Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia memang penyihir. Gerakannya membuat Joe Hart, kiper Inggris, terkecoh. Dalam pertandingan perempat final Ahad lalu, tendangan penaltinya meluncur berputar di tengah gawang. Sedangkan Hart bergerak ke kanan. Penalti yang indah. Setelah itu, tim Inggris pun jatuh mental. Ashley Cole malah menyodorkan bola kepada kiper Italia, Gianluigi Buffon. Italia pun menggenapkan kemenangan menjadi 4-2.
Itu kemenangan yang tertunda lama. Sepanjang pertandingan, Italia tampil gemilang. Hanya, nasib baik tidak berpihak kepada mereka. "Dari penampilan mereka di babak awal, mereka tampil dengan gaya seperti itu: bertahan, sehingga sangat mudah dikalahkan. Tapi aneh, kami harus bermain selama dua jam untuk mengalahkan mereka. Kami membuang waktu dan tenaga yang berlebih," kata Pirlo seusai pertandingan.
Pirlo adalah bintang dalam laga malam itu. Selama dua jam pertandingan, dialah pemain yang mengatur irama permainan. Menurut data UEFA, Pirlo berlari sejauh 11,58 kilometer, atau lebih jauh dari seluruh pemain Inggris, termasuk Steven Gerrard, kapten Inggris, yang menempuh 11,26 kilometer.
Sebenarnya mudah mengalahkan Italia. Hambat dan kunci saja Pirlo. Ternyata pelatih Inggris, Roy Hodgson, sudah menginstruksikan kepada para pemainnya, tapi selalu gagal. Sebab, Pirlo bergerak seperti belut. "Kami selalu berusaha menjaga dia. Dengan kualitasnya, dia selalu menemukan cara melepaskan diri dari penjagaan," kata Hodgson.
Karena mampu lepas dari pengawalan itu, Pirlo menjadi pengumpan terbanyak dengan melepaskan 131 umpan. Rata-rata umpan itu tiba di kaki temannya dengan mulus. Kakinya seperti memiliki teropong untuk melihat rekannya yang akan menerima umpan.
Kehebatan Pirlo sejak awal Piala Eropa digelar sudah mencuri perhatian tim lainnya. Pemain Spanyol, Gerard Pique, sempat mewanti-wanti teman-temannya agar mengawasi Pirlo saat mereka bertemu dalam pertandingan pertama di Grup C. "Balotelli bisa membuat Italia memenangi permainan, sedangkan Pirlo bisa membuat Italia menjadi juara," ujar Pique menjelang pertandingan.
Juara, siapa yang tak mau. Hanya gelar juara Eropa yang belum dia rengkuh. Sebelumnya, Pirlo pernah merasakan mengangkat trofi Piala Dunia pada 2006 di Jerman. Namun si Jenderal sadar bahwa jalan ke sana masih jauh.
Kini, mereka harus bersiap menghadapi Jerman--lawan mereka di semifinal. Pertama, dia harus mengembalikan kondisi fisiknya. Setelah itu, turun lagi ke lapangan. "Tentu apa pun bisa saja terjadi. Itu sebabnya kami berada di sini," ujarnya, berseloroh. BBC | DAILYMAIL | IRFAN
Nama lengkap:
Tempat dan tanggal lahir:
Klub: Juventus
Tim Nasional
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo