RONDE ketiga baru dimulai sekitar satu menit. Sebuah pukulan straight kiri Ellyas Pical mendarat telak di wajah Wayne Mulholland. Penantang juara dunia kelas superterbang IBF dari Sydney, Australia, ini tampak sempoyongan. Dengan kedua tangannya, dalam posisi hampir jatuh terduduk itu, Mulholland masih berusaha menahan juara yang ditantangnya melepaskan pukulan berikutnya. Tapi Ellyas Pical dengan gemas terlihat melayangkan tangan kirinya. Tak begitu telak, jotosan kidal anak Saparua itu menyerempet kening Mulholland. Namun, agak aneh, petinju pemegang dua gelar juara nasional - kelas terbang dan superterbang - Australia itu akhirnya jatuh terduduk. Sejenak, ayah dua anak yang berusia 25 tahun ini seperti meringis. Wasit datang melerai dan memerintahkan Elly menjauh. Lalu, di tengah sorak-sorai sekitar sepuluh ribu penonton, Wasit Waldemar Schmidt yang ditunjuk IBF memimpin pertarungan perebutan gelar di Istora Senayan, Jakarta, Minggu malam pekan lalu, itu menghampiri Mulholland yang kemudian tampak merebahkan diri di kanvas. Wasit dari Amerika Tengah itu tak segera menghitung. Ia tampak bicara sebentar dengan Mulholland yang berusaha duduk kembali. Beberapa detik adegan itu terlihat. Aba-aba hitungan tetap tak dikeluarkan wasit. Penonton makin riuh bersorak-sorai. Ellyas Pical juga. Ia rupanya ikut tak sabar dan berteriak-teriak. "KO, KO," serunya sambil mengayun-ayunkan tangannya ke arah Mulholland yang terlihat duduk dengan kedua tangan di lututnya. Akhirnya juara dunia ini memang tak menunggu lebih lama. Schmidt, 49, wasit IBF itu, menghampirinya. Kemudian, tangan kanan Elly ditariknya dan diacungkannya ke atas. Tanda bahwa juara dunia dari Saparua yang belakangan ini terlihat makin bergaya itu (lihat: Elly, Kini Lebih Bergaya) memenangkan pertarungan. Ia dinyatakan menang knock-out di ronde ketiga. Suara gemuruh menyambut kemenangan, yang baru dibuat Elly sekitar tujuh menit pertandingan dari yang direncanakan 15 ronde (45 menit) itu. Ribuan penonton, termasuk di antaranya Nyonya Suzana, 67, ibu sang juara, yang malam itu untuk pertama kalinya menyaksikan putranya berkelahi di atas ring, mengelu-elukan Elly. Tapi, tak urung, banyak juga yang menyumpah-nyumpah karena kecewa menyaksikan pertarungan perebutan gelar juara dunia itu. "Sialan, beli karcis Rp 200.000, hanya untuk melihat pertandingan seperti itu," gerutu seorang penonton yang duduk di ring side. Tempat duduk di seputar pentas tinju itu memang dijual panitia Rp 200.000 per kursi, atau lima puluh ribu rupiah lebih mahal dari karcis ring side Pical-Chun, empat bulan lalu. Kekecewaan penonton, tak pelak lagi, tertuju pada lembeknya penampilan Mulholland. Sopir truk takal dari Australia itu memang tak tampak seperti petinju yang pantas untuk menantang juara dunia, kendati ia terakhir menempati peringkat nomor 9 di daftar IBF. Lebih banyak berlari, menghindar, dan merangkul lawannya, ayah dua anak yang berkumis tipis ini terakhir jatuh terduduk, justru bukan oleh pukulan Elly yang keras. Kejadian di ronde ketiga ini, menurut Wasit Schmidt, agaknya disengaja Mulholland. Dengan taktik ini, ia ingin wasit menghukum Elly dengan diskualifikasi karena memukul lawan yang tak berdaya. Wasit Schmidt mula-mula memang terperangah. Beberapa detik, setelah melerai kedua petinju, ia sempat terlihat bingung: hanya memandang Elly dan Mulholland. Tapi, setelah itu ia cepat bertindak meminta Mulholland segera bangun. Ia juga tak mengeluarkan aba-aba hitungan, seperti biasa jika seorang petinju dipukul jatuh oleh lawannya. Sebab, Schmidt menganggap tinju Elly yang merobohkan lawannya itu bukan pukulan yang perlu dihitung. Itu sebabnya beberapa detik kemudian, setelah bicara dengan Mulholland, ia memutuskan Elly keluar sebagai pemenang. Apa sebenarnya yang terjadi? Kepada TEMPO, Mulholland mengatakan, "Saya dipukul Pical ketika sudah terduduk di kanvas." Pelatihnya, Gary Tempest, menambahkan, "Wasit tak melihat Mulholland dicurangi." Toh, kubu Australia ini tak protes. "Kami sudah menceritakan semuanya kepada pimpinan IBF. Kejadian itu bisa dilihat kebenarannya di rekaman televisi. Jika setelah itu IBF masih tetap memutuskan Mulholland kalah, terserah mereka," ujar Gary. Kendati begitu, Mulholland, yang masin sembap pipi kanannya, pada akhirnya mengaku, "Pukulan kiri Pical memang sangat kuat." WASIT Schmidt, yang mengaku sudah mewasiti 50 kali pertarungan perebutan gelar juara dunia, membantah semua keterangan Mulholland dan pelatihnya. "Tak ada salah pukul. Mulholland dipukul ketika sedang jatuh. Dan pukulan itu tak masuk, hingga ketika itu saya anggap ia jatuh karena dorongan," ujar wasit dari Puerto Rico itu. Itu sebabnya, tutur Schmidt lagi, ia tak mengeluarkan aba-aba hitungan ketika menyuruh Mulholland bangkit. Robert Weitzel, 69, pengawas hakim dan juri, membenarkan Schmidt. "Keputusan kami, Mulholland kalah knock-out - tidak karena pukulan, tapi karena menolak melanjutkan pertandingan," kata bendahara IBF asal Portland, Oregon, itu. Sambil tertawa lebar, ia menilai, Mulholland "seperti seekor anak ayam yang berkotek-kotek hendak mengalahkan lawan dalam 13 ronde, tapi sebenarnya tak punya tenaga untuk itu." Di kubu sang juara dunia, kemenangan itu disambut tawa puas di mana-mana. Pelatih Simson Tambunan mengatakan agak kaget karena petinjunya terlalu cepat menang, "Padahal, ia baru keluarkan kembang-kembangnya saja. Isinya belum." Siapa bakal lawan Elly nanti dan berapa lama Elly bisa bertahan jadi petinju? Simsom mengatakan, "Belum tahu." Ia hanya memperkirakan anak asuhannya itu paling tidak bisa masih bertahan sampai lima tahun mendatang. "Kalau jadi juara dunia, Elly bisa bertahan satu atau dua tahun. Tergantung bagaimana memilih calon lawannya," kata Promotor Boy Bolang. Dan, "Itu semua juga tergantung kelihaian promotornya," ujarnya sambil tertawa lebar. Marah Sakti Laporan Thoriq Hadat (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini