JIKA berlibur ke kawasan Puncak, Jawa Barat, dan kehabisan vila sebagai tempat bersantai, jangan bingung. Anda dan keluarga tinggal angkat telepon ke Taman Safari Indonesia (TSI). Maka, ken daraan bercat putih dengan garis-garis cokelat yang mirip sebuah bis itu akan datang. Vila berjalan bukan lagi hanya impian. Kendaraan rumah atau karavan hadir di kawasan Puncak pada akhir Februari nanti. Fasilitas yang disediakan tak beda jauh dengan kamar di sebuah hotel berbintang empat. Vila yang mirip bis berjalan ini dilengkapi dengan peralatan untuk menampung sekitar 6 orang. Ada ruang tamu yang berukuran 3 x 2,40 meter. Di ruangan ini tersedia seperangkat kursi tamu, yang mejanya bisa diubah menjadi tempat tidur untuk bayi. Juga dua buah tempat tidur susun, telepon, kulkas, serta TV warna. Bersebelahan dengan ruang tamu, yang disekat dengan pintu geser dari kayu, ada kamar tidur yang juga berukuran 3 x 2,40 meter. Di ruangan ini dilengkapi dengan sebuah tempat tidur besar, lemari pakaian dari kayu, dan perangkat lampu baca. Kamar mandi lengkap dengan fasilitas pancuran untuk mandi air panas dan air dingin, serta wastafel dan kloset duduk juga siap dipakai. Interior kamar berjalan ini lebih didominasi bahan dari kayu. Lemari, sekat pembatas antara ruangan satu dan ruang di selah-selahnya, serta plafon atap, misalnya. Dindingnya pun dilapisi dengan anyaman bambu. Membuat kita tak merasakan suasana mobil ketika berada di dalam ruangan ini. Perlengkapan lain yaitu sebuah tenda. Jika penyewa hendak mengadakan pesta kambing guling atau bakar jagung, misalnya, sebuah tenda berukuran 4 x 7 meter siap digelar di depan vila itu. Mengasyikkan memang. Lahirnya karavan ini, menurut Jansen Manansang, pimpinan TSI, yang juga pengelola vila ini, diilhami oleh makin dibatasinya pembangunan vila di kawasan Puncak. "Padahal, pada hari-hari tertentu vila di kawasan Puncak tak lagi mampu menampung tamu," katanya. Jansen memang banyak tahu tentang karavan. Lelaki yang kini berusia 43 tahun ini merupakan salah seorang anggota Oriental Circus yang aktif ngamen di dalam dan luar negeri. Karena itu, ia dan anggota yang lain tentu hidupnya dari kota pindah ke kota lain. Sehingga, waktunya banyak dihabiskan di dalam kamar berjalan. "Saya hampir 20 tahun hidup di dalam karavan. Nah, apa salahnya kalau kebiasaan ini kita terapkan di sini," ujar lelaki asal Manado ini. Tinggal di dalam karavan, menurut ayah tiga putra ini, sangat mengasyikkan. "Bukan promosi, tapi ini kenyataan," katanya meyakinkan. Alasannya, karena dapat memilih lokasi mana yang dirasakan nyaman. Jika sudah bosan dengan sebuah sudut pemandangan alam yang satu, misalnya, bisa pindah ke tempat lain. "Pokoknya, kami akan membawa tamu kembali ke alam," kata Jansen. Vila berjalan ini dibuat dari bahan fiber glass. Keseluruhan lantainya dilapisi denan karpet plastik. Untuk membuat sebuah vila berjalan ini perlu dana sekitar Rp 20 juta. Hingga sekarang "pasukan putih bergaris cokelat ini" sudah ada tujuh buah yang siap diterjunkan ke pasar. Dan menurut rencana akan dioperasikan 50 buah. "Untuk sementara, kami masih melayani pesanan yang digunakan di kawasan Puncak," ujar lelaki berkulit kuning ini. Sistem operasionalnya: karavan tersebut dari posnya di Taman Safari, Cisarua, Bogor, dapat dipanggil lewat telepon. Lalu vila tersebut akan ditarik kendaraan jip untuk menuju ke lokasi yang dipesan. Bagaimana jika karavan itu juga boleh dibawa sendiri oleh penyewanya? "Untuk sementara ini belum. Kami yang akan membawanya sendiri ke tempat tujuan. Hal ini untuk mencegah kesemrawutan lalu lintas jalan," ujar bos karavan tersebut. Setiap tamu yang hendak menikmati vila ini harus merogoh kocek sekitar Rp 60.000,00 untuk semalam. Biaya itu belum termasuk ongkos tarik kendaraan dari posnya di Taman Safari itu ke tempat tujuan. Kepada penyewa Juga ditawarkan menu makanan yang dapat dimasak langsung di tempat atau memesan makanan matang. Oke, karena di sini karavan terasa masih sebagai barang mewah. Padahal, kalau di AS, misalnya, hampir setiap keluarga memilikinya. Tapi berkaravan di Puncak memang perkenalan yang mengasyikkan. Gatot Triyanto dan Ida Farida (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini