BELAKANGAN ini kita menjumpai iklan musik yang lain. Tidak lagi
menjajakan rekaman lagu baru dari seorang bintang, tapi mencari
tenaga pengajar. Rupanya minat belajar musik makin bertambah,
sehingga kursus musik perlu menambah tenaga instruktur. Apa
kursus-kursus itu sendiri tidak mampu menelurkan para
instruktur? "Betul, tapi tidak semua orang yang selesai kursus
suka menjadi instruktur," kata Pano Banoe, Kepala Kursus Musik
Anak-anak di Yayasan Musik Indonesia.
Menurut Direktur YMI, Muneaki Watanabe, ada 15 orang menyambut
iklan yang dipasangnya untuk menjadi guru elekton organ. "Tapi
tidak satu pun yang lulus tes yang kami adakan," ujarnya.
Rupanya, kendati kebolehan main calon-calon itu tidak
mengecewakan rata-rata mereka jatuh dalam teori dasar. "Kalau
nilai tertinggi 10, paling banter mereka hanya dapat angka 5.
Sedang kami inginkan minimal 7,5," kata Watanabe.
Setiap tahun YMI memerlukan 30 orang guru. Kalau tenaga pengisi
lowongan itu tidak tersedia, Watanabe merencanakan mengadakan
khusus pendidikan guru elekton organ. Apa boleh buat, guru untuk
calon guru itu bakal diangkut dari Jepang. Ini mustinya cukup
merugikan bagi para pemusik kita, yang sebetulnya butuh hidup
dari musik itu sendiri.
Persoalannya sekarang, kenapa orang ogah jadi guru musik?
Diduga, pemusik keberatan terhadap gaji yang tidak seimbang,
dibanding kalau mereka berekspresi dengan kebolehannya lewat
rekaman. "Gajinya tergantung dari banyaknya murid. Sekitar Rp
100 ribu sampai Rp 200 ribu," kata Watanabe. YMI sendiri sudah
mempunyai 166 orang tenaga instruktur -- 50 orang di antaranya
pengajar organ.
Mulai Menarik
"Kita juga kekurangan guru organ yang punya ijazah
konservatorium," kata Himawan, dari Yayasan Pusat Pendidikan
Musik. YPPM sampai saat ini menyimpan 300 murid organ dan 200
pengikut kursus gitar. Semula pendidikan ini hanya merupakan
servis cuma-cuma buat pembeli organ Lowrey. Sekarang berkembang
menjadi tempat pendidikan seperti YMI.
Angka-angka di atas cukup menunjukkan minat orang menekuni musik
-- tentunya karena hari depan musik mulai menarik. Akibatnya
usaha mendirikan kursus juga merupakan lapangan kerja baru. Ully
Sigar Rusady itu cewek pengarang lagu Harmony Kehidupan yang
mewakili Indonesia dalam kontes lagu pop di Tokyo tahun lalu,
juga sedang bersiap-siap buka kursus. Bersama Ronald Pohan,
Nelson Rumantir Franky Raden dan teman lainnya, ia berambisi
membuka jurusan gitar, komposisi, flut, piano dan biola.
"Cita-cita membuka kursus itu memang sudah lama," kata Ully.
Diperlihatkannya, sekarang saja sudah 30 orang yang mendaftar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini