INI sebuah prestasi. Rabu pekan lalu 10 pemuda 20-an tahun plus dua cewek _ satu 20 tahun dan satu lagi masih 15 tahun - berhasil menaklukkan Selat Alas. Tak semulus yang direncanakan, lintas selat berjarak sekitar 16,5 km, karena perhitungan arus yang meleset, harus ditempuh sedikit memutar. Yakni, jarak menjadi sekitar 26 km, dan ditempuh dalam 9,5 jam. Rinjani Diving Club (RDC), si empunya gagasan, tampaknya menyiapkan petualangan inl dengan cermat. Selat yang memisahkan P. Lombok dan Sumbawa itu sudah lama disiasati. Akhirnya Triono Soendoro, seorang dokter, ketua RDC, mencatat arus di pesisir Sumbawa berganti arah tiap tiga jam. Dari pukul 05.00 sampai 08.00 Wita arus bergerak ke selatan. Kecepatan gerak maksimal sekitar 1 knot. Di tengah Selat Alas, jangka pergantian arah arus juga tiga jam, tinggi gelombang sekitar 1 meter, dan jarak puncak gelombang satu dengan yang lain kira-kira 50 m. Di pesisir Lombok sendiri, pantai tempat para petualang start, arus bergerak dengan kecepatan 1,5 knot. Selain itu, persiapan latihan bukan main. Mirna Oktavia, yang termuda, menjelang hari yang ditentukan berlatih di kolam renang bolak-balik 30 kali. Dan cewek yang masih duduk di kelas III SMP ini tiap pagi sit up 30 kali. Sekali latihan di perairan terbuka ia mampu menempuh 11 km. Lalu Ria Indah Sapta Nirmala atau Iin panggilannya. Berusia 20 tahun, mahasiswa semester II Fakultas Ekonomi Unram mempersiapkan kemampuan fisiknya dengan sit up 60 kali, dan lari 10 km dengan kaki dilingkari pemberat masing-masing, kanan dan kiri, 3 kg. Demikian pula para anggota prianya. Selain itu masih ditambah observasi medan secara langsung. Dilakukan oleh enam perenang, termasuk Iin, 3 Maret, mereka melakukan percobaan. Eh, bukan sekadar observasi, ternyata. Karena cuaca baik, rencana untuk balik ke pantai Lombok, ketika sudah sampai di tengah, dibatalkan. Rencananya terus melaju, dan Selat Alas ternyata cuma ditempuh dalam waktu 7 jam 15 menit. Karena perhitungan jam berangkat tepat, penyimpangan Jarak hanya terjadi sekitar 10 km. Tapi itulah. Rabu pekan lalu start baru dimulai pukul 07.35 Wita - hampir satu jam lebih lambat. Akibatnya, sampai di tengah laut perubahan arus merugikan para perenang. Maka, mereka sampai menyimpang sekitar 10 km. Sebenarnya petualangan ini tak hanya diikuti oleh anggota RDC. Dari 12 perenang, tiga dari POSSI Bali, dan seorang, Soetrisno, adalah ketua klub Primus - itu klub yang, akhir Agustus 1983, tiga anggotanya sukses menyeberangi Selat Sunda sepanjang 33 km. Tapi boleh dibilang cuma warga RDC yang berhasil betul. Soetrisno, di tengah laut kakinya kram. Lalu tiga perenang Bali - di antaranya adalah Anak Agung Ktut Raci, pemegang medali emas 3.500 dan 5.000 m renang sirip PON - ternyata sempat istirahat di salah satu perahu jukung. RDC di Mataram ini dibentuk September tahun lalu, yaitu setelah beberapa minggu dua orang perenang gagal menyeberangi Selat Lombok. Salah seorang yang gagal, Agus Widodo, kini instruktur RDC. Karena RDC inilah dua hari sebelum lintas Alas pengurus daerah POSSI NTB dikukuhkan. Bagaimana pengalaman para pelintas laut ini? "Di bibir seperti habis makan kuaci 10 kilo," kata Indah Nirmala alias Iin itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini