ANUGERAH itu datang dari tangan Patrick Kluivert. Tangan pemain Barcelona asal Belanda itu tersenggol bola di kotak penalti. Hands ball! Dan pemain uzur Garry McAllister tak menyia-nyiakan peluang emas penalti itu. Satu gol kemenangan Liverpool atas Barcelona, dalam pertandingan keduanya di babak semifinal di Stadion Anfield, Liverpool, tiga pekan silam, merontokkan peluang kesebelasan raksasa asal Spanyol itu. Liverpool melaju ke final Piala UEFA?kompetisi ?kelas dua? Eropa setelah Liga Champions.
Kemenangan ini penting bagi klub kota pelabuhan tempat lahir grup legendaris The Beatles itu. Untuk kejuaraan tingkat Eropa, ini adalah prestasi puncak selama 16 tahun terakhir. Pada 1985, dalam final Piala Champions, di Stadion Heysel, Belgia, mereka digasak Juventus, 0-1. Dalam final rusuh yang merenggut korban jiwa karena ulah para hooligans Inggris itu, Liverpool terkena sanksi tidak boleh bermain di kejuaraan Eropa selama lima tahun.
Final Piala UEFA kali ini bisa jadi penyelamat muka Inggris. Liverpool menjadi satu-satunya tim Inggris yang mungkin merebut gelar juara Eropa. Sebelumnya, tiga jagoan Inggris?Manchester United, Leeds United, dan Arsenal?rontok dalam perebutan Piala Champions. Di tangan pelatih Gerard Houlier-lah Liverpool mungkin akan menjadi tim yang menghapus anggapan bahwa klub Inggris cuma jawara di kandang. Padahal, sejatinya sudah kelas Eropa, mereka dua kali menggondol gelar juara Piala UEFA, pada 1973 dan 1976.
Namun, di pihak lain, konsentrasi Liverpool sendiri agak terbelah. Ambisinya adalah ingin meraih tiga gelar sekaligus. Satu gelar sudah di tangan, yakni Piala Liga Inggris, yang diraihnya Maret silam. Kejayaan itu makin lengkap dengan Piala UEFA ini. Tidak itu saja sebenarnya. Mereka berupaya menggapai posisi tiga besar Liga Inggris, yang memungkinkan mereka bisa bertarung di Liga Champions?yang ini kejuaraan antarklub ?kelas satu? Eropa?musim mendatang.
Lawannya, Alaves, adalah klub yang bahkan diragukan publiknya sendiri di Spanyol. Tapi Deportivo Alaves bukanlah anak bawang yang bisa dipandang remeh. Klub ini sudah ada sejak 1921, walau namanya ?nyaris tak terdengar? di percaturan Eropa. Bahkan, prestasi di negerinya sendiri masih tersendat. Hingga pekan silam, posisinya mentok di posisi sembilan kompetisi tahun ini.
Di luar dugaan, pasukan merah jambu ini mampu mencatat prestasi gemilang. Dua klub besar, Rosenborg (Norwegia) dan Inter Milan (Italia), mereka pukul. Bahkan, di semifinal, Kaiserslautern (Jerman) dihancurkan dengan skor akhir nan telak, 9-2 (5-1 dan 4-1).
Hasil itu menandakan bahwa tim ini bukanlah lawan sembarangan. Di lini depan, Alaves memiliki Javi Moreno, sang pichichis alias pencetak gol terbanyak di Liga Spanyol hingga pekan lalu, dengan 20 gol, sejajar dengan Raul dan meninggalkan Rivaldo, yang mengemas 19 gol. Di ajang Piala UEFA sendiri, Moreno telah mencetak empat gol. Santer disebut, pemain berusia 26 tahun ini diincar Aston Villa untuk ikut merumput di Inggris pada musim kompetisi mendatang. Tidak hanya Moreno, striker lainnya, Iván Alonso, memiliki naluri mencetak gol yang tajam. Terbukti, saat Moreno cedera, Alonso bisa tampil garang.
Kekuatan lain terletak pada motivasi pemainnya. Berbeda dengan Liverpool, konsentrasi Alaves hanya tertuju pada pertandingan ini. Pasalnya, dengan posisinya yang terpuruk di Liga Spanyol, boleh jadi tahun depan Alaves tidak bisa ikut dalam turnamen ini. Dengan kata lain, mereka harus juara.
Satu hal lain yang menguntungkan adalah kehadiran pemain Belanda, Jordi Cruyff. Anak pemain legendaris Johan Cruyff yang ?dibuang? dari Manchester United itu justru bersinar di klub ini. Ia menjadi bintang saat menekuk Kaiserslautern.
Di pertandingan final inilah Jordi ingin membuktikan bahwa penampilan buruknya di Inggris lebih karena Sir Alex Ferguson dari Manchester United tidak pernah memberikan kesempatan kepadanya untuk tampil maksimal di klub kaya itu. Dengan kata lain, Jordi akan menjadi tumpuan yang bisa mengangkat moral tim. Apalagi ia pernah berkiprah di Premier League. ?Saya sudah tahu gaya permainan mereka.?
Liverpool pasti akan mati-matian menjebol pertahanan Alaves yang berlapis-lapis. Dan ?The Reds? melakukannya untuk mengakhiri penantian 16 tahun itu.
Irfan Budiman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini