Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Frank Rijkaard (Barcelona, Spanyol) TAK ada orang yang menyangka, Frank Rijkaard, 43 tahun, akan menebar keajaiban bagi Barcelona. Pelatih asal Belanda ini memiliki pengalaman minim sebagai pelatih. Ia baru membawa tim nasional Belanda ke semifinal Euro 2000 dan gagal menyelamatkan klub Sparta Rotterdam dari degradasi. Tantangan yang dihadapinya amat berat. Tahun lalu, Barcelona mengalami krisis hebat dan nyaris tercebur ke zona degradasi.
Di luar dugaan, Rijkaard mampu menyelamatkan klub besar di Spanyol itu. Pendekatan personalnya yang brilian mampu mengembalikan kepercayaan pemain. Musim lalu, Ronaldinho dan kawan-kawan bangkit dan berhasil menyalip Real Madrid, menjadi runner-up La Liga di bawah Valencia.
Sekarang? Barcelona semakin digdaya setelah Rijkaard membuang armada Belanda yang sering memunculkan masalah, termasuk Patrick Kluivert, Marc Overmars, dan Philip Cocu. Sebagai gantinya, dia membeli tujuh pemain, termasuk Deco, dan Samuel Eto'o. Barca harus merogoh 19,8 juta pound, tapi masih di bawah belanjaan Real Madrid yang menghabiskan 35,9 juta pound hanya untuk menggaet Michael Owen, Jonathan Woodgate, dan Walter Samuel.
Dengan materi baru, Barcelona kini menggapai puncak klasemen dengan selisih tujuh poin dari tim bertabur bintang Real Madrid di urutan kedua. Dengan 14 pertandingan masih tersisa, peluang Barca menjadi juara La Liga sangat besar. Klub ini juga mampu unjuk gigi di Liga Champions. Bahkan dalam babak 16 besar, Barcelona bisa menaklukkan tamunya, Chelsea pada Kamis pekan lalu.
Selain cerdas dalam mengatur strategi, Rijkaard juga dikenal dingin dan tak pernah meledak-ledak dalam berkomentar. Mantan gelandang AC Milan dan Ajax ini tahu betul bagaimana memperlakukan pemainnya secara berbeda berdasarkan karakter masing-masing. Ronaldinho mengakui kelebihan pelatih ini. "Frank Rijkaard sangat mengerti semua pemainnya dengan sempurna," katanya.
Jose Mourinho (Chelsea, Inggris) Dia pernah membuat wartawan terkaget-kaget. Dalam jumpa pers menjelang pertandingan pertama babak 16 besar Liga Champions di Barcelona, Jose Mourinho, 42 tahun, tiba-tiba bertanya: "Apakah kalian mau tahu susunan pemain yang akan diturunkan melawan Barcelona?" Wartawan saling berpandangan. Pelatih Chelsea ini menyodorkan tawaran yang luar biasa. Susunan pemain biasanya sangat dirahasiakan sebagai bagian dari strategi yang tak boleh diketahui lawan. Hari itu, Mourinho tak hanya membeberkan susunan pemainnya, tapi juga memaparkan prediksinya tentang susunan tim lawan, Barcelona.
Dalam pertandingan di Camp Nou, Kamis pekan lalu, susunan pemain Barcelona yang diungkap Mourinho ternyata tepat. Yang berubah justru susunan tim Chelsea. Damien Duff yang semula dikatakan cedera ternyata diturunkan. Mourinho menjebak? Entahlah, yang pasti pertandingan itu sendiri berakhir buruk untuk Chelsea. Harus bermain 10 orang di babak kedua setelah Didier Drogba mendapat kartu merah, mereka akhirnya kalah 2-1.
Itu pukulan telak bagi Mourinho. Sebelum pertandingan, pelatih asal Portugal ini sudah sesumbar dan mengecilkan pelatih Barcelona, Frank Rijkaard. Mourinho menyebut dirinya lebih hebat karena sudah mengoleksi gelar Piala UEFA dan Liga Champions bersama FC Porto, sedang Rijkaard belum meraih gelar satu pun. "Saya adalah pemenang Piala Liga Champions musim lalu. Jadi, kompetisi dan piala ini adalah milik saya," katanya. Kini, sesumbarnya harus dibuktikan dengan usaha sangat keras saat timnya menjamu Barcelona dalam pertandingan kedua minggu depan.
Mourinho sekarang menjadi sosok sensasional di kancah sepak bola Eropa. Prestasinya membuat dia selalu jadi perhatian media. Kesuksesannya meraih gelar Liga Champions bersama Porto musim lalu, serta keberhasilannya membawa Chelsea kokoh di puncak klasemen sebagai kandidat kuat juara Liga Inggris, membuatnya disebut sebagai pelatih terhebat. Januari lalu, Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) menobatkannya sebagai Pelatih Terbaik 2004.
Ada juga suara sinis. Pelatih Everton, David Moyes, menilai kesuksesan Mourinho di Chelsea tak lebih karena faktor uang. Sebelum dia datang, Chelsea sudah memiliki seabrek pemain mahal. Setelah dia datang, pemilik klub Roman Abramovich masih mengizinkannya menambah materi pemain secara gila-gilaan. Dalam dua musim, tak kurang dari 200 juta pound dibelanjakan Chelsea. "Dengan uang sebegitu besar, siapa pun bisa melakukannya," kata Moyes.
Roberto Mancini (Inter Milan, Italia) Di tangannya, Inter Milan tak terkalahkan dalam 25 pertandingan Seri A Liga Italia pada musim ini. Roberto Mancini juga mampu membawa Inter mencapai semifinal Piala Italia dan memasuki babak 16 besar di Liga Champions. Itu sebabnya, lelaki 41 tahun itu disebut-sebut sebagai pelatih muda paling cemerlang di Italia.
Kehebatan Mancini sudah tampak ketika ia menangani Lazio. Dia berhasil membawa tim yang dililit masalah keuangan ini menjadi juara Piala Italia, semifinalis Piala UEFA, dan masuk enam besar Liga Italia. Inter Milan kemudian merekrutnya pada Juli tahun lalu setelah Hector Cuper dianggap gagal karena hanya mampu membawa Inter ke urutan keempat klasemen.
Tanpa masalah keuangan seperti di Lazio, Mancini mampu merekrut sejumlah pemain andal, termasuk Edgar Davids dan Ze Maria. Inter lalu tampil dengan kegigihan dan kemampuan untuk menyamakan kedudukan saat sudah ketinggalan gol. Musim ini sudah 12 kali mereka melakukannya.
Meski tak pernah kalah, Inter kini bertengger di urutan ketiga klasemen Liga Italia dengan selisih 11 poin dari dua tim dia atasnya, Juventus dan AC Milan, yang sama-sama mengemas 54 poin. Namun, Mancini belum putus harapan. Dengan 13 pertandingan tersisa, peluang timnya meraih gelar juara masih terbuka. Apalagi, Inter Milan masih akan bertarung melawan Juve dan AC Milan. "Saya yakin kualitas tim kami tak di bawah mereka," katanya.
Co Adriaanse (AZ Alkmaar, Belanda) Pelatih 58 tahun ini berhasil melambungkan klub AZ Alkmaar. Klub kecil di Liga Belanda ini menyeruak di tengah dominasi tiga klub raksasa, yakni PSV Eindhoven, Ajax Amsterdam, dan Feyenoord. Sang pelatih, Co Adriaanse, membawa klub tersebut jadi juara paruh musim pada Desember lalu. Kini posisinya melorot ke urutan kedua, tapi peluangnya menjuarai liga musim ini masih terbuka karena selisih nilainya hanya empat poin dibanding PSV yang berada di puncak klasemen dengan nilai 55.
Saat ia mulai menangani Alkmaar pada 2002, klub ini sedang terpuruk di papan bawah. Adriaanse kemudian berhasil mengubahnya dalam tiga tahun. Klub itu terus menanjak. Pada 2003, berada di urutan ke-10, kemudian pada musim lalu Alkmaar melonjak ke urutan kelima.
Berbekal pemain yang rata-rata sudah berusia di atas 25 tahun, mantan pelatih Ajax itu memilih menggunakan strategi ofensif yang ekstrem. Tak peduli dengan apa yang dilakukan lawan, dia hanya meminta pemainnya terus menyerang. Strategi itu ampuh. Musim ini mereka baru sekali kalah.
Andriaanse yang lahir di Amsterdam juga piawai mengubah sisi negatif seorang pemain. Gelandang gaek Barry van Galen, 34 tahun, yang temperamental dan kerap kena kartu merah, dalam bimbingannya berubah jadi lebih santun dan haus gol. Dia bahkan sempat dipanggil masuk tim nasional Belanda sebagai pengganti Rafael Van der Vaart yang cedera.
Musim depan, Adriaanse dipastikan meninggalkan Alkmaar. Namun, sebelum itu, dia bertekad mempersembahkan gelar untuk klubnya, baik di Liga Belanda maupun Piala UEFA. Ini bukan sesuatu yang mustahil. "Jika kita tahu apa yang diinginkan dan para pemain mau bekerja keras, maka kita bisa mengalahkan klub yang memiliki lebih banyak uang sekalipun," katanya.
Nurdin
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo