DARIPADA mengikuti berita Partai PP yang bisa membuatnya
senewen, Tuan dan Nyonya Muraibatu membaca dengan teramat
cerrnat kabar adanya seminar tentang wanita dan pria di atas
umur 40 tahun--yang diselenggarakan di Crand Bali Room Hotel
Mandarin - hingga mata keduanya nyaris bengkak. Bukankah usia
mereka sudah lebih sedikit 40? Ini betul-betul penting, atau
betul-betul gawat. Salah melangkah bisa lekas meninggal, benar
melangkah bisa meneguk nikmatnya hidup hingga perut kembung.
Sang nyonya siap tempur. Dia akan menjerit di mimbar-begitu gong
berbunyi. Ucap Bung Karno: "Wanita itu seperti pohon karet,
lepas 30 tahun habislah getahnya." Tidak akan habis! Malahan
lebih deras meleleh! Dia akan menjerit Aristoteles itu orang
slebor Masak dia bilang "wanita itu kurang kualitas, suatu
cacat pemberian alam?" Perlu kena sandal, tua bangka Yunani itu.
Dia akan menjerit sampai pihak keamanan terperanjat, bukan main
usilnya St. Thomas yang bilang wanita itu "makhluk yang jadinya
secara kebetulan belaka." Jaga mulut sedikit, mas! Sudah puas?
Belum sama sekali. Dia juga akan menjerit protes tulisan Benda
dalam Rapport d'Uriel "pria mampu berpikir tentang dirinya tanpa
wanita, tapi wanita tak sanggup berbuat begitu tanpa pria." Coba
pikir, apa itu tidak keterlaluan?
Sarjana macam David Mc Clelland dari Universitas Harvard itu
baru bukan aspal. Kalau saja masih perawan dan ketemu dengannya,
mau aku jadi bininya, pikir sang Nyonya Muraibatu. Tubuhnya
jangkung, dadanya bidang dan berbulu, pandangannya sehat. Itu
baru namanya lelaki, bukan blasteran monyet. Bukankah David ini
yang berkata "mustahil ada negeri yang maju tanpa membebaskan
wanitanya dari tetek-bengek kerja tradisional domestiknya, dan
tanpa memberikan kesempatan penting di masyarakat khusus di
pasar tenaga kerja?" Hanya semata-mata karena David menggunakan
otaknyalah dia paham benar betapa dahsyatnya jenis kelamin
wanita, yang kalau dia mau bisa memasukkan tubuh pria seutuhnya
ke dalam dompetnya. Pokoknya, umur di atas 40 adalah umur batas
ngebut. Alangkah hebatnya!
Sang suami Tuan Muraibatu juga tidak kurang sigapnya. Serasi
dengan hukum zaman, dia siap dengan makalah berjudul 'Tua-tua
Keladi, Makin Tua Makin Berbudi'. Makalah dibuka dengan uraian
ringkas tentang hormon seks pria yang diterbitkan oleh Ciba di
Swiss, segera disambung dengan efek negatif sampingan permainan
golf, perlunya mengetatkan birokrasi supaya tambah wibawa.
Selaku orang kaier profesional, sang tuan berseru jangan takut
mati walau usia menginjak 40 lebih. Yang bilang ini bukannya
lurah melainkan Robert Petersen dalam dia punya buku yang
menyiram hiburan: Hidup Baru di Umur 40.
Kenapa mesti pensiun? Teriaknya tiga kali lebih nyaring dari
sang nyonya. Campakkan istilah itu ke comberan. Usia tua secara
kronologis tidak ada hubungannya dengan usia biologis. Ada yang
berumur 35 sudah melengkung, ada yang berumur 90 masih tegap
bagai tiang telepon. Sudah baca apa belum Inside Europe
Today-nya John Gunther yang ditulisnya di tahun 1962? Dia lihat
Eropa penuh orang gaek yang gemerlapan, seperti anak baru
dikhitan. Nikita Khruschov 67 tahun. Petani Ukraina gundul bagai
kelereng yang brilian itu seperti meteor di ruang angkasa. Mac
Millan juga 67 tahun. Franco 69 tahun. De Gaulle, yang bagai
jerapah, 71 tahun. Gronchi 74 tahun. Bahkan Adenauer yang
membangun mahligai Jerman dari kaleng rombeng, 86 tahun. Nah,
apa artinya 40 tahun lebih sedikit?
Sesudah melalap kambing guling nyaris dengan tulang-tulangnya,
seminar yang meriah itu bersepakat bulat mengambil kesimpulan
sebagai berikut: Selama jantung masih berdenyut, jangan stop
tugas apa pun. Demi kelestarian dan lingkungan, tanamlah pohon
duren di pekarangan masing-masing dengan tekad memetik buahnya
di tahun 2000. Jangan sembarangan bicara soal waris-mewaris jika
kita tidak punya nilai yang bisa dibanggakan.
Anak-anak yang berangkat besar bukanlah seteru, melainkan
sekutu. Dicamkan baik-baik, mereka pandai menilai seperti
halnya mereka pandai menendang bola. Selain enam bulan sekali
periksa fisik, enam bulan sekali juga pergi ke ahli jiwa, siapa
tahu kita punya kelainan rohaniah tanpa sadar. Jangan buang
sampah sembarangan, tapi juga jangan telan sampah itu. Bilamana
lambung rasanya tidak beres, jangan cepat cemas. Teliti
baik-baik, jangan-jangan apa yang kita ucapkan berbeda dengan
kata hati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini