KARIER Hermansyah sebagai kiper tim nasional tampaknya sudah berakhir. Ini gara-gara, di luar dugaan, penjaga gawang yang bertubuh jangkung dan tegap ini terserang penyakit hepatitis B, semacam penyakit radang hati, yang mengharuskanya - kalau mau panjang umur - istirahat total. "Sedikitnya tiga atau enam bulan," kata Dokter Arie Saminarto Soetopo, dokter tim PSSI Garuda, yang meneruskan laporan tim dokter rumah sakit Pertamina - tempat Herman dirawat sejak 17 Agustus lalu - kepada PSSI. Adalah karena pertimbangan ini, pengurus PSSI tak memilih lagi Hermansyah, 22, untuk ikut bersama 26 pemain, yang Senin pekan ini diumumkan sebagai anggota tim nasional PSSI untuk Sea Games ke-13 di Bangkok, Desember mendatang. Dan Herman, kiper yang pernah bercita-cita untuk jadi kiper tetap tim nasional itu, hanya bisa menyeringai. "Yah, sudahlah, saya memang harus istirahat," kata bujangan asal Sukabumi itu, pelan. Ditemui TEMPO, di kamar 108, RS Pertamina, Jakarta, Herman tampak masih lemah. Sudah sekitar seminggu, sejak masuk, ia tak diperkenankan banyak bergerak. "Saya diminta terus berbaring," kata anak kedua dari empat bersaudara keluarga Hermawan ini. Gejala penyakitnya mulai terasa ketika ia memperkuat PSSI Pra-Piala Dunia di Seoul. Badannya panas dingin, lemas, sering mual-mual, dan kepala pusing-pusing. Ia lalu diperiksa Dokter Januar Arifin. "Kesimpulan dokter ketika itu, saya sakit karena perubahan cuaca saja," kata Herman. Setelah itu, ia memang masih bisa main terus. Tapi, ketika ia ikut memperkuat PSSI Rajawali di turnamen Piala Kemerdekaan dua pekan lalu, gejala yang dia rasakan di Seoul terasa lagi. "Sebab, ia bilang baik-baik saja. Dan ketika ditanya, hanya mengeluh sakit perut di bagian bawah, ia memang tak saya periksa intensif," kata Dokter Januar, dokter yang bertanggung jawab atas kesehatan tim Rajawali. Akhirnya baru di RS Pertamina, Herman ketahuan kena virus hepatitis B. "Saya juga tak nyangka Herman bisa kena virus itu. Sebab, ketika ditarik PSSI Pra-Piala Dunia dulu, kondisi kesehatannya paling bagus dibanding pemain lain yang ikut ditarik dari Garuda," kata Arie Soetopo. Dokter PSSI Garuda ini, begitu mengetahui penyakit Herman, langsung memerintahkan kamar tidur pemain itu di mes PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta, segera dibersihkan. "Sprei dan sarung bantalnya saya minta dicuci dan para pemain, terutama eks Rajawali, saya minta segera memeriksakan kesehatan mereka. Sampai Sabtu pekan lalu, pemeriksaan kesehatan terhadap pemain PSSI yang tinggal satu mes itu masih dilakukan. Tindakan itu, kata Ari, perlu karena virus hepatitis amat mudah menular, misalnya lewat baju, handuk, atau keringat yang tertinggal di sprei. Apakah pemeriksaan kesehatan secara intensif dilakukan oleh tim dokter PSSI? Dokter Januar mengatakan, ketika di TC, semua pemain diperiksa, fisik dan air seninya. Tapi, khusus yang terakhir ini, hanya jika ada keluhan dari pemain. Herman, misalnya, kata Januar di Cibubur akhir Juli sebelum bertanding lawan Korea Selatan di Jakarta, pernah diperiksa air seninya. "Hasilnya waktu itu, tak ada apa-apa," kata Dokter Januar. Entah di mana kelirunya hasil pemeriksaan air seni Herman tadi. Yang sudah pasti, kiper itu kini sedang dirawat intensif. Malah, ada kekhawatiran, seperti diutarakan seorang dokter ahli kepada TEMPO, bahwa mungkin tak hanya Herman di tim Rajawali yang terkena virus. "Karena itu, mereka semua perlu diperiksa agar bisa cepat diketahui," katanya. Kalau benar seluruh tim sudah ketularan, bukan mustahil kekalahan beruntun tim PSSI baru-baru ini gara-gara penyakit kuning ini. Siapa tahu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini