Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Pakai Otak, Nasihat Cruyff

Kesebelasan Washington Diplomats dari AS bertanding melawan PSSI utama dan galatama selection di Senayan. Tampil sebagai kapten: johan cruyff yang sedang dikontrak oleh klub wd.

29 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANYAK orang ingin mendekati Johan Cruyff. Bintang sepakbola itu yang tampil di Stadion Utama Senayan pekan laiu seolah dianggap luar biasa. Ketika pertandingan usai, Cruyff memang luarbiasa kencang menyembunyikan diri di kamar pakaian. Takut? Angkuh? Datang ke Jakarta bersama kesebelasan Washington Diplomats (WD), anggota Liga Sepakbola Amerika Utara (NASL), pemain asal Belanda itu sesungguhnya Ingin bergaul dan ramah.- Dalam suatu jamuan cocktail di Hotel Sahid, diamalah bersedia dipotret bersama siapa saja yang memintanya. Dia juga mau minum wiski dan merokok dengan para pengagumnya. Kamis malam itu ia mengenakan celana hitam yang kontras dengan kemeja biru -- tampak sederhana. Cuma arlojinya, sekalian talinya, yang terbuat dari emas murni, kelihatan mentereng. "Saya cuma orang biasa," katanya dalam bahasa Inggris. Putra bekas pengusaha kantin ini tampak tidak kampungan dalam tutur bahasanya. Dia justru menuntut sikap sopan-santun dari siapa pun, apalagi bila istrinya, Dany, putri jutawan Cor Coster, hadir (lihat Pokok & Tokoh). Melawan PSSI Utama, kemudian Galatama Selection, dia sebagai kapten memang menonjol. Sama seperti rekannya dari negeri Belandla, Wim Jansen, yang bermain di poros belakang, Cruyff sering berteriak memberi komando. Adakalanya dia membentak di lapangan. "Anda harus bisa mempergunakan seluruh organ tubuh anda bila di lapangan. Dan terutama otak," katanya sambil menaruh jari di dahblya yang agak berkerut. Gemar Protes Tentang pemain PSSI Utama, Cruyff berkomentar, " mereka cepat sekali, punya ketrampilan, tapi masih kurang akurat dalam mengoper bola." Nasihatnya ialah supaya setiap pemain "mencocokkan diri dalam tim." Dia paling gemar memprotes wasit. Di Senayan kelihatan wasit, sering ragu. "Wasit yang baik adalah bila ia memimpin demikian rupa sehingga tak ada pemain yang cidera," katanya. Walaupun setiap pemain WD sudah diasuransikan, "sebaiknya jangan sampai cidera terjadi, ujarnya lagi. Pemain WD berwajah Melayu, Garry Darrel dari Bermuda mengaku bahwa pemain yang cidera akan dirawat dan berhak menerima 85% gajinya selama 3 tahun. Ketika klub ini baru berdiri, tahun 1974, pemainnya menerima US$ 25.000 setahun. Bayarannya sekarang sudah lebih tinggi. Terutama karena bintang tenar seperti Franz Beckenbauer, Pele dan Johan Cruyff menaikkan pasaran pemain berbagai klub di AS. Superstar sekarang menerima sekitar $ 500.000 setahun. "Selain itu Beckenbauer mendapat mobil Mercedes, sedang kami cukup Monte Carlo," cerita Darrel. Walau sering pulang ke Negeri Belanda, Cruyff tidak mau lagi menerima kontrak klub di Eropa. Dia masih mau bermain secara insidentil saja, misalnya, di klub Ajax. "Saya tidak meremehkan daya saing sepakbola internasional, tapi saya sudah putuskan untuk tidak ikut lagi," tandasnya. Terakhir dia memperkuat tim nasional Belanda ke Kejuaraan Piala Dunia 1974 di Jerman Barat. Johan Cruyff, 33 tahun, memilih pindah ke Amerika "untuk membantu perkembangan sepakbola di sana." Mula-mula ia ikut klub Cosmos, kemudian bergabung dengan klub Aztecs, dan sekarang memperkuat klub WD. Manager WD, Gordon Bradley menambahkan, " sepakbola belum populer di AS. Itu sebabnya kami berusaha menarik publik dengan menyuguhkan permainan cantik." Klub WD bisa sampai di Jakarta karena diatur oleh Frank Yu, seorang pengusaha kelahiran Hongkong yang juga jadi promotor sepakbola prof di Brazil. Yu merahasiakan berapa biayanya. "Yang pasti PSSI tidak rugi," katanya. Sponsor pertandingan WD di Senayan adalah perusahaan iklan terbesar di Jepang, Dentsu. Dari pertandingan pertama yang berakhir dengan kekalahan PSSI Utama (0-2), masuk uang Rp 60 juta dari sekitar 80.000 penonton. Ketika Galatama Selection dikalahkan (0-3), jumlah penonton merosot separuhnya. Hari kedua itu cuaca jelek, namun WD menyuguhkan permainan yang lebih bersemangat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus