Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebuah keributan terjadi di Bandar Udara Lisabon, Portugal. Suatu siang pada Maret 2002, dua pria bersetelan rapi, berbalut jas, dan bersepatu mengkilat tiba-tiba saling pukul di tengah keramaian. Butuh beberapa orang untuk melerai mereka. Tapi, saat keributan reda, orang pun tercengang: perkelahian itu melibatkan agen sepak bola tenar Portugal, Jose Vidal, dan agen pendatang baru, Jorge Mendes.
Vidal agen salah satu pesepak bola terbaik Portugal ketika itu, Luis Figo. Ia juga tercatat sebagai agen untuk pesepak bola asal Prancis, Zinedine Zidane. Tak mengherankan, insiden itu kemudian menjadi perhatian publik negara di Semenanjung Iberia tersebut. Vidal dikecam karena tak mampu mengontrol emosi di ruang publik. Sebaliknya, nama Jorge Mendes meroket. Mendes memang tak berhasil merebut Figo dari tangan Vidal, tapi sejak saat itu pamornya semakin mencorong dan Vidal kian tenggelam.
Dua belas tahun berselang, pendapatan pria yang kini berusia 48 tahun itu benar-benar mencengangkan. Pertengahan bulan lalu, Mendes mendapat bagian hingga 30 juta euro-dari total transfer 53,5 juta euro-untuk transfer Eliaquim Mangala dari Porto ke Manchester City.
Menurut salah satu media Inggris, Independent, besarnya porsi yang diterima Mendes dari transfer tersebut lantaran ia juga memiliki hak komersial atas Mangala lewat mekanisme kepemilikan pihak ketiga (third-party ownership). Akibatnya, kepindahan Mangala ke City sempat tertahan sepekan. Perdebatan ini akhirnya tuntas setelah manajemen City menyatakan nominal 30 juta euro yang diterima Mendes murni didapat sebagai agen Mangala dan bukan lantaran pemilik hak komersial pihak ketiga.
Menilik deretan pesepak bola yang berada di bawah naungan Mendes, julukan "super-agent" itu memang tak salah. Ia kini menaungi pesepak bola terbaik dunia yang berasal dari Portugal, Cristiano Ronaldo. Selain itu, tercatat nama beberapa pesepak bola tenar lain, seperti Radamel Falcao, Fabio Coentrao, Angel Di Maria, Burak Yilmaz, Diego Costa, Joao Moutinho, dan bintang tim nasional Kolombia di Piala Dunia lalu, James Rodriguez.
Tak hanya menangani pesepak bola top, Mendes juga menjadi agen pelatih ternama. Beberapa pelatih yang tergabung dengan Gestifute adalah pelatih Chelsea, Jose Mourinho, dan mantan pelatih tim nasional Brasil, Luis Felipe Scolari.
Menurut laporan harian Spanyol, Marca, Mendes kini dilaporkan menjadi agen untuk 53 pesepak bola dengan nilai pasaran mencapai 300 juta euro atawa sekitar Rp 4,6 triliun. Dengan rata-rata mengambil bagian 10 persen dari setiap transfer-misalnya James Rodriguez yang dihargai 80 juta euro oleh Real Madrid-bisa dibayangkan besarnya uang yang didapat Mendes dari bisnis ini.
City boleh saja mengelak. Namun, melihat rekam jejak sang agen, Mendes sebenarnya akrab dengan praktek yang dilarang otoritas sepak bola Inggris dan Prancis tersebut. Selain memiliki Gestifute, Mendes adalah pendiri Doyen Sports, perusahaan yang memiliki hak komersial beberapa pesepak bola top, khususnya yang berasal dari Amerika Selatan.
Lewat perusahaan ini, Mendes sempat menguasai 55 persen kepemilikan Falcao saat membawa penyerang tim nasional Kolombia itu dari River Plate ke Porto pada 2009. Akibat kepemilikan mayoritas itu, Porto kemudian terpaksa mengikuti skenario yang disiapkan Mendes agar Falcao dilepas ke Atletico Madrid. Caranya? Lewat Doyen, Mendes meminjamkan uang kepada manajemen Atletico yang tengah dililit utang. Nah, uang itu kemudian digunakan Atletico sebagai dana penebusan Falcao kepada Porto. Terhitung picik, tapi Mendes untung besar.
Bukan cuma lewat skenario semacam itu Mendes memperkaya diri. Ia pun dituding tega menikung sesama agen sepak bola. Mendes tak malu-malu mendekati seorang pesepak bola secara pribadi dan membujuknya meninggalkan agen yang lebih dulu mengurusi. Apa yang menimpa Ana Almeida, mantan agen Nani, barangkali bisa menjadi contoh.
Nani, yang ketika itu disebut-sebut sebagai Ronaldo baru asal Portugal, adalah incaran banyak klub top Eropa. Bayangan untung besar pun menggelayut di pikiran Ana Almeida. Namun, saat mimpi itu kian nyata, Nani justru "menceraikan" Almeida. Ia lantas memilih Mendes. Dan, bersama Mendes, Nani kemudian bergabung dengan Manchester United. "Ia (Mendes) mencuri Nani dari saya," kata Almeida, mengingat peristiwa tersebut.
Itu tak jauh berbeda dengan nasib Jorge Badek, mantan agen Jose Mourinho. Ketika Mourinho mulai mendapat perhatian klub besar Eropa setelah membawa Porto juara Liga Champions Eropa 2003/2004, The Happy One-julukan Mourinho-justru mencampakkan Badek dan berpaling kepada Mendes. Mourinho kemudian dibawa Mendes menuju Chelsea.
Seperti ditulis Guardian, salah satu cara meluluhkan hati Mourinho ketika itu, Mendes bahkan tak ragu menerbangkan si pelatih bolak-balik antara Lisabon dan London menggunakan jet pribadinya. Dan tinggallah Badek terbengong menyimpan kegeramannya.
Perihal resistensi yang ditunjukkan para sejawatnya, Mendes terlihat tak mau ambil pusing. Ia justru membalas dengan nada jemawa. "Terkadang ada orang yang memang menunggu kehadiran Jorge Mendes. Menunggu Mendes menempatkan mereka di sebuah klub besar," ujarnya.
Alibi sang agen didukung Cristiano Ronaldo dan Jose Mourinho. Ronaldo menilai Mendes sebagai, "Seseorang yang adil dan jujur." Ini jauh dari tudingan Jorge Badek dan Ana Almeida.
Sedangkan Mourinho menilai Mendes sebagai agen yang profesional. "Ia mampu menjaga hubungan baik dengan klub dan pelatih mana pun," kata Mourinho. "Ia pun hebat dalam memotivasi para pemain agar respek dan berkomitmen kepada klub yang mereka perkuat."
Sebagai orang-orang yang berada di lingkaran dalam Mendes, pernyataan Ronaldo dan Mourinho tentu berpotensi bias. Makanya kolumnis Raul Farguell dari ForzaFutbol punya pendapat berbeda. Ia menilai Mendes justru sebagai pribadi licik yang menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan. Bahkan Mendes tak ragu menempuh kekerasan fisik, seperti yang ditunjukkan saat bersitegang dengan Jose Vidal. "Ia adalah seorang Machiavellis," tulis Farguell.
Perdebatan itu kian ketat dan menegangkan. Tapi, bagai pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu, seperti itu juga sikap yang diambil Mendes. Ia punya segudang alasan membela diri. "Portugal adalah negara kecil tempat seseorang bisa menjadi target kecemburuan yang lain," katanya enteng. "Anda hanya harus bertahan melawan itu semua."
Arie Firdaus (Guardian, Daily Mail, Metro)
Karier Jorge Mendes
7 Januari 1966:
Lahir di Lisabon, Portugal
1996:
Memulai karier sebagai agen dengan membawa Nuno Espirito dari Vitoria de Guimaraes ke Deportivo La Coruna
2004:
Menjadi agen untuk Jose Mourinho
2011, 2012, 2013:
Meraih penghargaan agen terbaik di Globe Soccer Awards
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo