TANJUNG Karang barusan saja memperoleh kolam renang,
satu-satunya di propinsi Lampung. Agak ketinggalan
kedengarannya, tapi kolam itu segera menempatkan Tanjung Karang
sebagai "kota prioritas" dalam peta olahraga KONI.
Terletak di daerah Pahoman, kolam renang itu berbentuk stadion
dalam areal 1,5 hektar. Kolamnya berukuran 50 meter panjang dan
21 meter lebar yang terbagi dalam 8 lintasan, sesuai dengan
persyaratan olahraga prestasi. Ia menyediakan tempat duduk untuk
1000 pengunjung. Lampunya lengkap, baik ti dalam maupun di luar
kolam. Letaknya berhadapan dengan stadion sepakbola dan atletik
Pahoman.
Dengan mengeluarkan ongkos Rp 364 juta, Gubernur Lampung Yasir
Hadibroto sungguh membanggakannya. Dan ia meresmikannya 8 April
lalu, bertepatan dengan HUT ke-15 propinsi Lampung. Kolam
Pahoman ini, katanya, perlu mencapai 3 sasaran prestasi,
pendidikan dan rekreasi. Para atlit Lampung dihimbaunya supaya
"menghilangkan sifat santai."
Pantas Dicatat
Atlit Lampung yang berprestasi nasional hanya si Gajah Lampung,
Imron Rosadi, lifter yang meraih 3 medali emas dalam PON 1977 di
Jakarta. Hanya itu. Lainnya diharapkan Joko Buntoro, lifter
junior yang kini masih dibina di Sekolah Khusus Olahraga
Ragunan. Ada juga judoka Anton Tamarruddin (Dan II) yang oleh
SIWO/PWI setempat dipilih sebagai Olahragawan Terbaik Lampung
1978. Tapi di bidang renang belum seorang pun dari Lampung yang
pantas dicatat.
Bahwa bertujuan prestasi, kolam baru itu jelas memenuhi
persyaratan. Bahkan ia merupakan proyek olahraga pertama yang
pembangunannya mendapat tuntunan teknik dari KONI Pusat. "Saya
sendiri memperoleh pelajaran baru dalam membangun kolam renang
prestasi," kata kontraktor ir. Siswono, DirUt PT Bangun Tjipta
Sarana. "Ternyata banyak liku-likunya dan sangat berbeda dengan
pembuatan kolam rekreasi biasa."
KONI Pusat menyediakan nasehat teknik cuma-cuma terutama sejak
ada kritik dari International Olympic Commitee (IOC) mengenai
banyak sarana olahraga di Indonesia yang dianggapnya kurang
memenuhi persyaratan prestasi. IOC melihatnya dari segi
lingkungan maupun teknik pembangunannya. Mulai tahun 1977, KONI
Pusat mencoba memberi nasehat pada proyek baru supaya sarana
olahraga seterusnya mendapat kwalifikasi internasional.
Kelebihan kolam Pahoman ialah pada pinggirannya. Tepi
sekelilingnya kelihatan hampir rata dengan permukaan air.
Sengaja dibikin begitu supaya gelombang yang timbul dari gerak
perenang tidak memantul mengganggu si perenang. Air itu akan
luber dan masuk ke saluran yang tersedia di sekeliling kolam itu
juga. Hal kecil ini yang bisa memperbaiki prestasi belum
terpikirkan ketika orang membangun stadion renang di Senayan,
misalnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini