Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BULAN Juli selalu menyuguhkan kesibukan luar biasa bagi Rob Segal, pemilik Impact Sports Management. Pria ini sedikitnya akan menerima 120 panggilan telepon per hari—kebanyakan untuk urusan perpindahan pemain sepak bola. Ia juga harus bolak-balik melakukan penerbangan Inggris-Spanyol untuk urusan yang sama. Nanti, begitu ia turun dari pesawat, sekurangnya ada 20 panggilan tak terjawab yang mesti direaksi balik.
"Saya selalu bekerja. Jika tidak di kantor, ya, lewat sambungan telepon," katanya. Memang ada sekitar 100 klien yang berada dalam kontrol perusahaannya. Mereka adalah pemain, manajer, dan presenter olahraga. Dialah yang menuntaskan semua urusan profesional menyangkut pekerjaan para insan olahraga itu. Untuk itu, Segal mesti rela jika telepon sakunya baru berhenti berdering setelah lewat pukul 10 atau 11 malam.
Impact Sports Management adalah perusahaan agensi yang berbasis di London. Kantor ini mempekerjakan 10 agen untuk menggerakkan roda bisnisnya. Nama beken yang jadi klien antara lain Raheem Sterling (jagoan Liverpool) dan Alex Oxlade-Chamberlain (Arsenal).
Bulan ini tensi pekerjaan meningkat kencang, karena inilah musim prakompetisi ketika bursa transfer pemain dibuka. Klub-klub sibuk berburu pemain baru atau berusaha menjual anggota timnya yang sudah tidak klik lagi dengan kesebelasan. Dan agenlah perantara jual-beli jagoan-jagoan rumput hijau tersebut. Jangan heran, aktivitas jual-beli pemain ini mirip gejolak di bursa saham: tak menentu, sulit ditebak, dan sensitif!
Karena itu, Rob Segal tak pernah lepas dari telepon selulernya. Selain sibuk menerima panggilan telepon, ia mesti menjaga hubungan dengan para manajer. Dia punya kebiasaan menelepon para bos klub itu pukul 08.30 pagi. Urusannya bisa saja sekadar say hello, tapi sebenarnya ia memastikan tak ada peluang terlewat. "Di atas pukul 08.30, mereka sudah di lapangan."
Segal tak tanggung-tanggung untuk menjadi yang terdepan dalam bisnis ini. Di Marbella, Spanyol, ia membangun sebuah restoran bernama La Sala yang dirancang buat tempat nongkrong para pegiat olahraga. Tujuannya: mendekatkan diri dengan kalangan ini. Jurusnya manjur. Restoran yang nyangkruk di bibir Laut Mediterania itu kerap dikunjungi tokoh-tokoh beken lapangan hijau, antara lain Ashley Cole (Chelsea), Freddie Ljungberg (mantan pemain Arsenal), Chamberlain (Arsenal), dan Dwight Yorke (mantan pemain Manchester United).
Bahkan Manajer Liverpool Brendan Rodgers dan Manajer Queens Park Rangers Harry Redknapp juga kerap tepergok ngupi-ngupi di sini. "Saya ingin menjadikan hubungan dengan mereka lebih personal," kata Segal.
Dia tak salah menebar jaring lobi di Spanyol. Negeri Matador memang surga bagi para agen sepak bola. Di sini pemain muda dengan talenta yahud sangat berlimpah. Dan mereka butuh agen untuk berhubungan dengan klub bal-balan.
Tapi Segal harus bekerja keras mendapatkan pemain bagus. Ada ratusan agen yang beroperasi di Spanyol, dan semua berburu pemain berbakat. Lembaga peneliti sepak bola, CIES Football Observatory, pernah menghitung, pada 2011, jumlah agen di seluruh dunia ada 5.787, setengahnya bercokol di Eropa. Dan, di Spanyol, jumlah mereka mencapai 581. Angka ini hanya kalah dari Italia, yang memiliki 730 agen sepak bola. Sedangkan di Inggris hanya ada 458 agen dan Jerman 355 agen.
Sedikitnya agen di Inggris dan Jerman lantaran keringnya lahan di sana. Inggris memang memiliki liga terhebat di dunia, tapi mereka hanya punya sedikit pemain muda. Sedangkan agen lebih suka menggosok pemain-pemain anyar untuk diorbitkan.
Kultur agen itu berkebalikan dengan kebiasaan klub Inggris yang lebih suka memboyong pemain "jadi" dari luar. Tentu saja pemain semacam ini sudah memiliki agen. Adapun Jerman kebalikannya. Di Negeri Der Panzer, klub-klub lebih suka merekrut pemain-pemain muda dari akademi sendiri. Praktis mereka tak butuh agen penghubung.
Sebagai makcomblang, peran para agen ini mirip dalang dalam pementasan wayang: hanya terlihat samar-samar, tapi sangat menentukan. Mereka bisa melobi petinggi klub untuk menjual atau mempertahankan pemain. Keputusan para agen itu sering kali bertentangan dengan keinginan pesepak bola.
Ini, misalnya, terjadi pada Robinho. Pemain 29 tahun ini telah menyatakan ingin hijrah dari AC Milan ke Santos FC. Klub Brasil itu pun tak bertepuk sebelah tangan. Namun saling minat itu tak bisa disatukan gara-gara ulah Mino Raiola. Agen ini meminta Santos menggaji Robinho 925 ribu euro per bulan. Santos tentu saja ngeper. Angka itu terlampau tinggi, sehingga mereka memutuskan mundur. Pemain termahal di dunia saja, Samuel Eto'o, hanya digaji 20 juta euro per musim!
Souza, ayah Robinho, langsung mencak-mencak karena ternyata mereka tak pernah diajak bicara soal gaji itu. "Putra saya sangat terganggu begitu mendengar jumlah gaji yang dia sendiri tak pernah minta," ujar Souza. Akhirnya Robinho tetap di Milan. Sedihnya, gaji Robinho dipangkas karena dia dianggap kurang berperan pada musim lalu.
Kisah pahit juga dialami Radamel Falcao. Bekas bintang Atletico Madrid ini sudah ngebet sekali boyongan ke Manchester City. Klub asal Manchester itu pun setuju mendatangkannya seharga 54 juta pound sterling. Tapi, alih-alih ke City, Falcao malah nyasar ke AS Monaco.
Ceritanya Jorge Mendez, agen Falcao, menyatakan hanya akan menjual Falcao dengan harga 60 juta pound sterling. Banderol ini tak kuasa dijangkau City. Tapi Monaco bersedia menggelontorkan dana jumbo tersebut. Walhasil, Falcao nyangsrang di klub asal Prancis yang musim lalu bahkan hanya bermain di Ligue 2—kasta kedua Liga Prancis—itu.
Kelakuan agen yang seenak udelnya juga sempat nyerempet Sir Alex Ferguson. Bekas pelatih Manchester United ini pernah kelimpungan dikejar-kejar Paul Stretford, agen Wayne Rooney. Stretford menuntut dibelikan satu flat apartemen atas jasanya memboyong Rooney ke Old Trafford. Bukan hanya itu, dia juga meminta bayaran setiap kali Rooney mencetak gol. Jika tak dituruti, Stretford akan membujuk Rooney pindah ke Manchester City, pesaing sekota MU. "Agen seperti itulah yang sering kali harus saya hadapi," ucap Fergie, mengeluh.
Rob Segal mengakui memang ada agen yang berkelakuan buruk. Tapi jumlah agen yang serius membantu pemain dan klub tak sedikit. Ia mencontohkan ada pemain yang kesulitan mendapatkan tempat di tim utama, lalu oleh agen dicarikan klub yang lebih membutuhkan.
Begitulah peran agen. Semua jenis pekerjaan itulah yang membikin Segal dan sejawatnya selalu siaga. Ponsel tak pernah mati guna memastikan tak ada peluang yang terlewat. Dan mereka rela bekerja spartan macam itu karena ada gemerincing dolar atau euro yang menggemukkan celengan mereka.
Bagaimanapun, ini memang bisnis yang gurih. Tengok saja jumlah duit yang mengucur ke kantong para agen di Inggris pada musim 2009/2010. Saat itu, mereka mereguk 67 juta pound sterling, dan tahun berikutnya melonjak jadi 72 juta pound sterling.
Agen-agen di Italia dan Spanyol dipastikan lebih makmur. Namun, tak seperti di Inggris, transaksi agen-agen di kedua negara itu tak transparan sehingga sulit dihitung. Yang pasti, menurut CIES Football Observatory, total duit yang mengalir ke rekening para agen di seluruh Eropa mencapai 400 juta euro per tahun. Jumlah ini terus meningkat setiap tahun.
Agen yang paling banyak meraup untung adalah Jorge Mendez, pemilik Gestifute. Perusahaan agensi ini membawahkan Cristiano Ronaldo, Nani, Anderson, Pepe, Ricardo Carvalho, Raul Meireles, dan Miguel Veloso. Ia juga menguasai Radamel Falcao dan Jose Mourinho. Ini harta karun di lapangan sepak bola, bukan?
Keuntungan pria Portugal ini dari hasil memakcomblangi para pemain itu ditaksir mencapai 369 juta euro. Angka ini menjadikan Mendez sebagai agen dengan penghasilan paling subur sedunia. Ia mengalahkan American Wasserman Media Group, yang meraup untung 347 juta euro. Padahal Wasserman memegang 800 atlet di 20 cabang olahraga. Dua pemain sepak bola yang berada di bawah kendali mereka adalah Stewart Downing dan Jordan Henderson. Adapun Mino Raiola, yang banyak beroperasi di Italia, mendapatkan 192 juta euro dari hasil transfer Zlatan Ibrahimovic, Mario Balotelli, Maxwell, dan Robinho.
Di masa jeda transfer ini, pertarungan di luar lapangan memang sama serunya dengan laga di atas rumput hijau. Tak ada gol tercipta, memang, tapi duit yang tak terhitung banyaknya.…
Dwi Riyanto Agustiar (ESPN, Daily Mail, BBC, Sports Illustrated, Mirror)
10 Makcomblang Paling Berpengaruh
1. Jorge Mendez
Klien: Cristiano Ronaldo, Nani, Anderson, Pepe, Ricardo Carvalho, Raul Meireles, Miguel Veloso, Radamel Falcao, dan Jose Mourinho.
2. Paul Stretford
Klien: Wayne Rooney, Harry Redknapp, dan Roberto Mancini.
3. Pere Guardiola
Klien: Luis Suarez, Jon Toral, Hector Bellerin, Isaac Cuenca, dan Thiago Alcantara.
4. Jonathan Barnett
Klien: Ashley Cole, Gareth Bale, Joe Hart, Wojciech Szczesny, Rafael, Fabio, dan Darren Bent.
5. Mino Raiola
Klien: Zlatan Ibrahimovic, Mario Balotelli, Edinson Cavani, Etienne Capoue, dan Robinho.
6. Tim Hager
Klien: Yann M'Vila, Mamadou Sakho, dan Antoine Griezmann.
7. Pini Zahavi
Klien: Rio Ferdinand dan Carlos Tevez.
8. Jerome Anderson
Klien: John Obi Mikel, Eduardo, Axel Witsel, dan Kieran Gibbs.
9. Cezary Kucharski
Klien: Robert Lewandowski, Jakub Baszczykowski, dan Dimitar Rangelov.
10. Barry Silkman
Klien: David Villa, Demba Ba, dan Ravel Morrison.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo