Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Pindah-pindah, Ayo

PSSI membuat eksperimen dengan berpindah-pindah tempat latihan dalam menghadapi Sea Games X. Di kritik Ny. Zdenka pagonik, pelatnas adalah latihan ditempat yang sama supaya timbul rasa percaya diri.(or)

11 Agustus 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PSSI membikin eksperimen baru. Sekali ini tempat latihan tim Utama --dipersiapkan untuk SEA Games X -- sengaja hijrah ke Lembang. "Untuk menjaga konsentrasi pemain dari pengaruh keluarga mereka," alasan manajer E.A. Mangindaan. Ketika pelatnas di Jakarta, rupanya banyak pemain yang "menghilang" atau suka pulang ke rumah sendiri. "Juga waktu berlatih di sini, lantaran hawanya sejuk, bisa lebih panjang. Di sini latihan 1« jam, pernain masih kuat," tambah Mangindaan. Sejumlah 27 orang memang agak digenjot keras oleh tim pelatih yang terdiri dari Sinjo Aliandu, Harry Tjong, Ipong Silalahi, Endang Witarsa, Sugih Hendarto, dan Sartono. Antara lain mereka diharuskan lompat jangkit dan naik-turun bukit. "Latihan ini dimaksudkan guna melahirkan gerakan mendadak, serta memantapkan kekuatan dan kecepatan," kata Hendarto. Tim pelatih itu didampingi oleh Mangindaan, dan penasehat teknis Wiel Coerver dari Belanda. Para pelatih itu menyimpulkan bahwa selama berada di Lembang sejak 23 Juli hampir semua pemain mengalami peningkatan sekitar 15 - 20%, baik dalam teknik pengolahan bola, kekuatan, kecepatan, maupun dalam stamina. "Pokoknya, materi pemain menghadapi SEA Games X jauh lebih baik," sela Endang Witarsa. Ia membanding dengan kondisi tim waktu disiapkan untuk Merdeka Games. Mulai 10 Agustus dari Lembang mereka boyong ke Bogor. Perpindahan pelatnas ini ada untung-ruginya. Ketika PSSI Utama -- materi pemainnya berbeda -- dipersiapkan untuk turnamen Piala Jepang di Tokyo 2 bulan lalu yang juga berpindah-pindah, Ny. Zdenka Poganik menulis: "Bagaimana para pemain bisa mendapatkan rasa percaya diri . . ., jika mereka diperlakukan sebagai wakil kesebelasan 'kampung'." Pendapatnya itu dimuat Sinar Harapan Juni lalu. Yang disebut pelatnas itu, menurut dia, adalah yang ditempuh tim bulutangkis. Sepanjang waktu, hampir tak pernah pindah dari Senayan, Jakarta. Sehingga akhirnya mereka merasa seperti di rumah sendiri. Rasa percaya diri di kalangan pemain bulutangkis antara lain disebabkan oleh faktor ini. Dan mereka memang hampir tak terkalahkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus