Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Enam tahun silam, dalam sebuah pertandingan basket yang meli-batkan pelajar SMA dan mahasiswa Universitas San Francisco, Amerika Serikat, mata Sonny Vaccaro tak lepas dari sosok seorang remaja jangkung. Bukan cuma perawakan pelajar kelas II SMA itu—yang menjulang dua meter dengan berat hampir seratus kilogram—yang membuatnya tercengang.
Pencari bakat tersohor yang bekerja untuk perusahaan sepatu basket Adidas itu terkesima melihat kecepatan dan kecerdasan remaja itu dalam menggiring dan mengumpan bola. Dalam sebuah kesempatan, bocah tanggung itu mencengkeram bola yang memantul, menggiring sebentar, dan mengirim umpan sejauh 75 kaki (hampir satu lapangan penuh) ke seorang teman yang dengan mudah menceploskan bola ke keranjang lawan.
Aksi itu sudah cukup bagi mata veteran seperti Vaccaro. ”Saya baru saja menyaksikan seorang pemain SMA terhebat yang pernah saya lihat,” katanya dengan nada kagum. Vaccaro, yang dijuluki ”King Maker”, memang memiliki penglihatan jeli. Bocah yang ia amati dulu itu sekarang benar-benar menjadi seorang bintang. Dia adalah LeBron James, yang kini berusia 22 tahun.
Lewat kepiawaian menimang bola, James mengangkat derajat Cleveland Cavaliers dari sebuah tim paria menjadi klub yang harus diperhitungkan lawan-lawannya. Di musim ini, untuk pertama kali dalam 37 tahun terakhir, Cavaliers berhasil masuk final NBA.
Cavaliers menjadi juara wilayah timur setelah memukul balik Detroit Pistons 4-2, yang unggul lebih dulu 0-2, dalam sistem pertandingan best of seven. ”Ini adalah langkah awal untuk sebuah kebesaran,” ujar James di kamar ganti. ”Rasanya seperti fantasi.”
Di pertandingan kelima melawan Pistons, James memperlihatkan kelasnya dengan mencetak 48 angka—hampir separuh dari angka kemenangan Cavaliers atas Pistons, 109-107. Dia pula yang menjadi penentu kemenangan setelah tembakannya membuahkan angka ketika waktu pertandingan tinggal tersisa 2,2 detik. Pistons, pemegang rekor menang-kalah di wilayah timur, pun takluk.
Tak kurang dari legenda basket Michael Jordan ikut mengacungkan jempol atas penampilan James. Namun Jordan mengingatkannya agar mempertahankan konsistensi. ”Membuat ’lompatan’ merupakan hal yang kamu lakukan tiap malam,” katanya. ”Itu diharapkan darimu, dan kamu melakukannya…. Bukan di satu atau dua pertandingan saja.”
Jordan merupakan idola James semasa remaja. Ia sempat terpincut pada sepak bola, tapi mengubah pikiran setelah menyaksikan evolusi Jordan menjadi bintang basket dunia. Sewaktu pertama kali tampil di Liga NBA, James mengenakan kaus bernomor 32, kemudian menggantinya dengan nomor 23 untuk menghormati idolanya itu.
Di final, Cavaliers berhadapan dengan San Antonio Spurs, yang menjadi juara wilayah barat setelah menaklukkan Utah Jazz 4-1. Sayang, dalam pertandingan pertama di kandang Spurs di AT&T Center, San Antonio, Texas, Jumat pagi pekan lalu, James, yang mendapat pengawalan ketat dari pemain belakang lawan, tak mampu menolong timnya dari kekalahan 76-85. Tapi masih ada enam laga tersisa.
Lahir pada 30 Desember 1984 di Akron, Ohio, Amerika, James telah bermain basket sejak kanak-kanak. Sewaktu di SMA, namanya sudah mulai bersinar. Dia memimpin tim basket sekolahnya, SMA St. Vincent-St. Mary, menjadi jawara tingkat Negara Bagian Ohio. James memperoleh gelar ”The King” setelah menjadi ”Player of the Year” periode 2001-2002 dalam kejuaraan basket remaja nasional.
Empat tahun silam, ia mulai menjadi pemain profesional dengan memperkuat klub kotanya, Cleveland Cavaliers. Dalam semalam ia menjadi remaja kaya-raya setelah meneken kontrak US$ 100 juta atau setara dengan Rp 900 miliar.
Pada tahun pertamanya di NBA, pemain yang kini memiliki tinggi 203 sentimeter dan berat 109 kilogram ini rata-rata mencetak 21 angka di setiap pertandingan. Prestasi itu membuatnya mendapat gelar ”NBA’s Rookie of the Year”.
Di musim lalu, James mencetak rerata lebih dari 35 angka dalam sembilan pertandingan berturut-turut. Rekor ini menyejajarkannya dengan Michael Jordan dan Kobe Bryant—hanya dua pemain tersebut, sejak 1970, yang pernah mencapai prestasi itu.
Keterampilannya di lapangan mengingatkan pengamat basket pada legenda NBA seperti Oscar Robertson, Magic Johnson, dan Michael Jordan. Namun James sendiri menyebut dirinya lebih mirip Penny Hardaway. ”Penny melihat ke setiap sudut lapangan dan mampu mencetak angka,” ujarnya. ”Dia tetap salah satu pemain favorit saya sepanjang masa.”
Saat menyerang, ia menggunakan kecepatan, tinggi tubuh, dan kekuatan untuk melewati pemain belakang lawan. Ketika menusuk ke arah keranjang lawan, James memperlihatkan pengendalian tubuh yang mengagumkan. Ia juga mampu menembak dari jarak jauh sesuai dengan posisi pertahanan musuh.
Di tim basket Amerika, ia ikut mere-but medali perunggu pada Olimpiade 2004 di Athena, Yunani. Ketika itu, usianya baru 19 tahun 7 bulan 13 hari, sehingga ia menjadi pemain basket termuda yang berlaga di Olimpiade, setelah Spencer Haywood pada 1968. Bergabung dalam tim inti regu basket Amerika 2006-2008, ia akan turut beraksi pada Olimpiade Beijing 2008.
Hanya mengenal seorang ibu sebagai orang tua tunggal, ia memiliki hubungan dekat dengan sang bunda, Gloria. Ia membuat tato bertulisan ”Gloria” di otot pangkal lengannya. Sedangkan ibunya, tiap kali menonton pertandingan, mengenakan kaus basket yang bertulisan kata-kata ”Bunda LeBron” di punggungnya!
Namun Gloria James pernah memantik api perdebatan saat mengizinkan penggunaan penghasilan masa depan anaknya sebagai jaminan bank untuk membeli mobil Hummer H2 seharga US$ 80 ribu atau sekitar Rp 720 juta sebagai hadiah ulang tahun ke-18 sang putra. Kasus ini membuat Perkumpulan Atletik SMA Ohio melakukan penyelidikan. Sesuai dengan aturan, pemain amatir tak boleh menerima hadiah lebih dari US$ 100 atau Rp 900 ribu.
Tiga tahun silam, James mendapat seorang anak laki-laki dari kekasih yang telah dipacarinya sejak SMA, Savannah Brinson. Bocah itu ia beri nama LeBron James Jr. Bulan ini, pemain yang gemar menyantap sereal untuk sarapan itu sedang menunggu kelahiran anak kedua.
Tak cuma gesit di lapangan basket, pemain bergaji US$ 5 juta atau sekitar Rp 45 miliar per tahun ini lincah di medan bisnis. Bersama karibnya sejak SMA, Maverick Carter, ia mendirikan perusahaan investasi bernama LRMR Innovative Marketing & Branding.
Beberapa bulan silam, mereka membeli saham minoritas Cannondale Bicycle Corp.—sebuah perusahaan pembuat sepeda yang berbasis di Connecticut, Amerika. Berpatungan dengan CSTV, perusahaan TV kabel olahraga sekolah yang dimiliki CBS, dan perusahaan penyedia siaran olahraga MaxPreps, mereka juga meluncurkan saluran video yang menampilkan pertandingan olahraga di SMA.
Tahun lalu, mereka menanam uang di sejumlah proyek properti di Rockefeller Park di lingkungan Glenville, Cleveland, Ohio. ”LRMR terus mencari peluang investasi yang menarik untuk LeBron, seorang pengusaha yang cerdas dan canggih,” kata Carter, yang menjadi Eksekutif Kepala LRMR. James memang memiliki kepandaian di dalam dan di luar lapangan.
Nugroho Dewanto(Wikipedia, AP, Yahoo!Sports, The Canadian Press)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo