Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tak perlu ada yang dimarahi

Tim indonesia dalam kejuaraan atletik terbuka di singapura mengecewakan. pasi kurang persiapan, para atlit istirahat panjang. sehingga tak ada prestasi nasional yang terpecahkan.

17 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAMI memang tidak membuat target apa-apa. Hanya memberi hadiah kepada mereka yang berprestasi di PON IX. Dan sekaligus mencari pengalaman." Kalimat itu diucapkan oleh drs. Yusuf Adisasmita, tim menejer regu atletik Indonesia selepas pertandingan di stadion nasional Kallang Park, Singapura, Kamis 4 September lalu. Berangkat dengan 16 atlit, tim Indonesia memang tidak membuat kejutan dalam Kejuaraan Atletik Terbuka Singapura ke-39 itu. Mereka cuma meraih 5 medali emas, 3 perak, dan 5 perunggu. Kebolehan itu menempatkan mereka di bawah regu Jepang (11 emas, 9 perak, 1 perunggu), Malaysia (8 emas, 4 perak, 6 perunggu), dan Singapura (7 emas, 15 perak, 14 perunggu). Gambaran tak rancak itu sudah dapat diperkirakan sejak semula. Seperti kata Yusuf kepada TEMPO: "Anak-anak kurang persiapan. Karena setelah PON mereka hampir tak melakukan latihan lagi." Tapi kekurangan persiapan itu tak seluruhnya merupakan beban atlit maupun pembina di daerah. Juga lantaran Pengurus Besar PASI terlalnbat memberi kabar kepada mereka yang terpilih. Pukul rata para atlit tersebut cuma mendapat waktu seminggu untuk memulihkan kondisi. Apakah yang akan anda katakan tentang atlit yang berlatih dalam sepekan setelah beristirahat panjang ampir sebulan? Suatu hal yang mustahil untuk menuntut perbaikan rekor. Perkiraan itu sama sekali tidak meleset. Di stadion nasional Kallang Park memang tak satu pun prestasi nasional yang terpecahkan. Pemegang rekor nasional lari 400 meter gawang, Melly Moffu, 28 tahun, yang dalam PON IX lalu sempat membuat kejutan dengan melewati rekor Sounth East Asia Peninsula Games atas nama atlit Malaysia, AS Nathan ternyata tak berkutik di kandang lawan. Ia disisihkan oleh pelari Jepang, Kitami Satoshi dan Simit Bolkish dari Malaysia - keduanya mencatat waktu 53,1 detik dan 53,2 detik. Moffu hanya berhasil meraih medali perunggu dengan rekaman tempo 53,3 detik (rekor nasional 52,9 detik dan rekor SEAP Games 53,0 detik). Demam lintasan Ketidakberhasilan Moffu bisa difahami, memang. Kejuaraan Atletik Terbuka Singapura ini adalah merupakan partisipasi pertamanya di gelanggang internasional. Tapi bagaimana dengan pelari jarak pendek wanita, Audrey Syaranamual. Saptiani Suwondo atau dengan nama lainnya yang sudah mengecap pengalaman di berbagai negara? Audrey dan Saptiani yang diiming-iming sebagai pengganti juara nasional, Carolina Riewpassa ternyata gagal total kali ini. Audrey menempati urutan terakhir dari X finalis dengan catatan tcmpo 13 ,0 detik (prestasi terbaiknya 12,2 detik dan rekor nasional 11,7 detik). Juaranya adalah pelari Jepang, Akimoto Emi dengan waktu tempuh 12,1 detik. Akan Saptiani yang pernah berlatih selama 6 bulan di Amerika Serikat tersisih di semi final. Adakah kekalahan mereka ini juga disebabkan istirahat latihannya yang panjang? Tampaknya demikian. Karena demam lintasan, jelas tak mungkin. Pak Koyo Yang bernasib malang memang tak seluruhnya dari anggota itu - kalau alasannya disebabkan oleh suntuknya persiapan maupun oleh istirahat panjang setelah PON IX. Jeffry Matehelemual, misalnya. Sekalipun pemegang medali emas PON IX asal Jawa Barat ini tidak berhasil memecahkan rekor nasional lari 100 meter (10,4 detik), tapi iasempat mempertajam prestasi sendiri di Singapura. Waktu tempuhnya tercatat 10,6 detik (prestasinya dalall PON IX 10,7 detik). Ketrampilan itu sekaligus mengantarkan dirinya ke tempat utama dari 7 negara (Jep.Ing, Malaysia, Singapura, Indonesia, Muangthai, Brunei dan Hongkong) peserta Kejuaraan Atletik Terbuka Singapura. Peraih medali emas lainnya dari tim Indonesia adalah Mace Siahainenia (tolak peluru) Irawati (pancalomba), Mujiono (lari 400 meter), dan Usman Effendy (tolak peluru). Akan juara nasional lari 800 meter puteri. Jeanny Sumampouw sebetulnya punya peluang besar untuk meraih medali emas dalam nomornya. Prestasi terbaiknya adalah 2 menit 16,9 detik. Tapi apa yang terjadi di lintasan lari stadion nasional Kallang Park adalah di luar perhitungan. Jeanny sama sekali tak berdaya mempertahankan rekornya. Ia dikalahkan oleh Maimoon Alan (2 menit 17,7 detik) dan Sandra Dean (2 menit 19,2 detik) -- keduanya dari Singapura. Ia hanya meraih medali perunggu dengan keterpautan waktu 0,1 detik dari pemegang medali perak. Nasib serupa juga menimpa peloncat tinggi puteri, Judi Karmani. Ia hanya mampu meliwati mistar pada ketinggian 151 cm atau 6 cm di bawah rekor nasionalnya sendiri. Yang menjadi juara adalah Jamilah Jais dari Malaysia de ngan lompatan 154 cm. Menurunnya plestasinya itu menyebabkan Judi di liputi kecemasan. "Gua bisa dimarahi Pak Koyo," katanya membayangkan wajah Kolonel Sukyo, Sekjen PASI yang bakal bertemu sepulangnya di Jakarta. Yang kuatir agaknya bukan cuma Judi. Juga atlit lainnya. Tapi perlukah mereka dimarahi lantaran kegagalan itu? Bllkankah partisipasi mereka tanpa target? Kalau Pengurus Besar PASI merasa perlu untuk marah, maka yang pantas dimarahi adalah diri mereka sendiri. Sebab ketidak-siapan atlit adalah lantaran program mereka yang tidak teratur jualah adanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus