TAK mudah orang mengenali Mohamad Sarengat yang tiba-tiba muncul
di Stadion Utama Senayan pada suatu pagi. Tak tampak lagi itu
otot atletis yang pernah menegakkan rekor 100 meter dalam 10,4
detik. Tubuh bekas bintang Asian Games IV ini kini terbungkus
oleh lemak. Loncat-loncatnya berat. Langkah larinya lamban. Tapi
sekali-kali tampak juga bekas-bekas gaya seorang juara, kalau
toh ia memaksakan tubuhnya melakukan gerakan seorang sprinter.
Maka ketika pemegang rekor Asia dan nasional ini mulai berlatih
jongging bersama kedua puterinya, fikir orang, tentu "ada
apa-apanya" dengan Sarengat.
Sarengat memang sudah lama tidak aktif berlatih atletik.
Hobinya sejak ia memangku jabatan dokter pribadi Wakil Presiden
3 tahun ini, tidak lebih dari main golf dan tenis. Pada tahun
1962 ketika ia membuat rekor 100 meter gawang dalam 14,3 detik,
berat badannya 72 kg. Kini 92 kg. Untung bagi dokter muda ini
tinggi tubuhnya yang 1,83 meter, tidak membuatnya terlihat
seperti seorang cukong.
Anak kelahiran Banyumas itu, 37 tahun, menikah pada Juli 1968
dengan Nani Supratmani Titi Utari, Sarjana Hukum - puteri dari
Abdurachman Setjowibowo, bekas Ketua Umum PSSI dan sekarang
Dirjen Agraria. Kini mereka mempunyai dua orang puteri: Medi 7
tahun dan Sari 4 tahun. Bertempat tinggal di Jalan Yudo,
Senayan. "Atas belas kasihan KONI dan Gelora Senayan", kata
Sarengat yang mendapat pemondokan cuma-cuma di sana, "kami hanya
membayar rekening air dan ledeng". Ia buka praktek sore hari di
Cililitan 27 A.
Kembalinya Sarengat ke lintasan atletik di Senayan, bukan tanpa
tujuan. Di samping ia harus menyusutkan berat badan, ia pun
harus paling tidak memulihkan sisa-sisa gaya seorang sprinter.
Maklum ia harus mendahului beslit resmi dari PB PON IX yang
menunjuknya bersama Nyonya Minarni Sudaryanto, sebagai pembawa
obor PON (Juli 1977) secara berganda -- meniru-niru sepasang
pembawa obor di Olimpiade Montreal 1976. Karena nampaknya
Sarengat merasa was-was, jangan-jangan ia akan menjadi obyek
ejekan massa penonton, seandainya ia tidak dapat memperlihatkan
gaya seorang pelari yang sampai sekarang masih mengantongi rekor
nasional dan Asia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini