BULOG menunjukkan betapa gula bisa menjadi pahit kalau tidak
ditangani dengan hati-hati. Dalam satu tindakan yang cul.up
drastis dan mengejutkan para pedagang, Bulog sejak dua pekan ini
menyatakan seluruh produksi gula, baik gula PNP maupun gula
petani tebu hanya boleh dijual kepadanya. Bulog menjadi pembeli
tunggal dan Buloglah yang berhak menjualnya kepada penyalur.
Klaim Bulog atas produksi gula dalam negeri itu nampaknya
untuk mengamankan stok nasional. Produksi gula dunia kini
merosot tajam akibat serangan penyakit yang menimpa perkebunan
tebu di Amerika Tengah. Tigabelas negara produsen gula di
Karibia, termasuk Kuba yang menghasilkan 57% gula dunia,
sekarang merencanakan kenaikan harga. Keadaan ini memang cukup
mengkhawatirkan Indonesia karena 25% kebutuhan gula masih impor.
Kebutuhan gula nasional 1,9 juta ton/tahun.
Memukul Petani
Pemborongan gula itu sebenarnya baru akan dimulai Bulog pada
musim giling 1981/1982 untuk seluruh produksi eks PTP/PNP dan
non PNP. Tapi nyatanya sekarang ini ia malahan memborong pula
produksi Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). "Agar jangan ada
spekulasi," kata Kepala Bulog, Bustanil Arifin.
Tetapi niat Butanil yang hendak mencegah permainlan pedagang
itu ternyata memukul petani. Larangan pengeluaran DO yang
disampaikan kepada pabrik-pabrik guIa sejak 22 Oktober
mengakibatkan tertahannya 2,3 juta kuintal gula. Si manis
tertimbun dan tak bisa keluar dari pabrik gula yang bertebaran
di daerah Ja-Tim.
Akibatnya peredaran berkurang. Harga pun mulai naik. Petani
telanjur menjualnya dengan harga Rp 29()/kg. Sampai 6 November
pembayaran gula yang "dilarang keluar" oleh Bulog itu ternyata
masih belum dibayar. Padahal harga sudah terbang menjadi Rp 500.
Pembayaran terhadap gula yang tertahan itu baru berlangsung
8 November. Itu pun hanya di Malang untuk 4.000 kuintal. Padahal
di daerah itu saja diperkirakan tertahan 60.000 kuintal.
Kabarnya uang pembayaran dari Bulog baru tiba di Surabaya 6
November sebanyak Rp 14 milyar. Untuk pembayaran gula TRI saja.
Sehari setelah pengiriman uang Bulog itu, Bustanil Arifin
muncul dalam pertemuan pers di gedung Bulog, Jakarta. "Pokoknya
hari ini pembayaran sudah dilaksanakan. Khusus untuk gula TRI
dibayar 100%," katanya kalem. Tentang keterlambatan pembayaran,
Bustanil juga mengakui hal itu sebagai kesalahan Bulog yang dia
pimpin.
"Bulog yang lambat membayar. Soalnya untuk pembeli gula itu
Bulog harus mendapat izin dari Menteri Keuangan. Berdasarkan
izin Menteri Keuangan dibuatkan perjanjian kredit dengan Bl. Dan
ini mengalami sedikit kelambatan," ulasnya. Pengiriman menjadi
bertambah terlambat karena pabrik-pabrik gula di Ja-Tim itu
katanya tak punya rekening di bank pemerintah di Jakarta.
Terpaksa Bulog sendiri yang mentransfer.
Sebenarnya begitu keputusan untuk memborong ditetapkan,
sudah bisa diraba bahwa kepanikan akan muncul di antara para
pedagang: Satu hal yang sudah cukup menimbulkan spekulasi.
Untuk mencukupi cadangan nasional Indonesia tahun ini
mengimpor 600.000 ton. Bulan Februari diimpor sebanyak 350.000
ton dengan harga US$ 587/ton. Produksi dalam negeri berkurang
karena menurunnya rendemen sampai 13 1/2% (antara lain
disebabkan musim panas yang terlalu panjang) maka impor pun
ditambah lagi 250.000 ton.
Tapi harganya sudah melonjak jadi US$ 1.127,50/ton. Kenaikan
ini mengalcibatkan bertambah besarnya subsidi pemerintah untuk
penyediaan gula. Sejak awal 1980 jumlahnya mencapai Rp 127
milyar. Subsidi itu terutama dinikmati oleh pabrik susu kental
manis. Harga beli Bulog Rp 350 untuk gula dalam negeri, dijual
ke pabrik susu cuma Rp 325.
Khawatir akan meningkatnya laju inflasi mulai 8 November
Team Task Force Dolog Jaya dan 13 penyalur anggota Asosiasi
Penyalur Gula & Tepung Indonesia melakukan dropping ke
pasarpasar di Jakarta sebanyak 175 tonihari. Direncanakan
berlangsung sampai akhir tahun ini, sehingga permintaan yang
naik pada hari Natal dan Tahun Baru bisa dipenuhi.
Suasana "operasi pasar" di berbagai pusat perdagangan itu
cukup ramai. Di Pasar Proyek Senen, Jakarta, orang berebutan
mengacungkan uang kepada petugas Dolog yang berada di atas truk.
Seorang maksimal boleh membeli 2 kg @ Rp 400. Sementara
kira-kira 50 meter dari situ, di kios-kios harga menari-nari
sampai Rp 600 per kg.
Karena harga gula naik, maka dirasakan adanya kenaikan harga
bahan makanan yang menggunakan gula. Oktober kemarin inflasi
tercatat 1, 69%. Ini merupakan tingkat Icenaikan tertinggi sejak
Mei 1980 ketika harga BBM dinaikkan. Dan penyebab utama inflasi
yang tinggi itu adalah naiknya harga gula.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini