Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Untung Di Luar Jakarta

Setelah ditangani pelatih jerman fred korber, kesebelasan Pardedetex memperlihatkan bentuk. Kompetisi Galatama di Bogor, Bandung, Surabaya, Medan berhasil menyedot uang, di Tanjung Karang berkurang. (or)

21 April 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SESUDAH ditangani pelatih Jerman, Fred Korber, kesebelasan Pardedetex mulai memperlihatkan bentuk. Di kandang sendiri, Medan, akhir pekan lalu mereka berhasil menahan klub Jayakarta 0-0. Karena tadinya cuma 2 kali menang dan 4 kali kalah, keadaan seri terakhir ini sudah menggembirakan boss T.D. Pardede. "Yang penting jangan sampai kalah," katanya. Jayakarta yang tadinya meraih satu kemenangan dan 1 kali seri, keadaan seri lagi di Medan pun lumayan, walaupun semustinya bisa menang. Soalnya, kata Iswadi Idris, pelatih merangkap kapten Jayakarta, "lapangan licin. Saya juga terkejut . . . Mereka (Pardedetex) tidak menyerang. " Pardedetex memang memusatkan diri pada pertahanan yang kabarnya sesuai dengan strategi Korber khusus untuk melawan Jayakarta. Stadion Teladan dipadati oleh 25.000 penonton, melebihi kapasitasnya. Pertandingan itu sendiri tidak menarik tapi tampaknya tidak mengecewakan penonton, meskipun diguyur hujan. Hujan itu menyebabkan wasit meniup peluit panjang 12 menit sebelum waktunya atas persetujuan kedua pihak. Tak Berdaya Di stadion Pahoman, Tanjung Karang, sore yang sama hujan juga mengguyur lebat. Kesebelasan tuan rumah, Jaka Utama membuat kejutan, mengalahkan klub Tunas Inti, Jakarta 2-0. Ini adalah kejutan kedua dari Jaka Utama dari 5 kali pertandingan. Dua pekan lampau, mereka mencatat kemenangan atas tuan rumah NIAC Mitra di stadion 10 Nopember, Surabaya 2-1. Sisa lainnya, 1 kali seri dan 2 kali kalah. Tunas Inti di kertas sebenarnya terhitung kesebelasan yang lebih kuat dibandingkan Jaka Utama. Di situ Sudaryanto, kiper cadangan tim PSSI Junior 1978. Juga Wahyu Tanoto, pernah memperkuat bond Persija, Jakarta. Pengasuhnya adalah Sinyo Aliandu, bekas pelatih nasional yang dibayar Rp 400.000 per bulan. Ini adalah pertandingan ke-4 bagi Tunas Inti. Sebelumnya mereka baru menang 1 kali, seri 1 kali, dan kalah 1 kali. Mengapa tak berdaya menghadapi Jaka Utama? "Bermain di kandang lawan," kata Aliandu, "soalnya, mereka masih muda-muda, dan belum banyak pengalaman." Dari sudut komersial, klub-klub Galatama tampak mulai menyedot penonton. Pardedetex diperkirakan berhasil mengeduk Rp 11.000.000 dari stadion Teladan akhir pekan lalu. Tak heran, jika T.D. Pardede berani mengontrak Steve Tombs dan Paul Smythe, dua pemain dari klub Exeter City, Inggeris, serta pelatih Fred Korber yang pernah menangani Arseto, dengan bayaran tinggi. Angkanya tak disebutkan. "Mustahil setiap pertandingan (di Medan) kami tak bisa mengaut hasil bersih Rp 2.000.000," kata Rudolf Pardede, anak sang majikan. Untuk putaran kompetisi ini, Pardedetex akan bertindak sebagai tuan rumah untuk 13 kali pertandingan. Ini berarti Rp 26 juta sedikitnya pendapatan bersih baginya. Pardede malah merencanakan dua pertandingan dalam sebulan di Medan. "Memang baik bisnis ini," komentar orang di Medan. Di Tanjung Karang, angka pemasukan memang tidak menggelembung. Pertandingan kemarin belum tercatat hasilnya. Di Magelang, kotanya hampir sebesar Tanjung Karang, klub Tidar Sakti masih mengantongi pendapatan Rp 1.200.000 untuk 1 kali pertandingan. Pendapatan terendah dari 3 kali pertandingan di sana (ketika melawan Jaka Utama) adalah Rp 700.000. Itu pun lantaran beredarnya karcis palsu. Tapi di Bogor, Bandung, dan Surabaya pemasukan cukup menggembirakan. Ketika NIAC Mitra melawan Pardedetex di Surabaya, misalnya, pemasukan tercatat Rp 11.294. 300. Di Jakarta, tampak tak semua pertandingan mampu menyedot uang. Pendapatan tertinggi agaknya baru dihasilkan dari pertandingan Jayakarta melawan Indonesia Muda di stadion Menteng. Jumlah yang dipungut Jayakarta Rp 6.000.000. Juga di Jakarta, untuk pertama kalinya tercatat adanya pertandingan gratis buat umum, ketika BBSA Tama melawan Cahaya Kita di stadion utama Senayan. Cahaya Kita sampai akhir pekan lalu baru 2 kali turun ke gelanggang, dan menang. Tim lain yang juga tak terkalahkan adalah Arseto, yang mencatat 2 kemenangan dan 2 seri. Terakhir Arseto melawan Sari Bumi Raya di Bandung 2-2. Indonesia Muda yang termasuk kuat masih belum beruntung. Dari 3 kali penampilannya, semuanya berakhir seri. Di urutan terbawah tetap BBSA Tama yang tak pernah menang maupun seri dari 4 kali pertandingan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus