Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sebuah Teater Di Pesta Olahraga

Olimpiade Barcelona dibuka dengan ambisi: tak terlupakan sepanjang sejarah. Persatuan dan perpecahan dunia memang terwakili lewat pesta olahraga ini.

1 Agustus 1992 | 00.00 WIB

Sebuah Teater Di Pesta Olahraga
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
LUAR biasa. Tak ada kata yang lebih tepat dari itu untuk memotret pembukaan Olimpiade Barcelona Sabtu malam pekan lalu. Sekitar tiga jam, 65 ribu pasang mata di Stadion Montjuic dan tiga milyar lebih penonton televisi di berbagai negara menyaksikan teater multimedia yang berisi gerak indah para penari, alunan merdu penyanyi, dan atraksi-atraksi unik lainnya, yang dominan dengan warna budaya Mediteranian. Dari nyanyian opera, barisan genderang, flamengo, sampai senam konfigurasi. Raja Spanyol Juan Carlos bersama Ketua IOC Juan Antonio Samaranch membuka olimpiade modern ke-25 ini di tengah tepuk sorak yang tak kenal henti. Inilah obsesi tuan rumah, menyuguhkan acara pembukaan yang pantas dikenang, yang sudah ditunggu-tunggu tuan rumah sejak tahun 1934. "Sudah lama sekali menunggu kesempatan ini, dan kini Barcelona betul-betul menjadi kota Olimpiade," kata Juan Antonio Samaranch. Sekitar US$ 9 milyar (sekitar Rp 18 trilyun) yang dihabiskan untuk pesta olahraga dunia ini. Tak berlebihan kalau Olimpiade Barcelona memang pantas dikenang. Api olimpiade yang menyala di kegelapan malam dan lampu-lampu dinyalakan dengan redup disulut dengan anak panah yang dilepas pemanah lumpuh, Antonio Rebollo Linan, yang berusia 37 tahun. Orisinil, tak ada duanya. Dan olimpiade ini pun pantas dikenang di luar acara kemeriahan pembukaan itu. Dari 172 negara peserta yang ikut ambil bagian terjadi perubahan-perubahan dibandingkan dengan pesta serupa sebelumnya. Afrika Selatan, yang sejak 1960 diboikot di olimpiade karena politik apartheidnya, ikut berparade dengan gemuruh keplok tangan penonton. Begitu juga saat giliran sepuluh atlet Bosnia-Herzegovina, yang masih menghadapi perang saudara, para penonton segera bersorak sorai. "Empat bulan kami terkurung di Sarajevo dan tibatiba hadir di sini. Seperti di neraka dan surga," kata seorang atlet Bosnia, Josko Bodolic. Catatan penting lainnya, persatuan dan sekaligus perpecahan dunia terwakili di Barcelona. Ada Jerman bersatu, tapi juga ada Yugoslavia yang kali ini terdiri atas empat negara. Lantas ada bekas negaranegara bagian Uni Soviet yang sebagian mau bergabung di bawah Persemakmuran Negara Merdeka (PNM) namun dengan bendera masing-masing, tapi ada yang mau maju sendiri-sendiri, seperti Latvia, Lithuania, dan Estonia. Juga untuk pertama kalinya Komite Olimpiade Nasional harus mengirimkan pesawat khusus untuk menjemput atlet BosniaHerzegovina yang sedang terkepung dalam perang saudara di Sarajevo, Yugoslavia. Dan pertama kali pula sebuah negara peserta, yaitu Republik Yugoslavia, dilarang ikut parade pembukaan dan penutupan. Bahkan lagu kebangsaan dan bendera Republik Yugoslavia tak bakal muncul jika atletnya menyabet medali emas. Itu disebabkan Dewan Keamanan PBB juga untuk pertama kalinya mendesak IOC melarang sebuah negara ikut dalam olahraga beregu. Jadi atlet Yugoslavia hanya sebagai perseorangan yang tidak mewakili suatu negara. Perubahan-perubahan itu tentu berpengaruh pada peta kekuatan. Untuk nomor bola basket putra, bola tangan, dan polo air, tak ada lagi tim tangguh Yugoslavia. Sedangkan PNM yang di Olimpiade disebut sebagai United Team bakal kehilangan atlet lari yang banyak berasal dari Lithuania dan Estonia. Misalnya, pelari andal Vica Vencienna dari Lithuania. Dan Jerman bersatu sebagai gabungan dari dua negara berprestasi sudah pasti bakal jadi kekuatan baru. Jika mengacu pada perolehan medali Olimpiade Seoul, Jerman bersatu punya harapan menjadi pengumpul medali terbesar. Soalnya, tahun 1988 itu Jerman Timur saja memperoleh 102 emas dan Jerman Barat mendapat 40 medali emas. Artinya, jika keduanya bergabung, perolehan medali menjadi 142 berada di atas Uni Soviet yang mengumpulkan 132 emas dan Amerika Serikat dengan 94 emas. Dan pergeseran kekuatan itu belum tampak pada hari pertama. PNM berada di peringkat pertama dengan perolehan dua medali dari cabang menembak dan renang. Di cabang menembak, medali emas PNM disumbangkan oleh Konstantin Lovkachik, dan di cabang renang oleh Evgeny Sadovyi dari nomor 200 meter gaya bebas putra. Sadovyi berhasil memecahkan rekor olimpiade di babak penyisihan, namun gagal memecahkan rekor dunia atas nama perenang Italia, Giorgio Lamberti. Di kolam renang Berrot Picornell terjadi kejutan ketika perenang putri AS, Jenny Thompson, memecahkan rekor olimpiade untuk nomor 100 meter gaya bebas putri pada babak penyisihan dengan catatan waktu 54,46 detik. Sayang, Jenny Thompson hanya mencatat waktu 54,84 detik pada babak penentuan dan berada di urutan kedua setelah Zhuang Yong dari Cina dengan waktu 54,64 detik. Namun rekor olimpiade tetap tercatat atas nama Jenny Thompson, si pemegang medali perak. Rekor lain yang diperbarui adalah nomor 100 meter gaya dada putra, juga oleh perenang AS, Nelson Diebel. Kehormatan buat atlet Asia karena menyabet medali emas pertama Olimpiade Barcelona. Medali dari nomor menembak senapan angin wanita itu direbut oleh Yeo Kab Soon dari Korea Selatan. Yeo, yang berumur 18 tahun, pada awalnya tenggelam di balik nama besar petembak Bulgaria, Vesela Letcheva, yang mendapat perak. "Target saya hanya delapan besar. Saya tidak bermimpi bisa merebut medali emas," kata Yeo. Liston P. Siregar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus