Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tatapan mata Jacksen F. Tiago, pelatih Persita Tangerang, melekat pada layar kaca 29 inci di hadapannya, Selasa pekan lalu. Di ruang makan hotel Kharisma Madiun itu Jacksen tidak sendirian. Ada beberapa pemain Persita yang menemani. Mereka mengamati rekaman pertandingan Liga Indonesia antara Persekabpas Pasuruan melawan Persitara Jakarta Utara di Stadion Wilis, Madiun, dua hari sebelumnya.
Lebih dari empat jam hasil rekaman tadi diputar berulang-ulang. Mata pria asal Brasil ini hampir tak berkedip. Seakan dia tidak mau melewatkan setiap detail adegan. Tangannya sibuk mencatat nomor punggung pemain-pemain Persekabpas yang dianggap berbahaya. Dua lembar kertas HVS sudah penuh dengan coretan. Dan lelaki 38 tahun ini kembali mengambil kertas kosong yang diletakkan di samping tempat duduknya.
Pekerjaan pelatih sepak bola mirip dengan pelukis. Pelukis menuangkan idenya lewat kuas dan kanvas, adapun pelatih menuangkan idenya lewat strategi di lapangan hijau. Itulah yang sedang dilakukan Jacksen. Rekaman pertandingan tadi menjadi modal baginya untuk mengungkap pola permainan lawan. Dari sini dia bisa menyusun strategi yang tepat dalam menghadapi Persekabpas yang kini bermarkas di Madiun.
Sayang, karyanya di Stadion Wilis kurang memuaskan. Setelah sempat unggul 1-0, Persita akhirya harus menelan kecewa. Tuan rumah menyamakan kedudukan lewat hadiah tendangan penalti. ”Kerja keras selama seminggu ternyata sia-sia hanya karena penalti,” kata Jacksen seusai pertandingan, sambil meneteskan air mata.
Meskipun diselimuti kemarahan, Jacksen berusaha mengendalikan diri. Sang pelatih sangat sadar, apa yang dilakukan akan ditiru anak buahnya. Karena itu dia melampiaskan kemarahannya dengan tetesan air mata.
Perpaduan karakter keras dan lembut itu menjadi salah satu kunci keberhasilan lelaki kelahiran Rio de Janeiro ini. Sebagai pemain, Jacksen pernah mengantar Persebaya juara liga utama pada 1997. Ketika jadi pelatih, ia pun berhasil mengembalikan Persebaya ke divisi utama setelah pada 2002 terlempar ke divisi I. Bahkan pada 2004 Jacksen mempersembahkan Piala Liga Indonesia untuk Persebaya.
Pada musim lalu, Jacksen gagal memberikan prestasi terbaik untuk pendukung-pendukung Persebaya. Langkah tim Bajul Ijo itu terhenti di delapan besar setelah pihak manajemen memutuskan mundur dari pertandingan. Jacksen kecewa tapi tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima keputusan itu.
Setelah kontraknya di Persebaya berakhir, Jacksen memilih klub Persita sebagai tempat menuangkan idenya. Nilai kontrak yang disepakati dengan Persita memang tidak jauh berbeda dengan Persebaya. ”Tapi di Persita hanya ada bonus wajib. Kalau di Persebaya juga ada yang namanya bonus ’sunah’,” kata pelatih yang mengidolakan Juan Ramon Lopes Caro, mantan pelatih Real Madrid itu.
Gaji yang diterima Jacksen di Persebaya sekitar Rp 550 juta setahun. Kedudukan imbang dalam setiap pertandingan akan menambah isi koceknya dengan puluhan juta rupiah. Inilah yang dia sebut dengan bonus ”sunah”. Sedangkan bonus wajib itu diperoleh jika timnya menang.
Jacksen sendiri tidak bersedia menyebut secara pasti nilai gaji yang dia peroleh dari Persita. ”Saya tak bisa menyebutnya. Maaf, istriku saja tidak tahu. Tidak etislah untuk diungkapkan,” kata dia ketika dihubungi Ayu Cipta dari Tempo.
Menurut Ketua Asosiasi Klub Profesional (Akpro) Muhammad Zein, gaji pelatih klub di Indonesia tidak terpaut jauh satu sama lain. Nilainya Rp 500 juta sampai Rp 600 juta. Memang ada yang lebih dari itu, namun jumlahnya hanya satu dua.
Seperti halnya pemain, nilai kontrak pelatih-pelatih pun tidak pernah muncul secara transparan. Selama ini publik mengetahui gaji para pelatih itu dari rumor yang beredar. Besar-kecilnya gaji seorang pelatih sering diukur dari prestasi mereka di klub. Jika dilihat dari sudut ini, ada beberapa nama yang muncul dan diperkirakan memiliki gaji menggiurkan. Mereka antara lain Rahmad Darmawan, Jacksen F. Tiago, Benny Dollo, dan Jaya Hartono.
Nama Jaya Hartono melambung setelah pada 2003 membawa Persik Kediri ke puncak prestasi liga Indonesia. Sayang, musim berikutnya Persik terseok-seok untuk menghindar dari degradasi. Jaya pun merasa gerah untuk bertahan di Persik. Dia akhirnya hengkang ke Persiba Balikpapan. Pada musim ini dia kembali ke Jawa untuk membela Deltras Sidoarjo.
Prestasi yang sama diukir Rahmad Darmawan di Persipura Papua. Untuk pertama kali, Persipura tampil sebagai juara setelah 10 penyelenggaraan liga Indonesia. Sebelumnya prestasi terbaik Persipura hanya mencapai semifinal pada musim 1995/1996. Perlawanan tim Mutiara Hitam dihentikan oleh PSM Makassar.
Benny Dollo pun cukup sukses mendongkrak prestasi Persita Tangerang ke papan atas pada 2001. Sempat menangani tim nasional pra-Piala Dunia, ia kemudian melatih tim Arema Malang yang terlempar ke divisi satu. Benny harus bekerja keras untuk mengangkat tim ini ke divisi utama. Ketika merombak susunan pemain, Benny sempat terbentur masalah gengsi. ”Tak ada pemain bagus yang mau bermain di divisi satu,” katanya.
Toh akhirnya dia berhasil juga membawa kembali Arema ke divisi utama pada 2004. Tidak langsung melejit di liga utama, tim ini mentok di delapan besar. Namun kekecewaan mereka terobati setelah Arema berhasil menjuarai Copa Dji Sam Soe 2005. Tidak salah jika kemudian Benny menjadi incaran klub-klub lain.
Manajer Persebaya, Saleh Ismail Mukadar, pernah terang-terangan menyampaikan niatnya untuk meminang Benny. Bahkan dia sempat berkoar akan memberikan gaji sebesar apa pun yang diminta pelatih kelahiran Bolomongondow itu. Tapi pinangan Persebaya bertepuk sebelah tangan. Benny ternyata sudah menyetujui kontrak dua tahun dengan pihak Arema sejak musim lalu.
Benny Dollo selalu mengelak jika disinggung tentang nilai kontraknya di Arema. ”Cukup memuaskan,” katanya diplomatis. Yang jelas, dia mencukupi kebutuhan keluarganya secara lebih. ”Seorang ayah ingin membahagiakan anaknya. Bukan hanya dari sisi kasih sayang, tapi juga dari materi,” katanya.
Ada kabar yang menyebut saat ini Benny sudah mengantongi nilai kontrak di atas Rp 700 juta. Angka yang sangat layak untuk pelatih sekelas Benny. Namun jumlah itu ternyata masih kalah dibanding nilai kontrak yang dikantongi Rahmad.
Kabarnya, nilai kontrak Rahmad untuk menukangi Persija Jakarta mencapai angka Rp 1 miliar. Angka inilah yang belakangan membuat Rahmad enggan memperpanjang kontraknya dengan Persipura. Padahal, sebagai juara liga, Persipura masih membutuhkan Rahmad untuk menghadapi pertandingan di Piala Champion Asia.
Rahmad membatahnya mentah-mentah isu itu. Sebagai perwira aktif di marinir, dia memiliki kewajiban terhadap kesatuannya. ”Saya juga diminta menangani Persatuan Sepak Bola Angkatan Laut. Karena itu tidak bisa jauh-jauh dari Ibu Kota,” katanya.
Tentang angka nilai kontrak yang satu miliar itu sendiri, Rahmad enggan menanggapi. Dia hanya mengatakan jumlahnya tidak sebesar itu. ”Pokoknya cukup menjanjikan. Jumlahnya lebih besar dari gaji seorang direktur bank,” ujarnya lagi.
Setelah sukses mengantar Persipura menjadi juara, Rahmad memiliki keinginan yang sama untuk Persija. Namun keinginan itu bukan menjadi obsesi utama dalam karier kepelatihannya. Meskipun sudah mengantongi lisensi kepelatihan internasional, dia masih berharap mendapat waktu luang untuk meraih license profesional. ”Saya ingin menambah pengetahuan tentang kepelatihan,” katanya.
Tak jauh berbeda dengan Rahmad, Jacksen pun ingin tim yang ditanganinya meraih prestasi tinggi. Namun dia merisaukan mental pemain Indonesia. Tidak sedikit pemain Indonesia yang gugup jika berhadapan dengan pemain asing. Dia berharap mampu membangun mental pemain yang kuat dalam pertandingan apa pun. ”Persepakbolaan Indonesia tidak akan maju kalau pemainnya masih banyak yang seperti itu,” kata Jacksen.
Suseno, Rohman Taufiq (Madiun), Bibin Bintariadi (Malang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo