Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Mencuat Lagi Sebuah Nama

Dari klub Kusuma Harapan, memecahkan 9 rekor nasional dari 10 nomor renang KU IV, pada kejuaraan KU Asia Tenggara di Manila.

7 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELASAN klub renang di Jakarta kini subur dan sanggup membiayai pelatih tetap. Dengan adanya pula kejuaraan Kelompok Umur (KU) nasional dan internasional, bocah-bocah semakin terangsang berlatih. Hingga antara lain mencuat nama Katarinus Aligita dari klub Kusuma Harapan. Sembilan rekor nasional dari 10 nomor renang KU IV (8-10 tahun) baru saja direnggut Katarinus. Di Manila, Filipina (22-23 Oktober) pada Kejuaraan KU Asia Tenggara, ia memecahkan rekornas KU IV untuk nomor 200 m gaya bebas, 100 m gaya punggung dan 200 m gaya ganti perorangan. Sebelumnya di Jakarta (5-7 Oktober) ia sudah mematok rekor di nomor 100 m gaya bebas, 50 dan 100 m gaya dada, 50 dan 100 m gaya kupu-kupu dan 50 m gaya punggung. Tinggal 50 m gaya bebas yang masih diungguli Reza Rorimpandey. Pada kejuaraan di Manila itu Indonesia keluar sebagai juara umum (merebut 45 emas, 22 perak 19 perunggu). Dan Katarinus (merebut 7 emas dan 1 perunggu) terpilih sebagai perenang terbaik. Sebetulnya Katarinus merebut pula medali emas di nomor 100 m, tapi diprotes Malaysia, Singapura dan Thailand. Dia dianggap melanggar aturan. Kebiasaan di Indonesia ialah atlet mencemplung ke kolam untuk "penyesuaian badan" sebelum naik balok start. Hari pertama itu, panitia di-Manila mengumumkan (dalam bahasa Tagalog) bahwa FINA (Federasi Renang Internasional) tidak mengizinkan hal itu. Ternyata ada juga atlet Filipina yang mencemplung. Tapi baru setelah menang, Katarinus kena protes. "Karena keki (jengkel), saya gagal di nomor 50 m punggung," tuturnya. Katarinus Aligita sejak usia 4 tahun dibawa ayahnya, bendahara PRSI (Persatuan Renang Seluruh Indonesia) AliBudiman, mencemplung ke kolam Grogol. Ayahnya juga menjadi pengurus klub Kusuma llarapan. Ketika berumur 6 tahun, ia diandalkan klub KIJ ikut Kejuaraan KIJ di Bandung (1976). "Waktu itu ia ditertawakan, karena ketinggalan terus," tutur ibunya. Sejak itu Katarinus bersama adiknya (Edith) dibawa berlatih ke berbagai kolam di Jakarta. Cikini, Senayan, Bulungan, Tanah Abang I dan Ancol. "Khususnya di Ancol ia dilatih berenang melawan arus," kata ayahnya. Di Ancol pula (1978) ia pernah menjuarai hampir semua nomor kejuaraan. Dan dia tidak ditertawakan lagi. Di rumahnya, di Jl. Makaliwe, terpajang lebih dari 50 medali emas. Semua medali itu direbutnya melalui latihan yang teratur setiap hari. Pukul 4 pagi ia dibangunkan ayahnya untuk diceburkan ke kolam pukul 4.30 hingga 6.15. Sarapan di kendaraan khusus jemputan anak sekolah SD Regina Pacis yang dikelola ayahnya. Ali Budiman juga pengusaha ekspedisi (truk) PT Gita. Siangnya (pukul 13.30 - 15.30) dan petang (16.30 - 18.30) ia kembali ke kolam. Ada waktunya ia bersama anak-anak klub KH (400 anggota aktif) melakukan latihan darat, berupa antara lain lari, senam dan skipping. Dalam latihan di air sehari ia menempuh 7 km. "Menjelang suatu kejuaraan, 12 km sehari," kata pelatihnya, P?ulus Djafar. Juara Kelas Meski Katarinus kini menjuarai hampir semua nomor, spesialisasinya adalah gaya dada, kupu-kupu dan gaya ganti. Prestasinya di gaya kupu-kupu 100 m, misalnya, melampaui waktu beberapa perenang senior daerah yang ikut PON lalu. Kadang-kadang ia ikut latihan bulutangkis, tennis, sepatu roda untuk variasi saja. Ibunya pun memberinya extravoeding seliter susu, 2 sendok madu, 2 telur mentah dan seperempat kg daging sehari. Dengan porsi latihan dan makanan seperti itu, bocah (lahir 12 November 1970) ini kini berbobot 41 kg, tinggi 147 cm. Prestasinya di sekolah "Ia juara di kelas III dan IV dengan rapor rata-rata 8,6," jawab ayahnya. Tapi Oktober lalu ia tidak ikut ulangan umum, dapat dispensasi ke Manila. Maka "mungkin gelar juara kelasnya akan terlepas," tambah Ali Budiman. Di Manila, tim Indonesia tidak menemui Junie Sng dan kawan-kawannya, perenang Singapura yang merajai kejuaraan lalu. Mereka sedang melawat ke RRC. Meski tanpa saingan berat Singapura, perenang Indonesia mematok beberapa rekor baru Asia Tenggara, yang di bawah rekor nasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus