Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

olahraga

Para Belia di Lapangan Golf

Rata-rata usia juara turnamen golf profesional putri kian belia. Fisik yang cepat matang membuat mereka lebih stabil.

8 Agustus 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH double-bogey di lubang ke-13 yang dilakukan Ariya Jutanugarn membuat perebutan gelar juara Woman British Open 2016 di Milton Keynes, Inggris, Ahad pekan lalu, kian ketat. Selisih angka antara pegolf Thailand berusia 20 tahun ini dan Mirim Lee asal Korea Selatan tinggal terpaut satu pukulan saja. Tapi, di lubang ke-17, Jutanugarn berhasil membukukan birdie untuk mengamankan gelar juara.

Jutanugarn langsung memeluk ibunya, yang selalu setia menemani sang putri ke mana pun, termasuk sepanjang kejuaraan ini. "Ibu saya menangis kencang," ucap Jutanugarn. "Dia bilang terima kasih, dan itu membuat saya merasa sangat bangga. Saya kira gelar ini sangat penting bagi saya dan olahraga golf di Thailand. Saya berharap gelar ini bisa menjadi inspirasi bagi pegolf Thailand lainnya."

Sukses yang diukir Jutanugarn—menjadi pegolf Thailand pertama yang berhasil menang di turnamen major, baik di kategori pria maupun wanita—sekali lagi membuktikan bahwa para pegolf belia tak bisa dipandang sebelah mata. Lee, 25 tahun, mengakui konsistensi permainan Jutanugarn. "Tak ada yang perlu disesali. Berikutnya kami harus berfokus ke Olimpiade Rio 2016," ucapnya.

Tahun ini para pegolf putri berusia di bawah 24 tahun berhasil merajai berbagai turnamen kelas major ataupun Tur LPGA (Ladies Professional Golf Association). Pada pertengahan Juni lalu, Brooke Henderson, 18 tahun, tak pernah menyangka bakal menjadi juara turnamen golf KPMG Women's Championship di Washington, Amerika Serikat.

Henderson menyelesaikan turnamen dengan mencatat total 6 di bawah par 278. Ini merupakan gelar juara major pertamanya sekaligus menjadikan ia sebagai pegolf putri termuda kedua setelah Lydia Ko, yang berhasil menjadi pemenang di turnamen major—turnamen utama di antara kejuaraan Tur Ladies Professional Golf Association (LPGA).

Lydia Ko, pegolf kelahiran Korea Selatan yang kini memegang paspor Selandia Baru dan berada di posisi kedua dalam turnamen tersebut, merebut gelar major pertamanya saat berusia 18 tahun 4 bulan 20 hari. Sedangkan Henderson meraihnya pada usia 18 tahun 8 bulan 2 hari. Keduanya merupakan bagian dari gelombang lahirnya pegolf muda profesional di kejuaraan Tur LPGA.

Ya, untuk pertama kalinya, dari 18 turnamen Tur LPGA yang sudah dilangsungkan pada musim ini, semua juaranya berusia di bawah 24 tahun, kecuali di turnamen ShopRite LPGA Classic yang dimenangi Anna Nordqvist dari Swedia yang berumur 29 tahun. Rata-rata usia para juara di Tur LPGA pada musim ini adalah 20 tahun, lebih muda dibanding rata-rata usia pada dua tahun lalu yang 25 tahun.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di turnamen elite khusus pria, Professional Golfers Association (PGA). Dua tahun lalu, misalnya, rata-rata usia para juara di berbagai turnamen PGA adalah 28,5 tahun. Sedangkan pada musim ini, dari 33 turnamen yang sudah diadakan, rata-rata usia juaranya malah meningkat, yakni 31,2 tahun.

Lantas mengapa bisa begitu? "Fakta yang sederhana: perempuan berkembang dan dewasa lebih cepat ketimbang laki-laki," kata pelatih golf tim nasional Kanada, Tristan Mullally. "Mereka bahkan mencapai tinggi tubuh maksimal lebih cepat. Tubuh mereka juga berkembang ke bentuk akhir lebih cepat."

Menurut Mullally, setelah menginjak usia 15-17 tahun, struktur tubuh perempuan tidak mengalami banyak perubahan dibanding remaja putra. Ini yang membuat pegolf putri mampu tampil lebih konsisten. Selain dari segi fisik, pegolf putri sekarang juga lebih diuntungkan dengan berbagai fasilitas dan kemudahan yang mereka dapatkan.

"Dulu saya hanya dilatih oleh ayah saya. Sekarang mereka kebanyakan punya pelatih teknik ayunan, pelatih mental, pelatih fisik, dan sebagainya. Mereka juga punya sponsor saat akan berkarier di dunia profesional, sedangkan kami tidak. Ini dunia yang berbeda," kata Cristie Kerr, pegolf berusia 38 tahun dengan koleksi 18 gelar juara Tur LPGA dan dua major.

Pendapat Kerr ini bukan tanpa bukti. Lihat saja bagaimana Henderson, yang masuk tim nasional golf Kanada, punya dua pelatih, yakni Mullally dan Ann Carroll. Di luar itu, ia juga dibantu seorang pelatih fisik, fisioterapis, nutrisionis, dan psikolog. "Semakin kuat sistem pendukungnya, pemain tidak perlu repot mengurusi hal remeh-temeh di luar golf. Mereka hanya berfokus bermain golf," kata Henderson.

Lydia Ko, peringkat pertama golf putri dunia saat ini, tak jauh berbeda dengan Henderson, peringkat kedua dunia. Saat Ko berusia enam tahun, orang tuanya sengaja memboyong putrinya itu dari Seoul, Korea Selatan, ke Selandia Baru agar lebih banyak punya kesempatan dalam bermain golf. Di negeri baru itu, Ko bergabung dengan Pupuke Golf Club di Auckland.

Di klub tersebut, seorang pegolf mendapat penanganan secara menyeluruh. Ada pelatih teknik, fisik, fisioterapis, dan psikolog. Ko ditangani secara khusus oleh Guy Wilson. Sebagai pelatih teknik, Wilson menggembleng Ko lima-enam kali dalam sepekan. Fisioterapis dan pelatih fisik bekerja dua kali seminggu, sedangkan kegiatan penanganan mental satu kali setiap dua pekan.

Fasilitas dan sistem saja tentu tidak cukup untuk melahirkan pegolf belia profesional. Bakat juga sangat dibutuhkan, selain lingkungan dan pelatihan sejak usia dini. Sebagaimana diceritakan dalam CBC Sports, Henderson lahir dan tumbuh dari keluarga pencinta golf. Ayahnya, Dave, salah satu pegolf terbaik di Smith Falls Country Club—klub tempat mereka sekeluarga bermain.

Kakaknya, Brittany, 24 tahun, bermain di Symetra Tour. Saat jadwal mereka memungkinkan, Henderson terkadang secara sukarela menjadi caddie buat Brittany. Atau sebaliknya, Brittany yang menjadi caddie bagi Henderson, seperti yang ia lakukan di turnamen KPMG di Washington itu. Sang ayah, Dave, juga tak sungkan-sungkan menjadi caddie bagi putrinya itu.

"Saya ingin seperti kakak saya," ujar Henderson ketika ditanya figur pemain yang ia idolakan. Adapun Ko sangat menyukai gaya pegolf Amerika Serikat keturunan Korea Selatan, Michelle Wie. Saat berusia 16 tahun, Wie menjadi perhatian dunia lantaran berhasil menempati peringkat ketiga dalam turnamen sekelas Amerika Terbuka pada 2006. Saat itu Lydia Ko baru berusia 9 tahun.

"Saya banyak belajar dari pemain muda seperti Lexi Thompson, Michelle Wie, Morgan Pressel, dan Paula Creamer. Mereka sudah menjadi sorotan dunia sejak usia muda," ucap Ko. "Saya pelajari bagaimana mereka berhasil menghadapi perhatian dan tekanan publik itu. Sampai sekarang saya masih menganggap mereka sebagai bintang."

Peran media, khususnya televisi, ternyata juga memiliki andil besar dalam melahirkan pemain golf belia ini. Judy Rankin, 71 tahun, analis golf, mengatakan televisi mampu memenuhi hasrat para pegolf muda ini untuk melihat dan mengikuti kiprah idolanya.

"Mereka bisa menyaksikan semua pemain top dunia kapan pun mereka mau lewat televisi," kata Rankin, yang pernah menjadi pemenang turnamen amatir Missouri State saat berusia 14 tahun. "Tidak ada peniru yang lebih baik daripada seorang anak. Semua detail teknik bermain golf dapat dilihat dan diamati dalam tayangan lambat."

Rankin lalu membandingkan dengan kondisi ketika ia masih aktif mengayun stik golf. Sejauh ingatannya, ia hanya sekali mendapat kesempatan melihat langsung idolanya bermain. "Bayangkan, berapa banyak perubahan yang terjadi sejak 1950-an," ujarnya. GADI MAKITAN (Golf.com, The Canadian Press, CBS Sports)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus