Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Berangkat ke Irak

Buya hamka, 73, berangkat ke irak memenuhi undangan pemerintah irak. juga undangan rabitah alam islami di mekah. ia mengangkat anak, seorang pemuda keturunan cina bernama a lun yang masuk islam. (pt)

6 Juni 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUYA Hamka, 73 tahun, Kamis 28 Mei lalu berangkat ke Irak. Ia memenuhi undangan pemerintah sana. Juga undangan Rabitah Alam Islami di Mekah. Hamka sendiri menjadi anggota majlis ta'sisi dari badan tersebut. "Saya sudah bilang kepada pemerintah Irak, saya bukan Ketua Majelis Ulama lagi. Tapi mereka ternyata tidak melihat jabatan saya," katanya kepada TEMPO. Bahkan, sesudah pengunduran dirinya dari MUI 19 Mei disiarkan, banyak orang menelepon ke rumahnya dan bilang: "Itu baru Hamka ...." Tanggal 19 itu juga Hamka sebenarnya punya acara lain: mengangkat anak, seorang pemuda keturunan Cina yang semula bernama A Lun, 24 tahun, dan setelah masuk Islam di hadapan Hamka Maret lalu (bersama 25 orang lain) berganti nama dengan Muhammad Yusuf. Ia anak importir mobil, pernah sekolah di Kanada dan USA. Pada malam syukuran warga Al Azhar di aula masjid agung itu, yang dibarengi masuk Islamnya 21 remaja keturunan Cina yang lain, Hamka dan Yusuf bertukar cincin lalu berpelukan. Itu "sebagai pengakuan kehormatan saja, bukan adopsi seperti yang dikenal itu," tutur Buya kemudian. Kemudian 22 Mei malam rumah Buya ternyata dijaga oleh 15 orang ber-walky-talky. Itu diketahuinya seusai pertemuan dengan orang-orang MUI di rumah itu juga -- dengan KH Hasan Basri, KH Syukri Gazali, Letjen (purn) Sudirman, Muttaqien, Burhani dan Prodjokusumo, yang membicarakan keadaan majelis itu sepeninggal Hamka. Ayah 10 orang anak yang sudah bercucu 22 orang itu senang saja ditongkrongi orang-orang yang, menurut Hamka, anak buah Norman Sasono dari Laksusda Jaya. "Rumah saya sedang dibongkar. Banyak bahan bangunan yang bertumpuk di pekarangan, dan selama ini tak ada penjaganya," katanya. Lebih dari itu, "mereka anak-anak saya. Mereka minta nasihat-nasihat saya dan bahkan, seperti santri, mereka memakai kain sarung segala." Hamka sendiri sebenarnya tak tahu kenapa rumahnya harus dijaga. "Ah, mungkin karena saya juga menjadi sasaran Kelompok Imran," katanya. "Mereka baik-baik. " Hanya saja selalu menolak makan atau kopi yang ditawarkan nyonya rumah. Bahkan ketika ulama itu pergi ke Palembang, 23 Mei, untuk menikahkan anaknya yang nomor 9, Afif Hamka (28 tahun), para pengawal itu ternyata mengikuti sampai lapangan terbang Kemayoran. Salah seorang bertanya, menginap di mana Buya di Palembang. Hamka tertawa dan menjawab: "Insya Allah di guest house gubernuran." Maklum, Gubernur Sum-Sel Sainan Sagiman sejak lama memintanya menginap di sana. Dan di Palembang sang gubernur sendiri datang menjemputnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus