DIANTARA beberapa team peserta "Anniversary Cup II", tertjatat
pula Team Malaysia jang tidak berpredikat "Team inti". Setelah
lolos dari penjisihan Group B" orang mulai menerka apa jang
hendak diperbuat Malaysia diperempat final bersama Burma dan
Korea. Apalagi setelah diketahui bahwa dalam "Pasokan Melayu"
ini hanja terdapat Osman Abdullah, back kanan jang berpengalaman
dalam Asian Cup jang baru lalu. Selebihnja adalah pemain-pemain
jang usianja pukul rata 22 tahun. Namun sebagai Pemegang Piala
"Anniversary" 1970, Persatuan Sepakbola Malaysia ingin
menjatakan tekadnja bahwa Malaysia tidak tjuma ikut-ikutan dan
karena terpaksa.
Hasrat tersebut disalurkan melalui Abdul Chani Minhat. Seorang
bekas pemain nasional Malaysia ditahun 1954-1966, rekan sebaja
Djamiat, Witarsa, Tanoto, Kiat Sik pada zamannja. Kini bekerdja
pada "Djawatan Penerangan" Malaysia, Ghani memperoleh tjuti
untuk menangani Team Belia ini. Sebagai seorang Coach jang
pernah mengalami pendidikan dibawah Dettmar Kramer dari Djerman,
Ghani pertama menamakan unsur "kepertjajaan pada kemampuan diri
setiap pemain". Tjaranja kedengaran memang mudah. Tapi
pelaksanaannja bagaimana? "Begini menendang bola", seraja ia
mengajunkan kaki kanannja seolah menjambut kulit bundar. "Tetapi
bukan mengindjak lawan". ABC sepakbola jang paling sederhana ini
disertai sanksi: "kalau ada pemain-pemain awak main kaju,
tamatlah bola sepaknja"
Adakah bekal Kesebelasan Malaysia demikian hampa. Bekas
penjerang tengah Malaysia ini kemudian melandjutkan tjeritanja.
Sambil memekarkan kesepuluh djari tangannja Ghani memperlihatkan
pola permainan anak-anaknja. "Kami mendasarkan pada 4-2-4.
Frontment (penjerang), Midfieldmen (penghubung) dan Defence
(pertahanan). Tapi diwaktu melantjarkan serangan kedua sajap
penjerang dan kedua penghubung turut membantu. Dikala lawan
menguasai bola kedua sajap dan penghubung ikut turun bertahan".
Tetapi dalam pola permainan tersebut bukan tidak ada
"opsus"-nja. Kedua penghubung, masing masing Hamzah Hussein dan
Namat Abdullah diberi spesifikasinja. Jang pertama tjondong pada
kombinasi penjerangan, sementara jang belakangan dititik
beratkan pada pertahanan. Sedang kedua penjerang silih berganti
membajang-bajangi pertahanan lawan jang terachir (poroshalang).
Pola ini, menurut Ghani dibutuhkan sewaktu-waktu terdjadi
serangan-balas jang mendadak dari barisan pertahanan. Yap Eng
Kok dianggap paling pintar untuk merobek pertahanan lawan
sebelum rekan-rekan lainnja ikut berkombinasi. Bagaimana dengan
seorang "sweeper" (tukang sapu)? Dengan sendirinja tugas
tersebut diambil alih oleh poros halang, sewaktu kedua
penghubung dan penjerang sajap turun kebawah. Ghani menjimpulkan
bahwa pola 4-2-4 Malaysia berlandas-kan prinsip jang belum usang
bertahan dan menjerang dengan djumlah jang lebih besar dari
lawan.
Pada umumnja Ghalli merasa puas dengan hasil anak buahnja. Dalam
serangkaian pertandingan dikemukakan fakta berikut:
***
Malaysia - Khmer 1-1
Malaysia-Australia 3-2
Malaysia-Burma 1-5
Malaysia-Korea 2-1
Malaysia-Indonesia 1-2
Malaysia-Khmer 2-1
(Djuara ke-III)
**
Kekalahan terhadap Burma, menurut pendapat Ghani, disamping
Kesebelasan lawan lebih baik, kesalahan kiper Ali Osman
terlampau banjak. Sementara kekalahan dari Indonesia
dipandangnja sebagai "udjian untuk berdjiwa besar". "Meskipun
kami tewas, tapi tetap sportif", komentarnja. Sebab sebelumnja
Team Manager Malaysia Dato Teoh telah berulangkali
memperingatkan pemain-pemainnja untuk tidak memprotes keputusan
wasit dalam keadaan dan persoalan apapun djuga. "Dalam hal ini
kamipun berjaya".
Menilai mutu Turnamen "Anniversary Cup" II tahun ini, Ghani
berpendapat djauh lebih sukses dari tahun jang lalu. "Nampak
sekali improving (meningkat) terutama dengan Team kami".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini