Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Offisial games di Seoul

Kontingen indonesia, terbesar ke-5 di asian games x ofisialnya bahkan terbanyak dari negara-negara lain. datang ke seoul lebih awal dengan biaya yang cukup besar. cara kerja ofisial kurang memuaskan. (or)

4 Oktober 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELUM satu medali emaspun yang dihasilkan atlet Indonesia di Seoul. Sampai separuh jalan Asian Games X, Senin pekan ini, kontingen Indonesia, apa boleh buat, cuma puas dengan beberapa kcunggulan mereka di luar lapangan dibandingkan kontingen negara lain. Misalnya, merekalah kontingen yang paling cepat tiba di Seoul. Datang dengan pesawat yang sengaja dicarter, 7 September lalu, kontingen ini tercatat sebagai kontingen terbesar kelima dari 27 negara yang sudah melaporkan diri ikut Asian Games. Berjumlah seluruhnya 343 orang, personel kontingen Indonesia hanya di bawah Korea Selatan (657 orang), Jepang (591 orang), RRC (514 orang), dan India (397 orang). Kontingen Indonesia memang berbeda dari kontingen lain. Tak hanya unggul dalam soal kedatangan, dan seperti yang ditulis koran paling tinggi mengeluarkan biaya untuk bertelepon ke Jakarta, mereka juga tercatat punya ofisial paling banyak di antara lima besar kontingen yang terbesar personelnya di Seol. Ofisial Indonesia bahkan lebih banyak -- 158 dari 343 jumlah rombongan -- dari kontingen tuan rumah Korea Selatan (hanya 178 dari 673 jumlah kontingen). Dalam persentase, jumlah ofisial Indonesia mencapai 40 persen dibandingkan atlet. Sedangkan Korea Selatan hanya sekitar 32%. Jepang hanya punya ofisial 151 dari 591 orang jumlah kontingen (34,3%), RRC membawa 126 ofisial dari 514 orang jumlah kontingen (32,4%), dan India cuma membawa 7 ofisial dari 397 orang jumlah rombongan (32%). Akan tinggal sampai Asian Games selesai (ditutup 5 Oktober), kontingen Indonesia itu tampaknya harus mengeluarkan dana cukup besar. Sebab, untuk akomodasi, misalnya, tuan rumah menetapkan tarif tinggal di perkampungan rata-rata US$ 27 per orang per hari (Rp 43.550). Dengan demikian, untuk akomodasi saja, jika semua kontingen menginap di perkampungan atlet sampai usai Asian Games (30 hari), harus disediakan dana Rp 500 juta lebih. Belum lagi uang saku. Besarnya 20 dolar (sekitar Rp 33.000) untuk atlet, dan 25 dolar (sekitar Rp 41.000) untuk ofisial -- per orang per hari. Uang saku ini, jika dihitung, bisa mencapai lebih dari Rp 170 juta, jika semua kontingen Indonesia tetap tinggal di Seoul sampai upacara penutupan. Menurut rencana, semua kontingen ini akan dipulangkan dengan pesawat carteran 7 Oktober 1986. Hanya rombongan renang, 14 orang, yang sudah duluan pulang. "Karena sudah dipersiapkan begitu, anak-anak yang lomba renang sebagian memang mau ujian," kata seorang pejabat KONI. Beda memang dengan RRC, yang karena mau mengirit biaya, langsung saja memulangkan sebagian anggota kontingen mereka yang sudah selesai bertanding. Menurut Sekjen KONI M. Sarengat, besar dana yang diperlukan buat mempersiapkan pengiriman atlet itu, "tak melebihi Rp 3 milyar". Mengapa jumlah kontingen kita begitu besar? Sarengat mengatakan itu keputusan KONI. Dia mengakui jumlah itu -- di luar sejumlah ofisial yang datang dengan istri -- memang kelewat besar. "Tapi, ya, kami ini 'kan sekadar meneruskan proyek lama. Karena tak berpengalaman, kami tak berani sembarangan mengubah rencana yang sudah siap," katanya. Sarengat sendiri datang ke Seoul bersama istri. Belum diperoleh data pasti berapa ofisial yang datang dengan istri ke Seoul. Toh, sebagian mereka, menurut Sarengat, datang dengan biaya sendiri. Apapun alasannya, Bob Hasan, Ketua Bidang Luar Negeri, mengatakan dia memang tidak puas dengan hasil kerja beberapa ofisial. "Kita dapat pelajaran baik di sini. Setelah ini, saya akan mengusulkan perombakan terutama di tubuh staf KONI," katanya. Dia tak merinci siapa pejabat yang mungkin bakal dicopot setelah Asian Games. Namun, seperti cerita beberapa atlet yang tinggal di perkampungan, memang banyak oflsial Indonesia yang tak begitu jelas tugasnya, tinggal bersama mereka. "Kebiasaan jelek orang kita memang minta dilayani, bukan melayani. Dan orang-orang seperti itu akan saya bersihkan dari KONI nanti," kata Bob, gemas. "Ada ofisial yang kerjanya cuma baca koran, tidur, menonton pertandingan, dan kemudian nanyak, kenapa kalah kenapa kalah," kata seorang petenis kesal. Bagi kontingen Korea Selatan, jumlah ofisial memang dipertimbangkan. Seleksi terhadap jumlah ofisial telah dilakukan. Juni lalu, Komite Olah Raga Amatir Kor-Sel (KASA) -- semacam KONI di sini -- sudah mematokkan jumlah kontingen 673 orang: 495 atlet dan 178 ofisial. Tapi, jumlah ofisial diciutkan menjadi 144 orang oleh SAGOC (Komite Olimpiade Asian Games Seoul).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus