RAKET tenis seharga $ 0,51 ternyata telah merubah jalan hidup
seorang bocah. Ceritanya begini:
Suatu hari sang bocah berkeluyuran lagi di jalan raya Los
Angeles, dan keserempet mobil. Pipinya besot -- membekas sampai
sekarang -- dihantam pintu kendaraan tersebut. Agar kejadian itu
tak berulang, ibunya lalu membelikannya sebuah raket, dan
menyuruhnya bermain tenis. Rupanya tak sia-sia.
Dialah, Richard (Pancho) Gonzales, kini 51 tahun, juara tak
terkalahkan di tahun 50-an. "Kalau ibu tak membelikan saya raket
dulu, entah apa jadinya saya sekarang," cerita Gonzales.
Dua pekan lalu, Gonzales muncul dan bertanding di stadion tenis
Senayan, Jakarta. la tampak masih kokoh -- tinggi badan 190 cm
dan berat tubuh 96 kg. Tapi, orang yang dulu terkenal mempunyai
service dan smash yang mematikan, serta bermental baja, kini
tinggal nostalgia. Berhadapan dengan Torben Ulrich, 6 bulan
lebih muda, ia tersisih di babak pertama nomor tunggal turnamen
Tennis Grand Masiers tersebut. Skor 7-5 dan 6-0. "Saya yang
bermain jelek tadi," ujar Gonzales. Turnamen Tennis Grand
Masters adalah pertandingan keliling yang dilakukan oleh
sekelompok pemain terkenal di dunia, dan hanya bagi mereka yang
sudah berusia 45 tahun ke atas.
Gonzales, berpasangan dergan Neale Fraser, 46 tahun, ternyata
juga tak mampu menebus kekurangannya ketika turun di partai
ganda. Di final, mereka berhadapan dengan pasangan Svend
Davidson, 51 tahun, dan Ulrich. Kalah 7-5 dan 6-3. Namun mereka
masih mengantongi hadiah $ 2.000. Juaranya mendapat $ 3000.
Total hadiah dari turnamen ini $ 25.000. Juara nomor tunggal,
Rex Hartwig, 50 tahun, dan runner-up, Davidson masing-masing
meraih $ 5.000 dan $ 3.500.
Tapi kegagalan Gonzales itu tidaklah mengecilkan artinya di mata
publik tenis Jakarta. Sisa-sisa ketrampilannya tampak disimak
orang, termasuk pelatih Sugiarto Sutarjo, baik-baik.
Pada usia 16 tahun, Gonzales sudah menjadi juara junior untuk
kawasan Kalifornia Selatan. Tahun 1948, ia dalam usia 20 tampil
sebagai juara turnamen terbuka Amerika Serikat dengan
mengalahkan pemain Afrika Selatan, Eric Sturgess di final 6-2,
6-3, dan 14-2. Permainannya yang lebih mengejutkan adalah
sewaktu ia mempertahankan mahkota di tahun berikutnya. Di final
kali ini ia berhadapan dengan juara Wimbledon, Ted Schroeder. Ia
kehilangan 2 set pertama (16-18 dan 2-6), tapi memukul balik
dalam 3 set penentuan (6-1, 6-2, dan 4). Tahun 1949 itu juga,
Gonzales langsung mengenakan baju profesional.
Memasuki tahun 1952 adalah awal kecemerlangan bagi Gonzales.
Musim itu, ia memenangkan 4 tour kejuaraan dunia prof. Dua tahun
kemudian, ia menyingkirkan jago-jago prof masa itu, seperti Don
Budge, Frank Sedgman, Pancho Segura, dan Bobby Riggs dalam
suatu turnamen round robin.
Untuk Sapi
Periode Gonzales telah lama berakhir. Kini adalah tahun-tahun
Bjorn Borg dan Jimmy Connors. Tapi orang masih saja tak dapat
melupakan jago itu. Generasi manakah sesungguhnya yang lebih
bermutu? "Secara teknik mungkin kami lebih baik," kata Gonzales.
"Pemain sekarang umumnya lebih mengandalkan kekuatan dan
kecepatan. "
Gonzales kini sehari-hari adalah direktur tenis klub Cesar
Palace, Las Vegas dan juga pemilik perusahaan pakaian jadi.
Tampak ia masih belum akan menggantungkan raketnya.
Dan inilah Rex Noel Hartwig, juara turnamen Tennis Grand Masters
di Jakarta. Namanya memang tidak sebesar Gonzales yan tercatat
dalam The Oxford Companion of Sport & Gamesdan Encyclopaedia
Britannica. Ia adalah spesialis ganda, dan menjuarai Wimbledon
pada tahun 1954 dan 1955. Untuk 2 kali turnamen itu pasangannya
adalah Mervin Rose dan Lewis Hoad.
Di Jakarta, adalah penampilan pertamanya dalam Tennis Grand
Master untuk tahun ini. Hartig -- lahir 25 September 1929 di
New South Wales, Australia -- masih memperlihatkan sisa-sisa
masa jayanya dalam menghadapi Davidson. Terutama dalam akurasi
pukulan, dan keuletan. Tak heran, kalau Davidson, juara turnamen
Tennis Grand Masters di Manila, pekan sebelumnya kelabakan
melayaninya. Skor akhir 7-6 dan 7-5 untuk Hartwig. "Saya ikut ke
Jakarta memang untuk menguber hadiah," kata Hartwig blak-blakan.
Hartwig, yang memiliki 8 hektar tanah pertanian dan beternak di
Gruti, negara bagian Victoria, Australia, mengutarakan bahwa
hadiah $ 5.000 yang dikantonginya akan dibelikan 10 ekor sapi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini