KEINGINAN Muhamad Ali, 37 tahun untuk meninggalkan ring sudah
berulang kali dicanangkannya. Tapi, janji itu tak pernah
ditepatinya. Terakhir ia bertarung melawan Leon Spinks di New
Orleans, Amerika Serikat, 15 September 1478, dan menang.
Prestasi itu sekaligus mengantar dirinya sebagai petinju pertama
yang menyandang gelar juara dunia kelas berat, 3 kali.
Di Los Angeles, pekan lalu ia kembali mengocehkan tentang
pengunduran dirinya. "Saya tidak akan bertinju lagi," katanya.
"Sungguh." Ia mengaku telah mengirimkan surat pemberitahuan
kepada World Boxing Association (WBA. Betulkah? Mike Mortimer,
Ketua Komite Kejuaraan WBA membenarkan keterangan itu. Pesta
perpisahan bagi Ali pun diselenggarakan di Los Angeles Forum, 5
Juli.
Ali terjun ke dunia tinju bayaran, tahun 1960. Tapi baru
merenggut mahkota juara, 4 musim kemudian setelah ia memukul
roboh Sonny Liston. Ia tak pernah terkalahkan sampai gelarnya
dicabut WBA, gara-gara menolak wajib militer, tahun 1968. Ia
aktif lagi, tahun 1970. Dan menjadi juara lagi dengan
mempecundangi George Foreman, 48 bulan setelah itu.
Di ring, Ali memang tak ada taranya. Dalam karirnya, ia hanya 3
kali kalah angka. Masing-masing di tangan Joe Frazier (1971),
Ken Norton (1973), dan Spinks (1978). Ketiganya ditundukkannya
kembali. "Ia adalah petinju terbesar dalam sejarah," komentar
bekas juara dunia, Joe Louis.
Mengapa Ali, kini sampai pada keputusan final? "Rakyat maupun
sahabat-sahabat saya di mana pun mereka berada mengharapkan agar
saya mengundurkan diri sebagai juara," katanya. "Membatalkan
keputusan tersebut dengan, bertarung kembali akan menghancurkan
saya. Inilah yang saya takutkan. apabila naik ring lagi." Tapi
sumber lain mengungkapkan bahwa pengunduran dirinya disebabkan
oleh faktor kesehatan. Ginjal Ali, dikabarkan, tak lagi
berfungsi baik akibat pukulan lawan di tubuhnya. Ia membantah
kabar itu.
Bersuit-suit
Popularitas Ali, di ring belakangan ini, memang tampak menurun.
Lihat saja, ketika ia melakukan pertandingan eksibisi melawan
juara Jerman Barat, George Butzbach di Essen, bulan lalu. Tiga
ribu penggemarnya yang membayar DM 250 (Rp 85.500) bersuit-suit
mencemoohkan permainan Ali. Ia hanya tampil di ring 25 menit
dari 3 jam direncanakan. Jumlah rondenya tak disebutkan.
"Satu-satunya jalan yang dapat saya lakukan untuk meningkatkan
kepopuleran adalah mengorbankan gelar itu, dan memenangkannya
kembali untuk yang keempat kali," katanya. Tapi, "saya sudah
terlalu capek."
Tapi, sepeninggal Ali, pertarungan memperebutkan mahkota dunia
bukan tak ramai. Gelar Ali hanya diakui oleh WBA saja. Sementara
itu World Boxing Council punya juara sendiri, Larry Holmes.
Semula baik WBA maupun WBC mengakui Spinks sebagai juara dunia
setelah ia mengalahkan Ali, Pebruari 1978. Lantaran Spinks
menolak untuk melawan Norton, maka WBC memberikan mahkota juara
dunia sendiri pada petinju yang disebut terakhir ini. Norton
kemudian dikalahkan oleh Holmes.
Dari serangkaian penyisihan yang telah dilakukan WBA, petinju
Afrika Selatan, Gerrie Coetze akan berhadapan dengan John Tate,
dari AS untuk menggantikan kedudukan Ali. Setelah itu, juara
kedua versi dipertemukan. WBA dan WBC adalah organisasi
setaraf, masing-masing punya anggota sendiri, dan punya urutan
juara sendiri. Tidak jarang pula pilihan mereka sama. Tapi di
mata umum dan pers, hasil seleksi WBA lebih diperhatikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini