Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Iklan Yang Lari

Biro Iklan Indonesia lari ke pers asing untuk menyampaikan pesan komersial tertentu. dikhawatirkan potensi periklanan di indonesia tersedot penerbitan asing.

29 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETAPAK demi setapak penerbitS an asing menyedot potensi periklanan di Indonesia. Iklan minuman keras seperti bir San Miguel, yang antara lain ditolak harian Kompas, kini muncul dalam Time. Demikian pula iklan traktor Komatsu dan Caterpillar serta mesin fotokopi Xerox tampil dalam edisi majalah itu yang khusus beredar untuk Indonesia. Namun kalangan biro iklan di Jakarta berpendapat bahwa pers Indonesia masih tetap sebagai pilihan terbaik untuk melancarkan promosi di negeri ini. Dengan peredaran lebih luas, media Indonesia dianggapnya tetap memiliki daya tarik. Persoalan bagi kalangan biro iklan ialah media Indonesia pilihannya agak terbatas. Biro iklan Indo Ad, misalnya, merencanakan memasang iklan suatu merk whisky dalam majalah Time. Sebab, kata Emir H. Moechtar dari Indo Ad, "pers Indonesia jarang mau memuat iklan jenis ini." Walaupun kalangan pembacanya terbatas di Indonesia, media asing rupanya terpilih untuk menyampaikan pesan komersial tertentu saja. Dengan pertimbangan itu pula, biro iklan Inter Admark konon memasang iklan traktor Komatsu dalam Time. Majalah ini memang menyediakan kesempatan, dengan tarif terpisah, untuk pemuatan iklan yang beredar di Indonesia saja. Media asing makin cenderung dijadikan pilihan kuat bagi kaum pemasang iklan, terutama bila media Indopesia yang jadi favoritnya terpaksa menolak. Kebetulan koran lndonesia hanya boleh terbit paling banyak dengan 12 halaman, sedang Dewan Pers membatasi (sejak 1 Maret) ruang iklan dengan maksimum 30% saja. Dari omset periklanan Indonesia yang ditaksir US$ 150 juta (Rp 94,5 milyar) setahun, baru sekitar 1% yang diperkirakan lolos ke pers asing. Ada kemungkinan persentase itu meningkat. Harmoko, Ketua PWI dan Bendahara Dewan Pers, mengemukakan "Bila ada iklan lari ke pers asing, kesalahan jangan ditimpakan pada kebijaksanaan Dewan Pers." Dewan Pers membikin pembatasan tadi supaya ada pemerataan penghasilan iklan. Soekarno SH, Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika, menilai kebijaksanaan Dewan Pers itu telah membawa pengaruh baik bagi perkembangan pers daerah yang tadinya miskin iklan. "Kalau pun kemudian ada iklan lari ke pers asing, itu akibat sampingan saja," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus