TAK akan gentar lagi maju ke Olympiade Catur. Percasi
(Persatuan Catur Seluruh Indonesia) sudah melatih timnya.
Walaupun tidak seperti GABSI yang mempersiapkan tim bridgenya
selama 2 tahun untuk masuk 8 besar Olympiade di negeri Belanda
bulan lalu, Percasi sudah menerapkan sistem pelatnas (pemusatan
latihan nasional) yang belum pernah ada dalam sejarahnya.
Menyusul seleknas (seleksi nasional) di Sukokulon, Juli
lalu, 6 pecatur memasuki pelatnas itu di Bogor selama dua pekan
sejak 1 November Semula direncanakan pelatnas berlangsung di
Puncak, dengan cuacanya yang diperkirakan mirip Pulau Malta,
tempat berlangsungnya Olympiade ( 19 November - 5 Desember).
Tapi keuangan Percasi agak sulit. BNI 46, salah satu sponsor
yang menutup biaya Rp 10 juta ke Malta, kebetulan menyumbangkan
suatu wismanya di Bogor, tak jauh dari Kebun Raya, yang ideal
untuk tempat latihan fisik.
Tak Mungkin
Tim Indonesia akan membawa GM I lerman Suradiredja, MI
Ardiansyah, MN Ronny Gunawan, MN Eddy Handoko, MN Iskandar
Arief dan MN Herman Kusnadi. Mereka di pelatnas melakukan
latihan fisik setiap pagi. Setelah sarapan ala Barat, mereka
mengadakan diskusi catur. Ada pengarahan oleh Ketua Percasi,
Djokomoelyo SH (bidang mental), Djamil Djamal, H. Moh. Hasan
dan Dr. Max Arie Wotulo (tentang teknik dan strategi) sampai
tengah hari.
Selesai makan siang dengan menu 4 sehat 5 sempurna --
termasuk sayur asem dan lalap -- mereka langsung mengadakan
pertandingan sesama mereka saja yang berakhir paling lambat
pukul 10 malam. Selanjutnya mereka diharuskan segera tidur dan
dilarang keras untuk bergadang.
Pimpinan Percasi merasakan kesulitan mengumpul "pemain yang
sudah jadi" itu ke pelatnas. Mereka ingin meniru pelatnas gaya
GABSI, tapi itu tak mungkin, karena, misalnya, Ronny kuliah,
Suradiredja bekerja di kantor DKI Eddy bekerja di Batik Keris,
Ardiansyah jadi pengusaha angkutan di Surabaya.
Peningkatan rating pemain adalah suatu target Percasi ke
Malta. Manajer tim Wotulo, mengatakan, "sejauh ini, dengan
memiliki 1 GM, 3 MI, Indonesia baru memiliki rating rata-rata
2305, nomor 5 dalam zone Asia-Australia."
Selain peningkatan rating, "target Percasi hendak
memperbaiki posisi saja. Indonesia baru bisa berbicara di dunia
catur 8 atau 10 tahun mendatang," demikian Djokomoelyo. Dalam
Olympiade Catur 1978 di Argentina, Indonesia haru menduduki
tempat ke-25 bersama Selandia Baru dan Brazil dari antara 108
anggota EIDE (Federasi Catur Internasional). Di Malta, Percasi
juga hendak mengorbitkan Djamil Djannal sebagai wasit catur
internasional, melengkapi 2 yang sudah ada, Legawa dan Wotulo.
Dari tim ini dua pemain sudah berpengalaman Olympiade, yaitu
TIM Herman Suradiredja (3 x) dan Ardiansyah (4 x). Empat lainnya
muka baru, terutama Herman Kusnadi yang baru merebut gelar
MN-nya di Kejurnas awal tahun ini. Tapi Sekjen Percasi,
Simanungkalit, menganggap mereka itu "materi terbaik vang kita
miliki sekarang."
Lewat pelatnas ini mereka ditempa dalam kekompakan, terutama
mental, untuk berjuang memhawa panji Indonesia. Daya tempur
mereka sudah baik. Ardiansyah, misalnya, merupakan pemain
terbaik, rajirl mengikuti pengarahan yang diberikan.
Namun Ardiansyah tidak akan dipasang terus-menerus, hingga
letih sekali, mengingat pengalaman di Buenos Aires 1978.
Berdasarkan data seleknas Sukokulon dan kompetisi pelatnas Bogor
ini, Manajer Wotulo - yang juga anggota Komisi Kualifikasi FIDF.
--akan terlebih dulu melihat siapa lawan asing sebelum
menentukan pemain yang akan diturunkannya.
Ardiansyah melihat kemungkinan 11 negara Blok Timur dan 10
negara Blok Barat yang menjadi lawan berat bagi Indonesia. Dari
pengalamannya ketemu banyak GM, dia kelihatan santai.
Prestasinya di Olympiade lalu ialah menang 7t/2 dari kemungkinan
13 (58%). Suradiredja yang memenangkan 46% (51/2 point dari 12
pertandingan) mengatakan, "Asal tidak kalah 4-0 saja, saya yakin
kami bisa menembus posisi 20 besar."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini