Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BERIKAN mesin pemotong rumput untuk motor balap Valentino Rossi, baru dia bisa dikalahkan. Selama mesinnya masih sekelas milik tim yang lain, pembalap motor asal Italia ini hampir pasti akan bisa membabat semua pesaingnya. Tahun ini, di tangan Rossi, motor Yamaha YZR-M1 tampil garang. Padahal 12 tahun terakhir Yamaha tidak pernah jadi juara.
Itu ia tunjukkan Minggu pekan lalu dalam kualifikasi resmi MotoGP di Catalunya, Spanyol, dengan mencatat waktu tercepat. Meski Carlos Cecha, rekan satu tim—juga dengan mesin yang sama—hanya di posisi delapan, kubu Yamaha mulai berkhayal merebut posisi jawara seri MotoGP tahun ini, yang dimulai dua minggu lagi. Tentu dengan Rossi di atas tunggangan.
Mendapat julukan "dokter", pemuda 25 tahun ini dikenal jitu memberi masukan tim agar mesin bisa dipacu lebih kencang. Keahliannya ini pernah dinikmati tiga tim. Memulai debut di Grand Prix motor kelas 125 cc pada usia 17 tahun bersama tim Aprilia, ia menempati peringkat 9. Tahun berikutnya, posisi jawara disabetnya. Lalu, dengan mesin 250 cc, Rossi langsung meraih posisi dua—disusul gelar juara tahun berikutnya.
Bergabung ke tim Honda empat tahun silam, Rossi meraih posisi kedua di kelas 500 cc. Pada tahun 2001, ia menyabet gelar juara. Sejak itu, gelar "raja motor" selalu melekati pada dirinya.
Rossi bukanlah pemburu kemapanan. "Tidak asyik kalau tak ada lagi perlawanan," katanya. Dia pun pindah ke tim yang lebih lemah, Yamaha, dengan nilai kontrak tahunan US$ 14,3 juta (sekitar Rp 122 miliar). Ia menolak tawaran Honda, yang mengiming-imingi kontrak baru melebihi nilai sebelumnya US$ 12 juta (sekitar Rp 102 miliar) setahun. Aprilia juga pernah membujuknya bertahan dengan janji mendongkrak angka kontrak, empat tahun lalu.
Selain diperebutkan oleh banyak tim pabrikan motor, Rossi juga jadi pajangan logo banyak perusahaan. Tahun lalu pendapatannya dari gaji dan kontrak sponsor mencapai US$ 17,8 juta (sekitar Rp 152 miliar). Sebagai "jurkam" produk, daya tariknya besar: berprestasi di lapangan dan mempesona di depan kamera.
Ketika menang dalam seri terakhir, Rossi tampil di podium memakai wig seperti karakter Mike Myer's dalam film kocak Austin Powers. Saat mengikuti Grand Prix Brasil, ia muncul dengan rambut dicat hijau dan keemasan. Baju Robin Hood pernah dikenakannya sewaktu tampil di podium GP Inggris. Di majalah Rolling Stone, akhir tahun lalu, Rossi berdandan ala raja pop Elvis Presley.
Meski namanya terkesan flamboyan, Rossi kecil tidak memilih berlatih balet atau musik klasik. Dia lebih terpikat mengikuti jejak ayahnya, yang beberapa kali menjuarai MotoGP kelas 250 cc di akhir 1970-an. Kebetulan Graziano Rossi mulai sadar bahwa bakat itu dilahirkan, bukan diciptakan. Pada ulang tahun ke-3 Rossi, sang ayah menghadiahinya sepeda bermesin.
Kompetisi pertama Rossi, saat berusia tujuh tahun, adalah lomba go kart. Dan pada usia 11 tahun, ia merajai seri kejuaraan go kart lokal dengan meraih sembilan kemenangan. Bahkan ia sempat meraih peringkat lima yunior di tingkat nasional. Namun, karena terbentur biaya, pemuda yang kini memilih tinggal di London, Inggris, ini beralih ke balap sepeda motor.
Go kart memang batu loncatan bagi Rossi. "Saya masih berharap suatu hari nanti berpacu dengan mobil," tuturnya waktu itu. Ia memulainya dengan ikut seri reli mobil di Inggris bersama Peugeot 206. Namun, langsung di hari pertama lomba, Rossi mengalami kecelakaan dan nyaris menabrak satu-satunya pohon yang ada di lintasan reli. Ia menganggap dirinya kurang beruntung waktu itu.
Kontrak Rossi dengan Yamaha berakhir dua tahun mendatang. Saat itu ia akan mempertimbangkan apakah bertahan di jalur motor atau meninggalkannya. "Saya berharap suatu hari nanti bisa menjajal kehebatan mobil Formula 1," ujarnya. Pernyataan Rossi itu menjadi berita besar dalam dunia balap motor tahun lalu. Serius atau main-mainkah dia?
Kejutan muncul ketika Luca di Montezemolo, pimpinan Ferrari, mengundangnya ke Melbourne, Australia, menjelang seri perdana F1 bulan lalu. Ferrari meliriknya untuk mengantisipasi pensiunnya Michael Schumacher, sang juara dunia enam kali Formula 1, di akhir seri 2006. Luca ingin menjadikan tim kuda jingkrak "Italia banget". Mobil kebanggaan Italia itu bakal dikawinkan dengan kegarangan Valentino Rossi, sang hero Italiano.
Apa pun yang akan terjadi, Rossi disambut hangat di Sirkuit Albert Park, Australia. Di garasi Ferrari, Schumacher memberi sejumlah tips kepada Rossi cara mengendalikan mobil terbaru Ferrari. Bagi sponsor, pergantian itu akan menggairahkan kembali pentas Formula 1 sebagai tontonan. Mereka mulai bosan dengan gaya Schumacher yang terlalu kalem dan ingin menggantinya dengan Rossi yang muda dan penuh atraksi.
Gosip pun menyebar cepat. Tiga tim besar—Ferrari, BAR Honda, Toyota—dikabarkan sudah sama meminang Rossi. Ferrari disebut paling berpeluang karena campur tangan Marlboro sebagai sponsor. Perusahaan rokok ini juga sponsor Rossi di tim Yamaha. Namun, kata Montezemolo, ia baru akan memberi kesempatan pada Rossi menjajal kokpit Ferrari, tapi lain waktu. "Tentu tanpa komitmen apa pun dengan pihak lain," katanya.
Rossi menganggap undangan mengunjungi garasi sejumlah tim Formula 1 itu hanya untuk ajar kenal. Ia tidak terlalu kecewa bila belum ada ajakan serius untuk bergabung. Toh kontraknya dengan Yamaha baru dimulai. "Mungkin saya akan mendapat kesempatan tahun depan," ujarnya.
Jika harapan Rossi benar-benar terwujud, ia akan menjadi pembalap kedua yang merasakan dua kejuaraan adu kebut paling tersohor ini. Sebelumnya, pembalap Inggris, John Surtees, sukses menang dalam tujuh kali kejuaraan dunia motor dan juga menjadi jawara di Formula 1 bersama Ferrari pada 1964.
Agung Rulianto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo