Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Menghindari aib dapat aib

Keputusan syarnoebi said, pemilik klub ktb beru- bah-ubah untuk mengikuti semi final piala winners. ktb akhirnya dinyatakan wo dari al-muharraq, bah- rain. afc mendenda us$ 3.000.

22 Juni 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keputusan Syarnoebi Said berubah-ubah. KTB akhirnya dinyatakan kalah WO dari Al-Muharraq, plus denda US$ 3.000. KLUB Krama Yudha Tiga Berlian bak sebuah kerajaan. "Sang Raja", Haji Syarnoebi Said, pemilik klub bola yang bermarkas di Palembang itu. Rakyatnya adalah pemain dan pelatih. Titah Raja, jangan berangkat ke Bahrain, rakyat nurut. Keputusan diubah, berangkat ke Bahrain, rakyat pun manut. Tapi kali ini, ada yang tidak bisa diajak nurut dan manut, yaitu Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan klub Al-Muharraq, juara Liga Bahrain, yang rencananya menjadi lawan juara Liga Indonesia ini. KTB sudah dipastikan kalah walk over dari AlMuharraq. Seharusnya, dalam semifinal Piala Winners Asia itu, KTB bertanding di Bahrain Jumat pekan ini. Kemudian KTB menjamu Al-Muharraq di Palembang 6 Juli mendatang. Awalnya adalah Syarnoebi gregetan atas prestasi PSSI senior di turnamen Piala Presiden di Korea Selatan. Dari tiga pertandingan, gawang PSSI kebobolan 12 gol dan gawang lawan tidak bobol sama sekali. Enam gol bersarang saat gawang dijaga Eddy Harto. Kiper asal KTB Syarnoebi sebelumnya memutuskan untuk tidak memberikan kiper itu. Belakangan, keputusan diubah. Eddy pulalah yang dijadikan dalih untuk tidak memberangkatkan KTB ke Bahrain. Syarnoebi menyebut Eddy Harto bisa terkena mental break-down sepulang dari Korea. Dengan keadaan seperti itu, KTB mustahil berhasil di Bahrain. "Kami tak mau memberi aib lagi kepada negara ini kalau nanti harus kalah," kata Syarnoebi. Rabu siang pekan lalu, keputusan itu disampaikan Syarnoebi di depan sejumlah wartawan. Manajer KTB Abdul Kadir dan para pemain tidak diberitahukan soal itu. Ketika pemain KTB mengetahui keputusan itu dari wartawan, mereka pun bertangisan di tempat latihannya di Karanggan, Bogor. Abdul Kadir, yang sudah enam tahun mengabdi di KTB, berkata getir, "Saya merasa tak dihargai lagi." Malam harinya, Kadir mencoba menemui Syarnoebi di rumahnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Tapi bos perusahaan mobil Mitsubishi itu tak mau keluar. Eka Said, anak tunggal Syarnoebi- yang sebenarnya menjadi Ketua Umum KTB- pun tak muncul. Yang menemui Kadir hanya Abihasan Said, kakak Syarnoebi, yang menjadi penasihat KTB. Abihasan menegaskan keputusan Syarnoebi sudah harga mati. Esok subuhnya, Syarnoebi berangkat ke Tanah Suci menunaikan haji keempat kalinya. Rupanya, Syarnoebi sudah melayangkan surat ke PSSI, soal pembatalan ke Bahrain itu. Seterima surat itu, Sekum PSSI Nugraha Besoes segera mengirim teleks ke AFC. "Saya kan harus bekerja cepat," ujar Nugraha Besoes. Jumat pagi, Syarnoebi menginterlokal Abihasan, langsung dari Jeddah, menanyakan reaksi masyarakat atas pembatalan KTB. Karena Abihasan belum membaca koran, Syarnoebi menelepon lagi, siang harinya. "Saya sampaikan kekecewaan masyarakat dan Menpora," cerita Abihasan kepada Susilawati Suryana dari TEMPO. Abihasan sempat mendiskusikan reaksi masyarakat dengan Amran Zamzami (penasihat KTB) dan Eka Said. Kapten kesebelasan Herry Kiswanto, yang kebetulan mampir di Kantor KTB di Warung Buncit, Jakarta, ikut bergabung. Syarnoebi menelepon lagi dan ada keputusan baru: KTB boleh berangkat. Herry menyampaikan kabar ini kepada rekan-rekannya. Tapi Abdul Kadir tetap muram. "Saya tetap kecewa," kata Kadir. Ia merasa dipermainkan. Sekum PSSI Nugraha Besoes pun sibuk dengan keputusan yang berubah-ubah ini. Ia segera mengontak markas AFC di Kuala Lumpur. Besoes berbicara dengan George Joseph, asisten Sekjen AFC. "Dia bilang pembatalan KTB tadi tak mungkin dicabut lagi," kata Besoes. Jumat sorenya, telek resmi AFC diterima PSSI dengan tembusan kepada Abdullah Al Dabal, Sekjen Bahrain Football Association. KTB dipastikan kalah WO dan denda US$ 3.000. Karena letaknya di pinggiran Jakarta, pemain KTB tidak mengetahui keputusan AFC ini. Mereka tetap berlatih sampai Sabtu pekan lalu. Eddy Harto, yang sebelumnya murung, cerah kembali dan siap mengawal gawang. Hari itu, tim inti KTB dihadapkan dengan tim yunior. Suasana cerah mendadak muram lagi sewaktu Abdul Kadir mengumpulkan pemain di bawah pohon jambu. Kadir mengatakan tegas ia tak ikut ke Bahrain. "Saya merasa tertekan, semalaman tidak tidur. Saya menyampaikan dukungan moril sebelum kalian berangkat," kata Kadir di depan pemainnya yang kebanyakan menundukkan kepala. Eddy Harto menyela, "Saya minta maaf kalau nama saya terbawa-bawa." Kadir cepat memotong, "Tidak ada hubungannya kekalahan PSSI dan masalah KTB ini." Akhirnya, tidak ada yang jadi ke Bahrain. Sore itu, keputusan AFC diketahui seluruh tim. Malah, Abdul Kadir menyatakan mundur dari KTB, sesuatu yang disayangkan Amran Zamzami. "Seharusnya, Kadir tak terlalu cepat mengambil keputusan, tunggulah sesudah suasana dingin," kata Amran, yang mengaku tidak diajak berembuk oleh Syarnoebi soal pembatalan ke Bahrain itu. Lalu, adakah Galatama menghukum KTB? "Mungkin hanya peringatan keras, agar tak terulang lagi," kata Soegondo, Sekretaris Eksekutif Liga. Yang jelas, ini bukan kampanye bagus untuk Syarnoebi Said yang mencalonkan diri untuk jabatan Ketua Umum PSSI Desember nanti. Toriq Hadad

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus