Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ingin Balapan Dengan Iran

Rencana pemerintah untuk mengadakan perluasan proyek pengilangan minyak. untuk biaya proyek hydrocracker, pemerintah mencari kredit dari eropa tanpa amex, kontraktor spanyol & austria belum diterima. (eb)

15 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIBOMNYA pelabuhan minyak Ahadan rupanya melecut pemerintah Indonesia untuk lebih cepat lagi menyelesaikan proyek-proyek pengilangannya. "Kita harus ngebut, supaya bisa lebih dahulu dari Iran, kalau mereka membangun lagi setelah perang selesai," kata seorang pejabat pertambangan di )akarta pekan lalu. Pejabat itu lalu menunjuk pada rencana pemerintah yang sudah bulat ingin menggenjot perluasan kilang minyak di Cilacap, Balikpapan dan Dumai. Bahkan rencana proyek pengilangan di Sorong, Irian Jaya7 yang kelak diharapkan bisa menyuling 220.000 barrel minyak mentah sehari, tak lupa dia sebutkan. "Ke empat proyek itu harus selesai pada akhir 1983," kata pejabat tinggi itu. "Pada waktu itu Indonesia diharapkan bisa mengilang sekitar 800.000 barrel minyak mentah sehari," tambahnya optimistis. Tapi Dumai? Berbeda dengan perluasan kilang Balikpapan dan Cilacap yang langsung ditangani pemerintah, proyek hydrocracker di Dumai'itu cukup lama terkatung-katung. Mulai dibicarakan pada tahun 1977, baru beberapa waktu lalu pemerintah memutuskan proyek itu akan dipegang oleh Pertamina. "Kini Pertamina menjadi bouwheer (pemilik)," kata seorang pejabat di Departemen Pertambangan. Tadinya proyek yang rencananya akan menelan paling sedikit US$ 800 juta itu diusahakan untuk dibiayai secara patungan, antara lam dengan suatu konsorsium swasta Spanyol, Taiwan dan Austria. Tapi usaha yang dirintis oleh Menteri Perdagangan Radius Prawiro itu ternyata gagal. Satu dan lain hal karena terbentur ketentur an undang-undang perminyakan. Di situ disebutkan, tugas pokok pengusahaan minyak hanya boleh dilakukan oleh perusahaan negara. Tapi yang juga amat penting dalam mewujudkan proyek hyirocracker ini adalah sumber pembiayaannya. Semula pemerintah Spanyol menyatakan tertarik untuk memberi kredit ekspor sebanyak US$ 290 juta. Dan pemerintah Austria siap memberi kredit ekspor sejumlah US$ 150 juta. Lalu New Hebrides Enterprises -suatu konsorsium yang berkantor pusat di Hongkong dan di Indonesia bekerjasama dengan pengusaha terkenal Liem Sioe Liong--akan menyediakan kredit US$ 80 juta. Jumlah tersebut sama besarnya dengan dana yang tadinya akan disediakan oleh Pertamina. Sisanya, sebanyak US$ 200 juta, akan dicarikan di pasaran kredit Eropa melalui suatu konsorsium bank yang dipimpin oleh Arnerican Express (Amex) cabang Hongkong (TEMPO, 8 November). Suasana kemudian berubah ketika rencana proyek hydrocracker itu diputuskan jatuh sepenuhnya di pangkuan pemerintah. Dana yang harus disediakan Pertamina pun tak lagi cuma US$ 80 juta, tapi melompat menjadi US$ 360 juta. Ini termasuk yang semula dijanjikan oleh New Hebrides dan lewat Amex. Sekalipun Amex masih berharap untuk nenjadi pencari credit buat Indonesia. Sebuah sumher yang mengetahui menyangsikan pemerintah Indonesia serta merta akan menerima uluran kredit ekspor dari Austria itu. Juga dari Spanyol. "Kredit ekspor yang menawarkan banyak," kata sumber yang dekat dengan Bank indonesia itu. "Kalau tawaran yang masuk dari Austria dan Spanyol nanti ternyata lebih menarik dari negara-negara lain, ya kami terima." Tidak Terikat Banco Exterior de Espana (bank pemerintah Spanyol) kabarnya pernah menawarkan kredit berjangka 10 tahun dengan sukubunga 7,6%. Sedang Oesterreische Kontrol Bank punya pemerintah Austria menyodorkan sukubunga 7,3%, berjangka pengembalian 10 tahun. Tapi menurut pejabat itu, dari Prancis misalnya, sudah datang tawaran pinjaman yang lebih menarik. "Pokoknya Indonesia tidak terikat pada tawaran suatu negara," katanya. Tak disebutkan secara lebih jelas apa syarat-syarat yang disodorkan Prancis, misalnya. Tapi menurut pejabat itu, "kredit ekspor dari suatu negara tidak otomatis harus dikaitkan dengan suatu kontraktor tertentu dari negara bersangkutan." Seperti diketahui, dua kontraktor swasta dari Spanyol, Centurion dan Technicas Reunidas, santer disebutsebut sebagai calon kontraktor yang akan menggarap proyek hydrocracker di Dumai. Juga kontraktor Voest Alpine dari Austria. Menurut pejabat penting tadi, kontraktor dari Spanyol dan Austria itu harus bisa bersaing dengan kontraktor dari negara lain untuk memenangkan tender di Dumai. "Bisa saja swasta Spanyol itu bekerja sama dengan pemerintahnya, agar lebih kuat," katanya. "Tapi penawaran dari mereka baru akan diterima kalau barang-barang dan teknologi yang mereka miliki itu cukup bisa bersaing--demikian juga persyaratan pembiayaan (cost of money)." Baik dengan Spanyol maupun Austria sampai sekarang belum ada suatu komitmen berupa kontrak. Hubungan dengan pihak Spanyol memang terdengar gencar sewaktu proyek hydrocracker itu direncanakan sebagai usaha patungan . Kini, setelah Menteri Keuangan Ali Wardhana sendiri mengumumkan bahwa cadangan devisa di Bank Indonesia sudah mencapai US$8 milyar, kredibilitas pemerintah semakin menanjak di pasar modal internasional. Untuk mencari utang yang US$200 juta pun pemerintah nampaknya tak begitu tertarik untuk meminta jasa jasa Amex. "Kalau pemerintah bisa mencari sendiri, mengapa harus melalui Amex?" kata seorang pejabat minyak. "Apalagi Bank Indonesia sudah berpengalaman dalam soal soal mencari kredit jangka pendek." Menteri Pertambangan dan Energi -Subroto, yang dihubungi TEMPO pekan lalu, membenarkan keterangan itu. "Indonesia sudah memiliki jalur kredit sendiri di luar negeri," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus