KSAD Jenderal Rudini, 56, kaget juga ketika ditantang pangab Muangthai Jenderal Arthit Kamlang-Ek, 60, mengadu kebolehan bermain bulu angsa. "Soalnya, saya sudah menggantungkan raket bulu tangkis sejak 1968," ujar Rudini menjelang pertandingan di Gedung C Senayan, Jakarta, Jumat sore lalu. Mengaku berlatih selama empat hari, Rudini, yang berpasangan dengan maestro bulu tangkis Rudy Hartono, tampil tak begitu mengecewakan. Tapi, karena smes-smes tajam Kolonel Thuanthong, pasangan Arthit, selalu diarahkan padanya, Rudini kewalahan juga. Set pertama berakhir untuk kemenangan lawan: 15-9. Set kedua sempat juga berjalan alot. Tapi Rudini, yang mulai menemukan permainannya, dan sekali-sekali dibantu smes tajam oleh Rudy Hartono, berhasil menutup set: 13-15. Set ketiga tidak dilanjutkan karena kedua jenderal itu telah bermandi keringat. "Lagi pula, ini pertandingan persahabatan," kata Rudini. "Kalau dilanjutkan, kami bisa kalah," kata Arthit. Mengapa Arthit menantang duel bulu tangkis? "Inilah satu-satunya olah raga yang saya kuasai," jawabnya. Dengan bermain bulu tangkis, kadang dua kali seminggu dan kadang lebih, Arthit merasa dirinya selalu segar. Dan ia memang tampak lebih muda dibanding usianya. "Padahal, umur saya sudah 60 tahun," ujar Arthit. Selain itu, menurut Arthit, bulu tangkis juga mengajarkannya berpandangan jauh ke depan. Tahu memakai strategi dan taktik yang tepat, juga paham arti menang dan kalah. Sebelum bertolak ke Bangkok, esoknya, Arthit menyerahkan arca perunggu Budha, tinggi 3,19 m dan berat 3 ton, kepada pengikut sekte Teravada di vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Sunter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini