Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Balap mobil Formula 1 di sirkuit Albert Park, Melbourne, Australia, Ahad pekan lalu, tinggal menyisakan dua lap. Pembalap Renault Giancarlo Fisichella masih menderu di urutan terdepan. Detik-detik menuju garis akhir kian menjelang.
Saat itulah penonton menyaksikan tindakan tak terduga dari tim BAR-Honda. Mereka menarik dua pembalapnya, Jensen Button dan Takuma Sato, pulang kandang. Ketika itu Button berada di urutan 10, sedangkan Sato di peringkat 12, posisi yang jelas tak akan menghasilkan angka.
Tindakan tim BAR-Honda tak pelak menimbulkan kontroversi. Sebagian penonton berteriak memperlihatkan kekecewaannya. Tapi Bos BAR-Honda, Nick Fry, punya penjelasan atas aksi nyeleneh tersebut. Ia menyebut langkah ini strategi menyiasati peraturan baru yang mengharuskan satu mesin dipakai dalam dua seri balapan.
Dengan tak mencapai garis akhir, pembalap tim BAR-Honda berhak memakai mesin baru pada seri berikutnya di sir-kuit Sepang, Malaysia. "Kami ingin mengambil keuntungan dari peraturan baru. Dengan mesin baru, kami berharap tampil lebih baik di Malaysia," ujar Fry berterus terang.
Sejak awal, peraturan baru sirkuit balap mobil Formula 1 memang sudah memicu perdebatan. Banyak pihak khawatir, aturan baru akan memupuk sikap tak kesatria para peserta lomba. Kekhawatiran itu terbukti dengan munculnya aksi tim BAR-Honda. "Lomba seperti apakah yang telah mendorong tim yang kalah menarik diri sebelum mencapai garis akhir?" demikian tulis majalah Australian Motorsport News.
Toh, pihak BAR-Honda bergeming dengan sikapnya. Presiden Shoichi Tanaka dengan percaya diri justru meramal langkah timnya akan ditiru tim lain yang mengalami situasi sama pada seri lomba berikutnya.
Aksi lain yang dicurigai mengandung unsur penyiasatan peraturan adalah peristiwa tabrakan yang melibatkan juara dunia Michael Schumacher dari tim Ferrari dan Nick Heidfeld dari Williams-BMW. Ketika itu balapan baru memasuki lap ke-43, masih ada 15 lap yang tersisa. Dan posisi Schummy, panggilan akrab Schumacher, tercecer cukup jauh di belakang pembalap lain.
Saat itu Schummy baru keluar dari pit stop. Ia muncul di lintasan dan langsung berada di depan Nick Heidfeld. Kedua pembalap berkejaran. Di sebuah tikungan, Heidfeld mencoba menyusul dan Schummy menghalangi. Sejurus kemudian, entah mengapa, mobil Heidfeld terlihat terdorong ke rumput dan menyenggol Schummy. Akibatnya, kedua pembalap tak bisa melanjutkan lomba. "Mobil saya sudah rusak, tak ada gunanya meneruskan lomba," ujar Schummy.
Dengan tak mencapai garis akhir, Schummy memang tak memperoleh nilai minimal sekalipun. Tapi, di sisi lain, ia bisa menggunakan mesin baru di sirkuit Sepang. Maka, muncul spekulasi, kecelakaan itu disengaja.
Schummy tentu saja menampik dugaan tersebut. Ia juga meminta agar insiden itu tak dibesar-besarkan. "Kecelakaan itu sangat normal dan wajar," ujarnya. Belakangan, penyelidikan oleh panitia lomba sirkuit Albert Park menyimpulkan kecelakaan itu memang tak mengandung unsur kesengajaan.
Ada yang mengkritik, pasti ada yang membela. Otoritas balap internasional (FIA) berpendapat aturan baru justru bertujuan mulia. Selain mengirit biaya dan mengutamakan keselamatan pembalap, aturan ini diharapkan membuat lomba lebih sehat dan tak didominasi tim tertentu.
Selain penggunaan satu mesin untuk dua seri lomba, contoh lain aturan baru adalah pemakaian satu ban untuk satu seri yang meliputi babak kualifikasi dan lomba. Pelaksanaan kualifikasi dilakukan hari Sabtu dan Minggu, dan hasilnya dijumlahkan untuk penentuan posisi awal lomba. Aturan baru juga menggariskan desain mobil diubah dengan membuat sayap belakang lebih maju dan menaikkan sayap depan agar kecepatan mobil lebih berkurang.
Kenyataannya, di sirkuit Albert Park, penonton justru disuguhi perlombaan yang monoton. Tak ada aksi dramatis saling menyalip antar-pembalap. Mereka umumnya lebih bermain aman dan baru menyusul ketika pembalap lain masuk pit stop.
Direktur Teknik Ferrari, Ross Brawn, mengakui apa yang terjadi di Australia bukan contoh ideal yang ingin dicapai aturan baru. Dia khawatir lomba seperti itu akan membuat penonton menjauh. Tapi ia mengajak untuk bersabar. "Kita mungkin harus melihat dua seri lagi sebelum memutuskan mengganti peraturan atau tidak," katanya.
Brawn mungkin benar. Di tengah derasnya kritik, mencuat optimisme bahwa lomba di Sepang akan berjalan lebih menarik. Berbeda dengan Albert Park, lintasan di Sepang dikenal cukup ekstrem: cuacanya lebih panas dengan temperatur tinggi. Kemungkinan terjadinya pecah ban selalu terbuka.
Penonton pun pas-ti penasaran ingin melihat bagaimana mesin-mesin mobil yang sudah digeber di Australia digunakan lagi di medan yang berat. Tak terkecuali penampilan jawara bertahan Michael Schumacher. Kendati ia berhak menggunakan mesin baru, bos Ferrari Jean Todt kabarnya masih bimbang menentukan pilihan mesin bagi jagoannya itu.
Soalnya, setelah Sepang, sirkuit selanjutnya adalah Bahrain. Bila Schummy menggunakan mesin baru di Sepang, ber-arti ia harus menggunakan mesin yang sama di Bahrain. "Ini berisiko karena kedua sirkuit itu sangat panas," ujar Todt.
Jadi, di Sepang, peraturan baru diyakini akan membuat lomba lebih bergairah. "Dengan peraturan baru, jangan heran bila kita akan melihat muka-muka baru di posisi delapan besar," kata manajer sirkuit Sepang, Ahmad Mustafa, setengah berpromosi. Ia pun menunjuk tingginya minat penonton dengan terjualnya 30 ribu tiket, alias naik 30 persen ketimbang penjualan tahun lalu.
Di Indonesia, antusiasme penonton menyambut sirkuit Sepang bisa diwakili Rio Sarwono. Mantan pereli nasional ini optimistis balapan di sirkuit negeri jiran itu akan berlangsung lebih menarik. "Kegagalan Schumy di Australia akan membuat lomba di Sepang lebih seru," katanya. Rio tak sendirian datang ke Sepang. Ia memandu 200 penggila balap lain asal Indonesia. Mereka semua berharap mendapat tontonan yang menegangkan di Sepang.
Adapun Schummy cukup percaya diri untuk bangkit kembali di Sepang. Mobil lama yang dipacunya diyakini masih mampu bersaing. Buktinya di Australia, rekan satu timnya Rubens Barrichello mampu mencapai garis akhir di urutan kedua. Padahal ia mengawali lomba dari urutan ke-11. "Ini menunjukan mobil lama kami masih bisa bersaing," katanya. Mobil baru Ferrari sendiri direncanakan baru akan diluncurkan pada seri kelima, Mei mendatang.
ND, Nurdin Saleh
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo