Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Pintar tetapi buta, katanya

Kursus musik perlu manambah instruktur. di ymi calon guru yang dites rata-rata jatuh dalam teori dasar. segan jadi guru musik, karena gaji tidak seimbang dibanding jika berekspresi lewat rekanan. (ms)

7 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELAKANGAN ini kita menjumpai iklan musik yang lain. Tidak lagi menjajakan rekaman lagu baru dari seorang bintang, tapi mencari tenaga pengajar. Rupanya minat belajar musik makin bertambah, sehingga kursus musik perlu menambah tenaga instruktur. Apa kursus-kursus itu sendiri tidak mampu menelurkan para instruktur? "Betul, tapi tidak semua orang yang selesai kursus suka menjadi instruktur," kata Pano Banoe, Kepala Kursus Musik Anak-anak di Yayasan Musik Indonesia. Menurut Direktur YMI, Muneaki Watanabe, ada 15 orang menyambut iklan yang dipasangnya untuk menjadi guru elekton organ. "Tapi tidak satu pun yang lulus tes yang kami adakan," ujarnya. Rupanya, kendati kebolehan main calon-calon itu tidak mengecewakan rata-rata mereka jatuh dalam teori dasar. "Kalau nilai tertinggi 10, paling banter mereka hanya dapat angka 5. Sedang kami inginkan minimal 7,5," kata Watanabe. Setiap tahun YMI memerlukan 30 orang guru. Kalau tenaga pengisi lowongan itu tidak tersedia, Watanabe merencanakan mengadakan khusus pendidikan guru elekton organ. Apa boleh buat, guru untuk calon guru itu bakal diangkut dari Jepang. Ini mustinya cukup merugikan bagi para pemusik kita, yang sebetulnya butuh hidup dari musik itu sendiri. Persoalannya sekarang, kenapa orang ogah jadi guru musik? Diduga, pemusik keberatan terhadap gaji yang tidak seimbang, dibanding kalau mereka berekspresi dengan kebolehannya lewat rekaman. "Gajinya tergantung dari banyaknya murid. Sekitar Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu," kata Watanabe. YMI sendiri sudah mempunyai 166 orang tenaga instruktur -- 50 orang di antaranya pengajar organ. Mulai Menarik "Kita juga kekurangan guru organ yang punya ijazah konservatorium," kata Himawan, dari Yayasan Pusat Pendidikan Musik. YPPM sampai saat ini menyimpan 300 murid organ dan 200 pengikut kursus gitar. Semula pendidikan ini hanya merupakan servis cuma-cuma buat pembeli organ Lowrey. Sekarang berkembang menjadi tempat pendidikan seperti YMI. Angka-angka di atas cukup menunjukkan minat orang menekuni musik -- tentunya karena hari depan musik mulai menarik. Akibatnya usaha mendirikan kursus juga merupakan lapangan kerja baru. Ully Sigar Rusady itu cewek pengarang lagu Harmony Kehidupan yang mewakili Indonesia dalam kontes lagu pop di Tokyo tahun lalu, juga sedang bersiap-siap buka kursus. Bersama Ronald Pohan, Nelson Rumantir Franky Raden dan teman lainnya, ia berambisi membuka jurusan gitar, komposisi, flut, piano dan biola. "Cita-cita membuka kursus itu memang sudah lama," kata Ully. Diperlihatkannya, sekarang saja sudah 30 orang yang mendaftar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus