Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sinyo mencari ujung tombak

PSSI PPD mengalahkan Muangthai dan Bangladesh pada pertandingan penyisihan piala dunia 1986. Penampilan tim asuhan Sinyo Aliandoe ini masih belum pas. (or)

23 Maret 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENONTON betul-betul tak menyembunyikan rasa rindu mereka untuk melihat PSSI menang di suatu turnamen resmi internasional. Dalam dua dari tiga kali pertandingan sepak bola babak penyisihan Piala Dunia 1986, Jumat pekan lalu dan Senin pekan ini, di Stadion Utama Senayan, Jakarta, kesan seperti itu kentara sekali terasa. Tapi, apa boleh buat, sekitar 60.000 penonton, pada hari pertama babak awal penyisihan subgrup 3 B Piala Dunia tadi, harus kecewa karena mereka ternyata belum sepenuhnya bisa menikmati pertarungan yang bermutu. Tak heran, sejumlah besar penonton, ketika babak kedua pertandingan antara Indonesia dan Muangthai baru dimulai, langsung berteriak-teriak meminta Pelatih Sinyo Aliandoe mengganti beberapa pemain yang dinilai mereka bermain jelek. Bambang Nurdiansyah, misalnya, sudah sejak pertengahan babak pertama, dituntut mereka agar diganti. Tapi baru menit ke-19 babak kedua, Sinyo Aliandoe menggantinya dengan Sain Irmis, pemain yang dipinjam dari PSSI Garuda. "Saya memang harus berpikir untuk mengganti pemain. Soalnya, ketentuan penggantian hanya dua pemain setiap kali pertandingan. Saya baru saja mengganti Wahyu Tanoto dengan Dede Sulaiman, jadi untuk penggantian yang terakhir, harus yakin betul," kata Sinyo Aliandoe, pelatih yang sudah sekitar setahun dipercaya PSSI melatih PSSI Pra-Piala Dunia (PSSI PPD). Akhirnya Indonesia memang menang lawan kesebelasan dari negeri Gajah Putih ini. Tapi, penampilan tim asuhan bekas pelatih Warna Agung ini memang belum sepenuhnya mengesankan. Kerja sama di lapangan tengah, umpamanya, kacau, dan sergapan-sergapan di depan juga belum tampak tajam. Apa sesungguhnya yang kurang dari tim yang sebagian besar didukung pemain-pemain terbaik Galatama ini? Pelatih Sinyo Aliandoe mengatakan, beberapa pemainnya memang belum bermain seperti yang diharapkan. Namun, dia tak menutupi bahwa kelemahan yang dirasakannya masih agak terasa sekarang ini adalah kurang pemain yang bisa menjadi ujung tombak. Pemain pada posisi penyerang yang bisa tampil secara maksimal tampaknya tak mudah diperoleh Sinyo. Keadaan ini bertambah runyam karena, seperti yang dikatakannya, "Walaupun saya memang diberi kebebasan penuh dalam memilih dan menentukan pemain, masih ada juga tekanan dari dalam. Kalau begini, persepakbolaan di Indonesia akan tetap begitu-begitu saja." Menghadapi kenyataan itu, Sinyo memang tak hilang akal. Dia mengambil pemain tanpa mengubah posisinya dalam tim PSSI yang dibentuknya. "Sehingga latihannya tak lagi sulit, para pemain itu mudah mengerti." Itu pulalah sebabnya, persiapan membentuk tim tak terlalu lama karena latihan dasar tak perlu lagi diberikan. Belakangan, beberapa minggu sebelum pertandingan, pelatih ini mengambil lagi beberapa pemain terbaik Garuda. Dengan materi yang, menurut dia, "kini terbaik di Indonesia itu", PSSI PPD diterjunkan ke Piala Dunia. Pada babak awal, kendati bisa menang dari Muangthai 1-0 dan Bangladesh 2-0, tim nasional ini belum memperlihatkan penampilan terbaiknya. Kendati begitu, mereka sudah memberikan sejumput hiburan kepada para penonton lewat kemenangannya, yang dihasilkan lewat pertandingan yang tak begitu memikat. Malah sedikit agak cacat karena belakangan ada tuduhan dari pelatih Muangthai, Saner Chaiyong, "Tim kami dirugikan wasit." Dia memang tak terus terang mengatakan kemenangan PSSI karena "wasit berpihak pada Indonesia", tapi suara yang terdengar dari kalangan wasit setidaktidaknya sedikit menyorot kepemimpinan Wasit Tulu Gurkham, 44, asal Filipina, yang pernah lama tinggal di Indonesia sebagai konsultan Phillips Oil Company. Gurkham bahkan pernah menjadi anggota PS Angkasa diJakarta. Marah Sakti, Laporan Rudy Novrianto (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus