Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Kenapa 280 anak itu pingsan

Ledakan pendaftaran mahasiswa baru ikip di berbagai daerah. 280 orang pingsan ketika antre membeli formulir di ikip malang. peminat di bidang pendidikan makin terasa. (pdk)

6 Juni 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEOLAH-OLAH terkena malapetaka 280 orang pingsan di IKIP Malang (Jawa Timur). Ini terjadi beberapa hari setelah perguruan tinggi di kota sejuk itu mulai menjual formulir bagi calon mahasiswa baru, Rabu pekan lalu. Rektor Drs. M.A. Icksan memang menduga tahun ini jumlah pendaftar akan jauh lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Tapi ia tak menyangka caion mahasiswa itu datang bagaikan air bah. Sehari sebelum loket-loket penjualan formulir dibuka, di luar kampus laki dan perempuan mencoba bertahan sepanjang malam, tak mau setapak pun beringsut dari tempatnya. Mereka memang menunggu hari pertama penjuaian formulir. Hujan lebat yang turun malam hari, ternyata juga tak mampu membubarkan antrean itu. "Kami sudah minta agar mereka bernaung, tapi tak ada yang mau dengar," keluh M.A. Icksan. Hasrat mereka untuk mendapatkan formulir pada giliran pertama nampaknya memang kuat. Penambahan loket penjuaian dari 10 menjadi 20 pagi itu, toh masih juga belum bisa menampung arus pembeli formulir itu. Korban pun berjatuhan. "Mereka jatuh sambil berteriak histeris memanggil orang tuanya," tutur beberapa orang yang menyaksikan. Di Medan, juga ada kejadian serupa. IKIP Medan adalah perguruan tinggi kedua setelah USU di Sumatera Utara yang dibanjiri ribuan calon pendaftar. Walaupun sudah disediakan sembilan loket, dan dibagi khusus untuk laki-laki dan perempuan, toh mereka saling berdesakan. Di sini juga tercatat ada yang pingsan dan luka-luka karena terinjakinjak ketika sedang berebutan formulir. Di IKIP Jakarta, kejadiannya pun tak berbeda jauh. Apakah banjir bandang calon mahasiswa IKIP ini bisa dikatakan tanda makin besarnya minat untuk jadi guru? Rektor IKIP Jakarta, Prof. Dr. R. Sudjiran Resosudarmo MA, cenderung mengatakan begitu. Tapi, katanya, "ini baru observasi saya saja, bukan hasil penelitian obyektif yang didukung data atau penelitian ilmiah." Namun Rektor IKIP Malang punya pendapat yang lain. Menurut M.A. Icksan, kalau hanya dilihat dari data penjualan formulir, memang bisa disimpulkan adanya minat yang meningkat dari tahun ke tahun. Misalnya saja tahun ajaran 1979/1980, IKIP Malang menyediakan formulir 4500 lembar, tapi ternyata masih tersisa 300 lembar. Setahun kemudian tak cukup disediakan 500 lembar. Tahun ini, dari jumlah 10.000 lembar, di hari pertama saja sudah laku lebih dari 9.000. Padahal penjualan berlangsung sampai pekan depan. Icksan sendiri tak yakin kalau data penjualan formulir itu bisa dikatakan cerminan makin meningkatnya minat jadi guru. Sebab, "Membanjirnya calon mahasiswa ini ke IKIP bisa saja disebabkan peserta proyek perintis I dan II yang tesnya sudah lebih dulu itu, ikut mendaftar kembali di IKIP." Ini memang bukan hal yang baru terjadi. Sudah bukan rahasia lagi jika seorang calon mahasiswa ikut testing di berbagai tempat. Apalagi tahun ini hampir semua perguruan tinggi negeri yang tergabung dalam proyek perintis I, II dan III juga kebanjiran calon mahasiswa. Artinya persaingan di antara calon itu semakin ketat, hingga mereka mendaftar di sana-sini dengan harapan bisa diterima di salah satu tempat saja. "Saya mendaftar di IKIP ini untuk berjaga-jaga, khawatir tidak diterima di Universitas Brawijaya," ucap salah seorang pendaftar di IKIP Malang. Lagi pula sering terjadi seseorang masuk IKIP tanpa ada niatan jadi guru sebelumnya. Cidartati yang pekan lalu diwisuda sebagai sarjana IKIP mengatakan ia sama sekali tidak bermaksud untuk kemudian jadi seorang guru. "Jadi guru itu berat," tuturnya. Dia ternyata lebih condong untuk bekerja di kantor pemerintah atau di sebuah pusat latihan ketrampilan, daripada harus berdiri di muka kelas menghadapi anak-anak yang harus diasuhnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus