Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sang bangau ke mana-mana

Perkumpulan silat bangau putih di bogor, cabangnya tersebar di luar negeri. muridnya sekitar 5.000 orang. pendiri dan suhu (guru) adalah subur rahardja (lim sin tjoei). (or)

6 Juni 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RAMBUTNYA sudah memutih dan menipis. Meskipun telah berusia 56 tahun, tubuhnya masih tampak tegap. Laki-laki berkaus oblong dan bercelana putih potong pangsi itu adalah Subur Rahardja alias Lim Sin Tjoei, suhu (guru) Persatuan Gerak Badan Bangau Putih, satu perkumpulan silat di Bogor. Sambil meneguk air putih, di rumahnya di Jalan Kebon Jukut Bogor, Subur, berkata: "Dan burung bangau tidak pernah mencari musuh, tenang dan hidup damai, gerakan bangau luwes, tapi keras." Tempat latihan Bangau Putih bermula di sebuah rumah tua di Jalan Kebon Jukut itu. Rumah itu tampak terawat apik dan bersih. Separuh dindingnya terbuat dari bambu, sisanya tembok, dengan lantai tegel mengkilap. Di tempat inilah, jurus-jurus silat diajarkan pada siang hari untuk para pemula. Sejak 1978, Bangau Putih mempunyai padepokan di Tugu (kawasan Puncak), di atas tanah 1 ha. Di sini terdapat sebuah tempat latihan 15 x 9 meter. Semacam gapura bulat dicat merah dan cukup besar untuk orang lalu lalang, adalah pintunya. Pintu gaya Tiongkok ini tidak berdaun. Di salah satu sudutnya, ada ukiran kulit bergambar Koan Te Kun, jenderal bermuka merah dalam ceritera Sam Kok (Tiga Negara). Di salah satu dinding luar gedung tempat latihan, terlihat ukiran naga. Sekitar 10 meter dari gedung tempat latihan ini, adalah rumah suhu Subur, di satu tempat agak tinggi. Gambar bangau putih berwarna merah dari besi menghias pintu rumah suhu. Semua perabot di ruang tamu juga berwarna merah. Pada dinding bergantungan beberapa lukisan burung bangau. Di padepokan inilah, Menteri Penerangan Ali Murtopo 25 Mei lalu menyaksikan peragaan jurusjurus silat aliran Bangau Putih. Peragaan itu juga didokumentasikan TVRI. Bangau Putih telah berdiri sejak 29 tahun yang lalu. Subur, pendiri dan suhu perguruan itu, rupanya sejak berusia 6 tahun telah mendapat didikan dari ayahnya. Sang ayah, Lim Kim Bauw, kemudian mengirim Subur ke berbagai perguruan silat. Sampai usia 25 tahun, dia ditempa antara lain oleh Gusti Agung Gde Agung Djelantik Balawangsa, Haji Dulhamid dari Tarikolot Cimande dan Tjong Kim Ji -- semua adalah pendekar-pendekar terkenal, dengan aliran silatnya masing-masing. Ketika kemudian semakin banyak orang yang berguru kepada Subur, 25 Desember 1952 dengan resmi berdirilah Bangau Putih. Anggotanya kini lebih 5000 orang dengan berbagai cabang tak hanya di Indonesia, tapi juga: Amerika Serikat, Jerman Barat, Australia, Inggris dan untuk Prancis (di Paris) kini sedang dipersiapkan. Beberapa nama, seperti Adnan Buyung Nasution, pelukis Hardi, seniman WS Rendra, dan aktor Pendatang Terbaik FFI 81 Adi Kurdi tercatat juga sebagai murid perguruan ini. Rendra sendiri pernah mempraktekkan jurus-jurus silatnya dalam pementasan sandiwara Antigone dan Soplokles. Untuk mengecek keaktifan cabang-cabangnya, Subur sering berkeliling. "Ada kalanya diundang, ada kalanya dengan biaya sendiri," ujar Subur Rahardja. Dan ketika suatu saat dia berkunjung ke Bengkel Teater Rendra di Yogya, suhu yang waktu itu menduda bertemu dengan Louise Ansberry, janda berkebangsaan Amerika. Duda dan janda itu pun menikah. Bagi Subur pernikahan itu adalah untuk ketiga kalinya. Sedang bagi janda beranak dua itu, adalah untuk kedua kalinya. Organisasi perguruan Bangau Putih diasuh oleh Dewan Sesepuh yang dipimpin oleh Subur Rahardja sendiri. Kemudian ada yang disebut 18 orang "Sinpaytouwtee huruf Ban," biasa disebut pewaris. Kemudian ada pula "blok 41", yang pada 1978 terdiri dari 41 orang "Sinpaytouwtee huruf Goan", biasa disebut "warga perguruan." Selain beberapa orang Indonesia, kini ada 9 orang warga asing yang telah diangkat jadi "warga perguruan". Di bawah asuhan "blok 41" inilah pemula-pemula Bangau Putih dilatih. Pendatang baru biasanya tidak langsung dilatih. Tetapi dibiarkan dulu selama 3 bulan, untuk dilihat apakah dia berdisiplin atau tidak untuk datang tepat pada jamjam latihan. Tingkat kelas selanjutnya ditandai oleh warna sabuk. Untuk tingkat persiapan sabuk hijau. Setelah 6 bulan dan lulus ujian, sabuk jingga. Adapun pemegang sabuk merah, biru dan sabuk hitam, harus sudah mengikuti latihan paling tidak 5 tahun dan lulus ujian. Waktu latihan biasanya diiringi musik keroncong atau jenis-jenis musik lainnya. Para calon pendekar diwajibkan mematuhi acara rutin: bangun jam 04.30 pagi untuk lari pagi selama satu jam. Mulai jam 05.30 sampai jam 08.00 latihan. Kemudian makan pagi, biasanya hanya roti gambang sepotong dan teh atau kopi. Setelah itu, setiap murid diperbolehkan meninggalkan perguruan untuk turut keaktifan di luar. Ada yang bekerja, pergi sekolah dan murid-murid asing biasanya belajar bahasa Indonesia, melukis atau belajar membatik. Saat-saat latihan, makan dan sebagainya ditandai dengan suara kentongan. Suhu melarang murid-muridnya tidur siang. Tetapi ini bukan berarti tidak boleh mengaso. Jam 16.00 sampai jam 18.00 diadakan latihan lagi. Juga setelah makan malam. Latihan malam ini diseling dengan diskusi, belajar teori-teori silat atau suhu memberi nasihat. Sering pula, di malam hari sang suhu "menurunkan" jurus-jurus barunya. luran bulanan untuk jadi anggota cuma Rp 300 di luar biaya makan dan tidur. Pada waktu-waktu tertentu, suhu meniadakan makan daging untuk anggota-anggotanya. Terutama untuk latihan jurus-jurus tertentu. Semua anggota yang menghuni perguruan, harus makan apa adanya. Tidak terkecuali yang berkulit putih. Mengapa orang asing banyak tertarik pada Bangau Putih? Christ Hansen, adalah mahasiswi program doktor jurusan Psikolinguistik dari Stanford University di AS yang pada mulanya retak tulang belakang karena latihan karate. "Saya sudah hopeless waktu itu," kata Christ Hansen dalam bahasa Indonesia yang terpatah-patah. Dia kemudian mendengar salah seorang temannya belajar silat. Berbarengan dengan itu, dia mendengar Subur sedang mengunjungi 200 orang muridnya di Stanford University. Subur memberi obat gosok kepada Christ. "Sekarang, lihat saja saya sudah sanggup berlatih," kata Christ, "dan saya sudah satu tahun di perguruan ini." Murid asing lainnya, Pat Maffitt, penari dan juga direktur musik untuk sebuah perusahaan film di New York. Sudah empat kali dia bolak-balik New York-Bogor, "dan silat bisa mematang kan musik saya." Murid lain berminat karena melatih kesabaran. Ada pula karena ingin punya anak. Tak ketinggalan bekas morfinis, penderita sakit pusing, kegemukan dan macam-macam alasan lagi. Kalau ada anak buah Subur sampai berkelahi, tanpa ragu dia menghukum sang murid. Misalnya dengan memaksanya berdiri terus menerus semalam suntuk. Karena itu, jarang muridnya yang melanggar disiplin. Suhu Subur mengaku "Saya hanya bersekolah sampai pohon bambu." Resminya sampai MULO kelas 2. Tetapi ia fasih berbahasa Inggris dan Belanda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus