MALAM itu tidak ada keajaiban. Lalu terjadilah apa yang sudah diramalkan itu: si "Bocah Dinamit" Mike Tyson menggempur Larry Holmes. Juara dunia kelas berat 1978-1985 itu digasaknya hingga terjengkang-jengkang dan hanya mampu bertahan empat ronde dalam pertandingan yang direncanakan 12 ronde. Jumat malam pekan lalu itu (atau Sabtu pagi waktu Indonesia), yang terjadi di gedung Convention Centre, Atlantic City, New Jersey, AS, itu memang pembantaian. Sebuah pertarungan yang jelas tidak seimbang. Tyson, 21 tahun, seperti biasa, tampil dengan celana hitam dan sepatu hitam tanpa kaus kaki. (Dalam soal warna ini Tyson sangat fanatik. Sewaktu melawan juara tinju dunia versi WBC Trevor Berbick, November 1986, ia dilarang memakai celana hitam karena Berbick sebagai juara telah memilih warna hitam. Tyson kemudian memilih membayar denda US$ 5 ribu agar ia tetap bisa memakai celana hitam). Begitu bel berbunyi, seperti biasa ia merangsak maju. Holmes, 38 tahun kelihatan kewalahan. Ia tak pernah bisa melepaskan pukulan yang berarti. Di ronde keempat, ia bahkan sempat tiga kali terjengkang di atas kanvas, sebelum pertandingan dihentikan wasit. Padahal, di awal ronde tersebut, Holmes sempat mendapat sorakan gemuruh dari penonton. Ia mengawali ronde keempat itu dengan menari-nari lincah sambil melepaskan jab-jab kirinya - menghindari sergapan Tyson yang buas. Jangkauan Holmes, yang lebih panjang 25 cm ketimbang jangkauan lawannya, sepertinya tampak begitu efektif. Tyson, yang tinggi badannya lebih pendek 8 cm, berkali-kali terhadang stopping jab yang dilontarkan Holmes. Tapi itu tak berlangsung lama. Tyson tak memberikan kesempatan banyak buat Holmes berlagak-lagak seperti itu. Dengan serbuan kombinasi pukulan hook kiri kanannya yang diselingi uppercut, Tyson terus maju membadak - menerobos stopping jab Holmes. Menjelang pertengahan ronde, Holmes terhajar. Badannya limbung, lalu jatuh telentang. Holmes yang masih puyeng berusaha bangkit dengan sempoyongan. Sebelum hitungan habis, ia sudah berdiri sempurna.Tyson merangsak lagi, lewat seri pukulan spesialisasinya: jab kiri disusul beruntun dengan hook kirinya, yang dikombinasikan dengan upper cut kanan. Holmes cuma bisa lari menghindar sambil menepis pukulan Tyson atau mencoba merangkulnya. "Lihat, wajah Holmes sudah ketakutan," teriak Sugar Ray Leonard - bintang tinju yang kini menjadi komentator televisi yang menyiarkan secara langsung pertarungan itu ke 66 negara. Bekas juara dunia yang kini jadi pengusaha itu pun tak tahan lagi. Ia jatuh setelah menerima serangkaian pukulan Tyson. Sebelas detik menjelang berakhirnya ronde keempat, Holmes terjatuh untuk ketiga kalinya. Wasit Joe Cortez - yang juga pernah memimpin partai Elly Pical vs Judo Chun di Istora Senayan, Mei 1985 silam-mengangkat kedua tangannya, tanda berakhirnya pertandingan. Itulah akhir sebuah pertarungan "antargenerasi". Holmes, kakek seorang cucu berusia 1 tahun, merebut gelar juara kelas berat pada 1978 yang silam - yang ketika itu lowong, karena Ali mengundurkan diri setelah mengalahkan Ken Norton di Tokyo dengan angka tipis. Sebagai juara, Holmes-pernah mendapat julukan si "Jagal dari Easton" - menunjuk kota tempat ia dibesarkan. Selama hampir delapan tahun ia memegang sabuk juara tanpa ada yang mampu mengalahkannya. Ia pernah membungkam si "Mulut Besar" Muhammad Ali dengan TKO di ronde ke-11, tahun 1980. Holmes bahkan nyaris menyamai rekor petinju legendaris Rocky Marciano: tak terkalahkan dalam 49 pertandingan berturut-turut. Namun, dalam pertarungan yang ke-49, Holmes tak mampu lagi mempertahankan prestasinya. Ia, yang sudah dimakan umur, dikalahkan (untuk pertama kalinya) dengan angka oleh Michael Spinks, pada Mei 1985. Gelar juara berpindah tangan. Tahun berikutnya ia kandas lagi di tangan Spinks pada April 1986. Setelah itu, dalam usia 36 tahun, ia resmi mengundurkan diri dari dunia tinju pada November 1986. Tyson memulai debutnya di kancah tinju pro pada Maret 1985 lalu. Dengan singkat prestasinya meroket. Secara berturut-turut ia membukukan 19 kemenangan KO. Cuma ada lima petinju yang mampu bertahan di atas 1 ronde, sebelum dikanvaskannya. Belum genap dua tahun menapak karier di tinju pro, Tyson sudah meraih gelar juara versi WBC. Dalam usia 20 tahun ia menganvaskan juara bertahan Trevor Berbick di ronde ke-2, November 1986. Pada 1987 ia merebut gelar juara versi WBA setelah menang angka atas James Smith. Dan memperoleh mahkota juara versi IBF dengan menundukkan Tony Tucker. Jadilah ia juara sejati pemegang gelar juara dari tiga badan tinju dunia. Gaya Tyson yang khas: mengepalkan kedua tinju rapat-rapat menutup rahangnya. Lalu sedikit menggelengkan kepalanya. Dengan lincah ia terus masuk menerobos pertahanan lawan dengan pukulan long hook. Kedua tangannya memiliki pukulan yang sama kerasnya. Sebelum pertandingan berlangsung, banyak yang meragukan kemampuan Holmes. Ia sudah 14 bulan tak naik ring. Pertarungan terakhir yang dimenangkannya ketika ia menghentikan David Bey di ronde ke-12, Maret 1985. Lalu apa yang dicari oleh Holmes? Inilah penyakit yang hampir selalu menimpa setiap bekas juara. Gengsinya terusik. Apalagi ada Promotor Don King yang berhasil menggelitik Holmes dengan iming-iming uang US$ 3,1 juta dolar. Itu semua membuat Holmes rela meninggalkan bisnisnya sebentar. Ia lalu berlatih kembali. Hal serupa pernah dilakukan oleh setidaknya dua petinju besar: Joe Louis dan Muhammad Ali. Upaya come back mereka akhirnya kandas dengan tragis. Joe Louis, yang sudah menutup kariernya tanpa pernah kalah sekali pun, akhirnya lebih mendengar pada egonya. Ia dalam usia 36 tahun mencoba menantang Rocky Marciano. Joe kalah KO di ronde ke-8 pada 1950. Muhammad Ali sudah menyatakan pensiun dari dunia tinju di tahun 1978. Ia menutup kariernya dengan manis. Ia berhasil menjuarai kelas berat tiga kali - rekor yang belum dapat disamai oleh petinju mana pun. Prestasinya dari 61 pertarungan, menang 56 kali (48 menang KO) dan kalah 5 kali. Ia, dalam usia 38 tahun, akhirnya tak tahan juga dan menantang juara saat itu, Larry Holmes. Hasilnya, Ali menyerah TKO di ronde ke-11. Sementara itu, Tyson dari pertandingan melawan Holmes mengantungi US$ 5 juta dolar. Berarti, dalam dua tahun, ia memperoleh lebih dari US$ 30 juta dolar. Tyson kini mengincar untuk menjadi olahragawan pertama yang akan mempunyai penghasilan sampai US$ 100 juta dolar. Dan itu tampaknya akan menjadi kenyataan. Ia baru saja menandatangani kontrak senilai US$ 26,5 juta dolar dengan jaringan tivi kabel AS Home Box Office untuk enam pertandingan mendatang. Ia juga masih akan meraup US$ 10 juta dolar dari pertandingannya melawan Tonny Tubbs di Tokyo akhir Maret nanti. Sampai akhir tahun ini, Tyson diperkirakan mampu menyamai penghasilan Muhammad Ali sepanjang 15 tahun perjalanan karier tinjunya, dengan pendapatan sejumlah US$ 88 juta dolar. Padahal, ia masih begitu muda. "Saya masih ingin tetap juara hingga akhir abad ini," katanya. Ahmed K. Soeriawidjaja
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini