Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Lomba guyon-guyonan kapten collins

Perlombaan triathlon lahir dari guyonan tentang kemungkinan dibuatnya trilomba (renang, balap sepeda dan lari). atas prakarsa john collins triathlon mulai dilombakan di pulau oahu, as, tahun 1978. (or)

16 Agustus 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NOMOR perlombaan triathlon sebenarnya lahir dari guyon-guyonan. Adalah John Collins, kapten angkatan laut AS yang bertugas di Hawaii, waktu itu, Februari 1977, yang bergurau dengan stafnya temang kemungkinan dibuatnya trilomba itu (renang, balap sepeda, dan lari). Ketika itu mereka tengah terlibat dalam perdebatan mengenai cabang olah raga mana yang lebih berat: lomba renang di pantai Waikiki (sekitar 3,8 km), lomba balap sepeda di sekitar Oahu (sekitar 180 km), atau maraton Honolulu (42 km). Tak tereapai kata sepakat. Awak angkatan laut AS itu bersikukuh pada argumentasi masing-masing tentang kelebihan nomor lomba yang dijagoinya. Baru sesaat kemudian, secara bercanda, salah seorang di antaranya menyeletuk bahwa: "pasti kombinasi ketiga lomba itu", jawaban yang paling pas. Serempak semua peserta debat kusir tadi tertawa. Tapi Collins rupanya merasa gurauan itu sebagai suatu godaan yang menantang. Dengan persiapan ala kadarnya setahun kemudian, ia mengumumkan rencananya untuk mengadakan lomba itu di pulau tempat berkumpulnya para turis di Pulau Oahu. Sekitar 15 pria waktu itu mendaftarkan diri ikut dalam lomba gila-gilaan itu. Berlangsung Januari 1978, ternyata medan lomba yang berat itu bisa ditaklukkan para peserta. Tercatat Gordon Haller, seorang pria asal California Selatan, yang tampil sebagai pemenang. Dialah yang kemudian dinobatkan sebagai "manusia baja" pertama di dunia harena prestasinya yang fantastis itu. Lomba yang diselenggarakan Collins itu kemudian berkembang. Dan seiring dengan melonjaknya jumlah peserta 1982 (sempat mencapai 850 orang) lomba itu lalu ditetapkan sebagai lomba tahunan di Hawaii dengan nama: Budweiser Light Hawaii Ironman Triathlon World Championship. Lomba ini kemudian makin populer di Amerika. Terutama setelah kemudian ternyata ada juga wanita yang mampu menaklukkannya. Mereka adalah Kathleen McCartney dan Julie Moss, keduanya juga asal California Selatan. Amerika pun demam triathlon, lomba yang waktu itu disebut-sebut sebagai olah raga tahun 80-an. Dan berkat liputan yang luas dari televisi dan koran serta majalah AS, cabang baru ini kemudian dicoba orang di benua lain, Australia, Asia, dan Eropa. Namun, karena beratnya medan yang harus ditempuh (paling cepat seorang peserta mencapai finish sekitar 11 jam), jarak lomba ini yang tadinya renang 3,8 km, lari 42 km, dan balap sepeda 179 km kemudian dikurangi. Bahkan dibakukan (tiga tahun lalu) menjadi: renang 2 km, lari 15 km, dan balap sepeda 40 km. Dengan jarak ini, seorang peserta tercatat paling cepat bisa mencapai finish sekitar 2 jam. Toh, nomor lomba ini tetap saja harus dianggap sebagai salah satu lomba terberat di dunia saat ini. "Peserta serius yang mampu memenangkan lomba ini sedikitnya harus berlatih sekitar setahun," kata Dokter Sadoso Sumosardjuno, pimpinan Pusat Kesehatan Olah Raga KONI Pusat, yang jadi salah seorang penasihat lomba triathlon Ancol, Jakarta, kepada Rudy Novrianto dari TEMPO. Namun, untuk sekadar mencoba, menurut Sadoso, semua orang asal yang bisa berenang dan naik sepeda boleh saja ikut menjajal lomba itu. "Tak ada akibat apa-apa. Paling-paling mereka akan kelelahan sendiri dan jatuh terkulai, jika tetap berusaha menaklukkan finish," ujar Sadoso. Triahlon, tak ayal, memang lebih banyak dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan daya tahan tubuh (endrance). Memang, di AS, ia sudah mulai dilombakan seperti cabang olah raga lainnya. Malah sejumlah buku panduan tentang cara berlatih olah raga ini terbit menjamur di sana. Ditulis tak hanya para penulis olah raga. Tapi, juga oleh para atlet bekas juara atau pemain triathlon. Misalnya, Dave Horning, juara tiga kali lomba triathlon di AS. Tak sulit menurut dia berlatih olah raga ini. "Untuk pemula tak perlu lama-lama berlatih. Cukup satu jam setiap hari atau tujuh jam seminggu. Dengan pembagian untuk ketiganya bisa diatur bervariasi. Misalnya masing-masing dua jam buat renang dan balap sepeda dan tiga jam untuk lari", tulisnya dalam bukunya mengenai triathlon, A Lifetime of Fitness. Pembagian porsi ini tak mutlak. Yang penting setiap minggu ketiga cabang harus diadakan latihan. Dan hanya buat mereka yang ingin membuat rekor porsi latihan tadi perlu ditambah. Rincian tentang penambahan porsi latihan ini memang diuraikan Horning dalam bukunya. Tapi, syarat utama tetap ditekannya: latihan secara teratur dan disiplin. Tak semua orang akhirnya, meskipun telah membaca buku ini dan menerapkannya dalam latihan, bisa menang dalam lomba. "Tapi bisa mencapai finish saja sebenarnya suatu kepuasan tersendiri. Itulah yang membuat olah raga ini digemari di Amerika," tambah Sadoso. Tapi belum semua negeri menekuninya seperti olah raga ganda lainnya. Misalnya, decathlon (dasa lomba, terdiri atas 10 nomor lomba: lari 100 meter, lompat jauh, tolak peluru, lompat tinggi, lari 400 meter, lari 110 m gawang, lempar cakram, lompat jangkit, lempar lembing, dan lari 1.500 m), heptathlon (pancalomba, terdiri atas lima nomor lomba: t00 m gawang, tolak peluru, lompat jauh, lompat tinggi, dan lari 200 m). Kedua nomor ini sejak 1912 sudah dilombakan di Olimpiade dan dilatih di semua negara dalam cabang atletik. Sejak 1980 Olimpiade mulai pula memperlombakan lomba ganda lain: modern pentathlon. Yakni gabungan lima cabang perlombaan: berkuda, anggar, menembak, berenang, dan lari lintas alam. Apakah triathlon kelak akan diperlombakan di Olimpiade? Masih harus ditunggu. Untuk sementara ini, cabang ini tetap masih merupakan kegiatan selingan guna menghindarkan diri dari kejenuhan berolah raga -- hal yang umumnya menimpa para olahragawan. Mereka ini, menurut catatan, kebanyakan bekas perenang, baru kemudian benar-benar pembalap sepeda. Mungkin karena untuk perenang rasanya memang tak begitu sulit mengayuh sepeda, apalagi berlari. Sedangkan buat bekas pembalap, lari jelas bukan soal, tapi tentu tak semua mereka bisa berenang. Seperti juga tak semua pelari bisa mengayuh sepeda dan berenang. M.S.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus