TIM Bridge Indonesia bikin kejutan. Bukan karena prestasinya. Melainkan, tim yang dipimpin oleh Amran Zamzani itu kali ini berani melanggar garis pemerintah: bertanding lawan Israel. Yakni, dalam kejuaraan Dunia Bridge Bermuda Bowl di Sao Paulo, Brazil, pekan lalu, yang diikuti delapan negara. Tak heran kalau Menpora Abdul Gafur bukan main kagetnya ketika membaca kabar itu di surat kabar. Juga Menteri Dalam Negeri Soepardjo Rustam, yang juga Ketua Umum Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (Gabsi), ikut tersentak. Tak tanggung-tanggung, Soepardjo langsung memerintahkan seorang stafnya untuk mengirim teleks ke Kedubes RI di Sao Paulo, guna mengecek kebenaran berita yang menyebutkan bahwa tim bridge Indonesia sudah dikalahkan tim Israel di putaran pertama kejuaraan dunia itu. Maklum, laporan dari kejuaraan itu juga menyebutkan bahwa dua negara Pakistan dan India yang mewakili Asia Timur - Indonesia sendiri mewakili Asia Timur Jauh - tak mau tampil di pertandingan karena dilarang pemerintahnya melawan tim Israel. "Jadi, kalau kita benar main, itu melanggar ketentuan," katanya. Dan tim bridge yang beranggotakan, antara lain, pasangan Denny Sakul/Ferdy Waluyan itu, Sabtu pekan lalu, sekali lagi mengagetkan. Yakni, ketika kembali mereka bertanding - dan juga kemudian kalah juga lawan tim bridge Israel. Kekalahan kedua kalinya inilah yang menutup kemungkinan bagi tim Indonesia untuk masuk ke semifinal. Prestasi ini, sama dengan hasil di Venesia, 1974 lalu. Tapi dua tingkat lebih baik dari hasil di Kejuaraan Dunia, dua tahun lalu di Stockholm, Swedia. Namun, tetap disambut dingin, setidak-tidaknya oleh Menpora Abdul Gafur. "Policy pemerintah terhadap Israel tetap: atlet kita tak boleh main dengan mereka," kata Gafur, serius. "Mereka akan saya tanyain sekembali mereka nanti." Tak disebutkannya, adakah sanksi yang akan dikenakan pemerintah terhadap tim bridge Indonesia itu. Yang terang, larangan bermain lawan atlet dari negara yang tak punya hubungan diplomatik dengan Indonesia itu - selain Israeljuga Afrika Selatan - tercatat sudah berlaku sejak gencarnya politik antizionisme dan diskriminasi rasial pada periode enam puluhan dan tujuh puluhan. Terakhir, sekitar 1983, tak kurang Departemen Luar Negeri mengeluarkan edaran khusus yang mempertegas larangan itu. "Kebijaksanaan pemerintah adalah, agar sekuat tenaga, para atlet bisa menghindari pertandingan melawan atlet-atlet dari kedua negara itu. Ada pelbagai cara agar tak kena sanksl organisatoris, misalnya dengan cara pura-pura sakit perut, atau dengan yang lain," kata Gafur. Pimpinan tim Amran Zamzani lewat telepon dari Sao Paulo mengatakan kepada TEMPO, keadaan di meja pertandingan tak selalu semudah itu. "Kita di Brasil dianggap bukan tim yang hanya mewakili Indonesia, tapi juga wakil Timur Jauh. Kalau ketahuan bahwa kita sebenarnya menolak pertandingan lawan Israel, kita bisa kena skors, tiga tahun tak bisa bertanding di kejuaraan bridge di mana pun," kata Amran. Sanksi ini, menurut dia, bisa menghilangkan kesempatan pemain-pemain bridge Indonesia yang sudah tercatat sebanyak 13 kali menjuarai Kejuaraan Bridge Timur Jauh meningkatkan kemampuan mereka. "Kami turun bertanding melawan Israel dengan pertimbangan yang cukup. Semua nanti akan saya laporkan ke KONI Pusat," ujar Amran. Ia juga menyatakan siap menerima sanksi apa pun dari pemerintah. Tim Bridge ini memang bisa dikenai sanksi. Contohnya ada. Peringatan keras, pernah diberikan kepada Lita Sugiarto petenis yang di final Asian Games VII di Teheran, Iran, 1974, bertanding lawan petenis Israel. Lita ketika itu memenangkan pertarungan tersebut. Marah Sakti Rudy Novrianto & Toriq Hadad (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini