor ini, Manajer Wotulo - yang juga anggota Komisi Kualifikasi FIDF. --akan terlebih dulu melihat siapa lawan asing sebelum menentukan pemain yang akan diturunkannya. Ardiansyah melihat kemungkinan 11 negara Blok Timur dan 10 negara Blok Barat yang menjadi lawan berat bagi Indonesia. Dari pengalamannya ketemu banyak GM, dia kelihatan santai. Prestasinya di Olympiade lalu ialah menang 7t/2 dari kemungkinan 13 (58%). Suradiredja yang memenangkan 46% (51/2 point dari 12 pertandingan) mengatakan, "Asal tidak kalah 4-0 saja, saya yakin kami bisa menembus posisi 20 besar."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus