KEIKUTSERTAAN Indonesia dalam SEA Games (pesta olahraga Asia
Tenggara) makin nyata. Berbagai induk-organisasi anggota KONI
mulai menampilkan calon-calonnya. PASI (atletik) rr!isalnya,
berdiri paling depan mendaftarkan ke 44 atlitnya, terdiri dari
25 putera dan 19 puteri untuk dipelatnaskan. Kemudian PTMSI
(tenismeja) 12, PBST (bulutangkis) 16, Perbakin (menembak) 14,
PHSI (hockey) 16, Perpani (panahan) 20, PRSI (poloair) 17,
(renang) 30, IPSI (pencaksilat) 11, Pertina (tinju) 22, Pelti
(tenis) 8 dan PSSI (sepakbola) 22.
Cabang-cabang olahraga lain dalam waktu dekat diramalkan akan
menyusul.
Dari ke-18 cabang olahraga SEA Games, kecuali rugby, Indonesia
berpartisipasi dalam seluruh acara olahraga: panahan, atletik,
bulutangkis, bolabasket, bowling, tinju, balap sepeda,
sepakbola, hockey, judo, tenis, sepak takraw, menembak,
renang/loncat indah/polo air, tenis mea, bola volley dan angkat
besi.
"Pada prinsipnya KONI memang akan mengirim sebanyak-banyaknya
atlit ke Kuala Lumpur. Karena sebagai anggota baru dan calon
tuan-rumah SEA Games 1979, Indonesia seyogyanya memperkenalkan
diri semeriah-meriahnya," kata Harsuki, Wakil Sekjen KONI Pusat
pada TEMPO. "Tapi," tambahnya "itu semua tergantung pada
keuangan." Sementara ini KONI merencanakan kontingen Indonesia
akan terdiri dari 200 orang.
Di samping faktor keuangan itu, tak lupa disebut pula
kwalifikasi calon peserta. Maksud pimpinan KONI, apakah mereka
dapat berprestasi? Dan apa pula ukuran prestasinya: target
juara, runner up atau sekedar masuk "tiga besar", misalnya.
Untuk menjajagi kondisi setiap cabang olahraga dapat
dibayangkan, betapa sibuk pimpinan KONI dibuatnya.
Hampir setiap hari ada saja jadwal konsultasi antara pimpinan
induk-organisasi dan pimpinan KONI Pusat di Kanselerij KONI,
Stadion Utama Senayan. Tawar menawar tampaknya berlangsung seru.
Maklum, biaya seorang atlit mulai dari persiapan di pelatnas
sampai selesai SEA Games - di luar tiket - meliputi Rp IQ.000
per hari. Apabila pelatnas dimulai akhir September ini dan SEA
Games selesai pada tanggal 26 Nopember, maka lebih kurang biaya
selama 2 bulan itu meliputi Rp 600.000 per orang.
Evaluasi terhadap prestasi olahraga yang eksak nampaknya tidak
begitu menyulitkan seperti pada yang bersifat permainan atau
kontes. Namun sejauh mana perkiraan masing-masing komisi teknik
induk-organisasi itu dapat dipercaya, masih tinggal pertanyaan.
Dalam cabang renang misalnya, Dora Item, Perucha Yusaryahya dan
Agustin Subandi yang menjalankan dinas latihan di Amerika
Serikat, tidak lagi terdaftar di antara ke-30 perenang PRSI
untuk SEA Games.
Semula absennya perenang tersebut dalam PON IX dihubungkan
dengan keengganan PRSI/KONI Jaya untuk membiayai mereka tiket
pulang pergi Amerika-Indonesia. Pihak PRSI maupun KONI Jaya
beranggapan tanpa perenang-perenang tersebut toh DKI Jaya pasti
merajai kolam. Tapi ternyata prestasi mereka di Amerika Serikat
selama setahun telah terlampaui oleh perenang-perenang muda
seperti Nunung Selowati, Tati Irianti Erningpraja dan perenang
m1,da lainnya hasil gemblengan Sekolah Ragunan.
Jadi jelas, tak semua perenang yang dikirim KONI ke Amerika
berhasil seperti Naniek Yuliati Suwaji dan Kristiono misalnya.
Dan ini penting buat Ketua Harian KONI Suprayogi dan Sekjen MF
Siregar yang nota bene adalah orang-dalam PRSI. Agar tidak
kecolongan lagi dalam mengintai potensi setiap calon peserta ke
SEA Games.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini