Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Pemain Cipayung Tak Bersisa

Fajar/Alfian menjadi harapan baru di ganda putra.

11 Maret 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pasangan Ganda Putra Indonesia Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto di ajang All England, kemarin. Action Images via Reuters/Andrew Boyers

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BIRMINGHAM - Ada tiga wakil Indonesia yang lolos ke babak semifinal All England 2019. Sayangnya, pasangan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti tak mampu melanjutkan perjalanan menuju babak final dalam laga yang digelar di Birmingham Arena, Inggris, kemarin dinihari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan hasil ini, para pemain yang digembleng di pemusatan latihan nasional Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia di Cipayung tak ada yang lolos ke babak final. Pemain di sektor ganda putra dan ganda campuran mencapai semifinal, sedangkan ganda putri di babak perempat final dan tunggal putra terakhir hanya sampai babak kedua.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemain tunggal putra Tommy Sugiarto, yang memutuskan menjadi pemain profesional sejak 2015, masih mampu mempertahankan performanya. Pemain berusia 30 tahun itu mampu mencapai babak perempat final. Sedangkan dua tunggal putra pelatnas, Anthony Ginting dan Jonatan Christie, tersingkir lebih dulu di babak pertama dan kedua.

Perjuangan Fajar/Rian kemarin nyaris membuat sejarah dengan menciptakan final sesama pemain Indonesia dengan menyusul pasangan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan-pasangan yang awal tahun ini memutuskan meninggalkan pelatnas Cipayung dan menjadi pemain profesional. Hanya, langkah Fajar/Rian dihentikan oleh pasangan Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, dalam pertarungan tiga game. Adapun Ahsan/Hendra merebut tiket final dengan memenangi laga semifinal atas Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang).

Duel Fajar/Rian melawan Chia/Yik berlangsung begitu sengit dengan skor kekalahan yang terpaut tipis. Pasangan muda yang digembleng di pelatnas Cipayung itu mampu merebut kemenangan di game pertama. Sayangnya, lawan mampu merebut dua game berikutnya dalam pertarungan selama 59 menit.

Fajar, 24 tahun, mengatakan kurang berani di game ketiga setelah servisnya dinyatakan salah oleh hakim servis. Menurut dia, servisnya dinyatakan salah baru ketika pada babak semifinal. Padahal, sejak babak pertama turnamen ini, dia melakukan servis dengan gaya yang sama.

“Ini pasti ada pengaruhnya, saya bingung. Ini jadi pelajaran buat saya supaya lebih safe lagi. Benar-benar rugi sekali dari servis ini,” kata Fajar. “Servis itu kunci banget, satu-dua poin kritis kami goyang. Itu kuncinya, itu momentum dan seharusnya tidak boleh seperti itu.”

Kondisi itu membuat Fajar/Rian mendapat tekanan balik dari Chia/Yik di game kedua dan ketiga. Padahal pertemuan ini kesempatan bagi mereka untuk membalas kekalahan sebelumnya di Malaysia Masters 2019. Saat itu, Fajar/Rian kalah oleh Chia/Yik.

Namun capaian Fajar/Rian di semifinal All England terbilang cukup bagus. Mereka kini menjadi harapan baru untuk menambah kekuatan di sektor ganda putra, selain Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang tersisih di laga perdana.

Sedangkan pasangan ganda campuran Praveen/Melati harus kembali mengakui keunggulan Zheng Siwei/Huang Yaqiong asal Cina. Dalam laga semifinal All England 2019, Praveen/Melati juga bertarung habis-habisan dalam tiga game. Ini adalah kekalahan keempat Praveen/Melati atas pasangan peringkat pertama dunia tersebut.

Sebetulnya peluang Praveen/Melati untuk memenangi pertarungan sempat terbuka, saat kedudukan unggul match point 20-17 di game kedua. Namun beberapa kesalahan sendiri yang dilakukan Praveen/Melati membuat Siwei/Yaqiong mengejar dan akhirnya memaksakan dimainkannya game penentuan.

“Bayangkan saja, satu poin lagi sudah ke final, tapi malah seperti ini. Bahkan ada kesempatan buat juara, gara-gara satu poin saja,” kata Praveen kepada Badmintonindoensia.org. “Sebenarnya lawan tidak bisa mengeluarkan permainan mereka di game pertama. Tapi mereka adalah pasangan ranking satu dunia, tidak bisa dimungkiri.”

Adapun Melati mengakui dirinya menjadi tegang saat kedudukan 20-17. Dalam kondisi seperti itu, menurut dia, dirinya harus tetap fokus. Sayangnya, dia justru membuang dua poin dan memberikan keuntungan kepada lawan. “Waktu lawan posisi 19-20, kami keserang lagi. Kejadian di game kedua pasti ada pengaruhnya di game ketiga. Seharusnya tidak boleh. Kami sudah berusaha, tapi lawan sudah mengantisipasi dan menebak permainan kami,” kata Melati. NUR HARYANTO


All England 2019

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus